Thursday, January 18, 2024

Awal Mula Menjadi Mitra Badan Pusat Statistik

Petugas sensus BPS. Tidak terasa sekarang sudah berada ditahun baru. Nah selagi masih awal, ada ucapan ribuan terimakasih kepada masyarakat Indonesia. Terkhususnya lagi kepada masyarakat Kabupaten Mempawah yang telah menerima kami dalam melakukan pendataan dilapangan. Setidaknya ada dua kegiatan besar yang telah dilaksanakan oleh BPS di tahun 2023 yang lalu, yaitu Sensus Pertanian dan pendataan lengkap KUMKM. 


Tanpa adanya partisipasi anda, tentunya kegiatan tersebut tidak akan berjalan lancar dengan semestinya. Selain itu, ucapan selamat juga disampaikan untuk kelulusan mitra 2024. Semoga kedepannya kita bisa berkontribusi lebih dalam meningkatkan kualitas data untuk Indonesia maju.


Pegawai Organik dan mitra BPS Kabupaten Mempawah


Berbicara tentang Badan Pusat Statistik, tentunya memiliki banyak sumbangsih dalam kehidupan, terutama kehidupan ane. Tidak hanya tempat meraup rezeki, disini juga tempat menggarap ilmu dan pengalaman. Saya diajarkan bagaimana kerjasama dalam tim, mengatur strategi dan waktu, hingga melatih kesabaran dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain itu, relasi juga semakin luas dan tentunya masih banyak lagi yang lainnya...


Awal mula menjadi mitra BPS pada tahun 2020, kegiatan Sensus Penduduk. Karena merupakan agenda besar, pastinya memerlukan banyak tenaga lapangan. Disinilah, untuk yang kedua kalinya saya mencoba mendaftar, dan alhamdulillah dinyatakan lulus.  Dan Ini lah pekerjaan perdana saya setelah sekian purnama menganggur. Sebelumnya sempat mendaftar di kegiatan pemetaan bareng teman-teman, dan melipir di warung kopi legendaris Kota Mempawah.


Mendapatkan pekerjaan dikampung halaman membuat diri ini geli hati (meskipun hanya sebatas kontrak). Teringat sebuah perbincangan antara saya, Isra' dan Amar dalam sebuah kamar asrama. Saat itu kami membicarakan tentang rencana kedepan setelah menyelesaikan pendidikan. Sambil menyeruput air galon dan ditemani alunan mesin printer, saya dan amar mengatakan kalau kami akan mencari pekerjaan di kota. Tapi apa daya, keadaan Uwak yang sakit mengharuskan untuk kembali ke kampung halaman.


Berhubung kegiatan Sensus Penduduk bentrok dengan pandemi covid-19 (corona lupa atur jadwal), kegiatan pelatihan yang semulanya direncanakan akan dilakukan serentak se-kabupaten akhirnya diubah hanya per kecamatan. Dan itu pun dilakukan dalam waktu yang terbatas. Saat inilah, orang BPS yang pertama kali dikenali adalah Bang Joko Pranoto, yang saat itu merupakan pengawas lapangan.


Karena situasi yang lagi genting,  semua petugas wajib menerapkan protokol kesehatan saat turun lapangan. Tidak tanggung-tanggung, untuk menunjang kerja  petugas dilengkapi dengan masker, facial field, sarung tangan,  serta hand sinitizer. Dari sinilah saya tahu, kalau BPS sebegitu pedulinya untuk keamanan dan keselamatan mitranya.


Memastikan Batas Wilayah ke Pak RT


Tapi harus diakui, menggunakan perlengkapan diatas saat dilapangan membuat gerah dan pergerakan agak sedikit sulit. Bernafas dengan menggunakan masker dan tidak, tentu akan terasa berbeda. Begitu pula memegang alat tulis menggunakan sarung tangan tentunya akan terasa janggal. 


Terlebih sebagian kecil warga ada yang merasa was-was dengan atribut yang digunakan, seakan-akan wabah corona sudah menghampiri. Apalagi anak kecil yang takut akan kehadiran kami karena dikira petugas kesehatan yang membawa jarum suntik. Tapi tidak apa-apa, asalkan kesehatan semuanya tetap terjaga.


Untuk pendataan Sensus Penuduk 2020 dilakukan dengan sistem drop out pick up (DOPU), dimana dokumen tersebut nantinya akan diisi secara mandiri oleh responden. Jika telah selesai baru kemudian diambil kembali oleh petugas. Awalnya saya kira pekerjaan bakalan sangat mudah, karena semua yang mengisinya adalah masayarakat. Tetapi...


Perdana turun dilapangan, saya mencoba untuk dilingkungan sendiri dulu. Disini saya lebih mengenal medan, dan jika ada kesalahan dan kekurangan lebih mudah untuk melakukan pendataan kembali.  Setelah memberikan pengarahan dan tata cara pengisian, saya pun langsung membagikan ke setiap bumbung yang didatangi, dan berharap lusa sudah bisa segera diambil.


Saat malam pulang kerumah, ternyata sudah ada  yang mengantarkan dokumen dirumah. Wuih, respon warganya mantap betul ini, belum ditagih malah ada yang sudah bawa kerumah. Tapi setelah diperiksa ternyata setiap lembaran yang diisi adalah identitas kepala keluarga. Dan itu berisi di semua halaman. Mau tidak mau saya harus menghapus dibagian yang salah, dan pergi mendata lagi.


Dua hari selanjutnya saya datang lagi TKP, mencoba untuk mengambil dokumen yang dititipkan. Namun naasnya, sebagian besar belum diisi sama sekali.  Dari 27 hanya 2 yang bisa dibawa pulang. Lalu apa gunanya penjelasan panjang kali lebar yang dipaparkan kemarin? Dari sini saya sadar, bahwa kepedulian masyarakat untuk mengisi ini tidak terlalu tinggi. Jikalau terus begini tentunya tidak bakalan bisa selesai tepat waktu.


Saya pun mulai mengatur strategi, menggunakan jurus kepepet. Yaitu dimana setiap dokumen yg diantarkan hari ini harus diambil di hari tersebut juga. Bukannya apa, takutnya jika dimalamkan  dokumennya bakalan tidur nyenyak seperti sebelumnya.  Disini untuk yang bisa membaca akan diberikan penjelasan dan memberikan contoh dokumen yang telah berisi baru kemudian beranjak kerumah berikutnya. Untuk yang tidak bisa calistung atau ada kendala lainnya langsung saya bantu ditempat dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.


Menerapkan strategi kepepet ternyata betul-betul manjur. Disini saya sadar orang bakalan bertindak cepat ketika mereka merasa terdesak. Sama halnya pengisian dokumen sensus penduduk, responden langsung menyegerakan karena merasa harus dikumpulkan hari itu juga. Bahkan tidak jarang, belum selesai saya bantu tetangga sebelahnya mengisi, sudah ada mereka datang mengantarkan dokumen. Disini pun saya tidak serta merta lansung menerima, melainkan juga memastikan kembali mengenai kebenaran isi dokumen. 


Tantangan Sensus Penduduk 2020 tidak hanya soal pandemi, melainkan juga musim penghujan. Alhasil, baru seminggu dilapangan kami sudah dihadapkan dengan banjir. Mau tidak mau, selain menggunakan protokol kesehatan, kami juga harus mengarungi genangan air demi terdatanya seluruh warga. Tangan kiri memegang celana dan tangan kanan memegang tas yang dijunjung (tali tasnya putus, padahal baru semingguan dipakai). Bahkan ada beberapa rumah yang saat itu aksesnya harus menggunakan sampan. Kalau diingat-ingat, rasanya lucu kali saat itu. Jadi malu baut dipaha dilihat warga.


Meskipun dihadapkan dengan pandemi dan bencana alam, alhamdulillah tugas sensus penduduk bisa selesai lebih cepat, sebelum batas waktu yang ditentukan. Tidak hanya di lapangan, melainkan juga kerapian dokumen siap untuk diserahkan. Info ini pun langsung tersebar di group kecamatan, bahkan beberapa teman langsung japri "serius sudah selesai?" "Kok bisa cepat selesai?" 


Disini saya tekankan, kalau kita hanya betul-betul berharap semuanya diisi responden, tanpa ada bantuan kita, tentunya tidak bakalan selesai. Belum lagi kesalahan pengisian yang sering terjadi, yang pastinya bakalan membuat kita untuk melakukan pendataan kembali. Hal ini tentu saja akan menambah waktu.


Disisi lain, hal yang sangat memotivasi saya untuk segera menyelesaikan pekerjaan adalah karena saat itu saya juga mengurus orang tua yang sedang sakit. Makanya disaat turun lapangan saya akan menggunakan waktu tersebut sebaik-baiknya agar bisa mendata sebanyak mungkin. Disaat malam sambil menjaga Uwak saya sempatkan juga untuk memeriksa dan merapikan dokumen yang sudah ada. Hal ini selalu saya lakukan hingga tugas benar-benar selesai.


Nah buat yang selalu bilang "enak ia udah selesai" coba kalimatnya diganti "jam berapa tidurnya?"


Disaat menyerahkan dokumen, saya ditawari oleh Bang Joko untuk mengikuti kegiatan BPS berikutnya, Post Enumeration Survei Sensus Penduduk. Beliau menjelaskan, untuk pekerjaan ini sedikit berbeda dengan yang sebelumnya. Dimana saat dilapangan nanti akan mewawancarai responden menggunakan android, melalui aplikasi CAPI. Jadi kita tidak perlu lagi membawa banyak dokumen untuk memenuhi tas.


Berhubung keadaan Uwak yang tidak sehat, saya pun coba menceritakan tentang penawaran tersebut kepada beliau. Disini Uwak berkata "jangan cari yang jauh-jauh". Saya pun menjelaskan kalau nanti kerjanya bakalan di Kecamatan Segedong dan Kecamatan Siantan (sebelum berubah nama menjadi Kecamatan Jongkat). Lagian pun jam kerjanya bebas, bisa berangkat dan pulang kapan saja.


Beberapa hari kemudian saya bercerita kembali kepada Uwak bahwa saya menerima tawaran tersebut. Beliau tampak banyak terdiam, antara setuju atau tidak. Saya yang duduk di pinggir dipan, sesekali menyuapkan buah anggur, hasil gaji pertama setelah menjadi mitra BPS. Tidak hanya itu, permen susu kesukaannya juga saya belikan. Jujur, bisa membelikan sesuatu untuk orang tua sungguh membahagiakan.


Dikarenakan masih pandemi, maka pelatihan petugas untuk kegiatan PES SP dilakukan secara online. Untuk melancarkan agenda tersebut, kami menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Meskipun pelatihan dilakukan dalam jarak yang jauh, namun apa yang menjadi pokok bahasan bisa tersampaikan. Apalagi lagi materi yang dibahas kurang lebih sama seperti Sensus Penduduk. Karena pada kegiatan ini kita hanya melakukan pendataan ulang terhadap beberapa blok dengan menggunakan aplikasi CAPI. Dari kegiatan inilah nantinya akan ditemukan tingkat keeroran dari Sensus penduduk Sebelumnya.


Pada kegiatan PES SP pihak BPS yang saya kenal bertambah. Disini saya mengenal bang Arif Yuandi dan Pak Bambang selaku pengawawas lapangan. Disini juga sempat dikunjungii oleh ibu Laila, Kepala BPS Kabupaten Mempawah. Awalnya saya tidak yakin jika beliau benar-benar akan datang, karena lokasi yang berada jauh dihujung kampung dan medan jalan yang rusak serta kecil. Tetapi Bu Laila membuktikan keinginannya hingga akhirnya sampai dilokasi. Apakah ini namanya wanita tangguh?


Jika dibandingkan dengan kegiatan Sensus Penduduk sebelumnya, kegiatan PES SP ini jauh lebih mudah. Hal ini dikarenakan untuk lapangan kita lebih banyak menggunakan android, yang tentu saja akan mengurangi beban didalam tas. Terlebih, jika ada data yang kurang atau belum terisi maka akan ada pemberitahuannya. Begitu juga poin-poin yang tidak perlu ditanyakan akan melompat sendirinya. Lebih sakti daripada kera sakti.


Namun jalan bagus tak selamanya mulus. Adakalanya turun naik, berkelok hingga dipenuhi lubang. Saat itu aplikasi lagi error, tidak bisa mengirim file bahkan dokumen tidak terbaca. Saat itu saya langsung mengkonfirmasi ke pengawas mengenai kendala tersebut. Dan ternyata memang servernya yang sedang bermasalah.


Berhubung saat itu lokasi tugas saya jauh, kurang lebih membutuhkan waktu perjalanan 2 jam pulang-pergi, rasanya rugi jika balik tanpa ada progres sedikit pun. Hingga saat siang sekitar jam 1, dokumen sudah mulai bisa diinput, hanya saja belum bisa dikirim. Pekerjaan pun dilanjutkan kembali dengan metode menyimpan data dan mengirimnya di kemudian hari.


Disaat sedang wawancara, tiba-tiba dering panggilan masuk tampak dilayar handphone. Disitu tertera jelas nama Ucu, adik bungsu yang sedang pulang kampung dan merawat Uwak. Seketika jantung berdegup kencang. Saya pun izin membuka telepon tersebut kepada responden. 


Suara isak tangis menyambut ketika panggilan telpon diangkat. Saya tahu, ada hal yang menyedihkan sedang terjadi disana. Hingga suara terdengar "Bang, Uwak sudah meninggal." Saat itu juga air mata langsung membasahi pipi. Saya pun lekas pamit ke responden dan  izin wawancaranya dilanjutkan lain hari.


Motor pun melaju diantara kesibukan pengguna jalan dan desingan kendaraan. Saat itu juga saya teringat semua kejadian-kejadian tadi malam. Dimana Uwak sempat berkata ingin tidur dikamar depan yang ternyata adalah pembaringan terakhir di ruang tamu. Malam itu juga beliau sempat menanyakan kapan mau dibawah ketanah? Yang saya jawab "uwak harus sembuh dulu biar bisa jalan-jalan". Tapi ternyata yang dimaksud adalah kuburan, tempat peristirahatan terakhir. Saya tidak peka terhadap tanda-tanda itu.


Belum lagi kejadian siang ini dimana server yang mendadak error ternyata merupakan cara semesta biar saya lekas pulang. Namun lagi-lagi saya tidak membacanya. Dan saya sesalkan adalah sebelumnya Uwak tidak mengizinkan ikut kegiatan ini. Namun karena keinginan saya untuk dapat penghasilan membutakan segalanya. Ya, setiap pilihan punya resiko sendiri. Termasuk ini, saya tidak bisa melihat saat-saat Uwak terakhir kali menarik napas. 


Setelah dikebumikan, saya pun meminta izin ke Pak Bambang dan melaporkan mengenai kejadian yang baru dialami. "Innalillahi wainnailaihi roji'un, turut berduka cita. Lapangannya dilajutin nanti saja, Mas." jawab pak Bambang diseberang telepon. Meskipun beliau tidak membatasi waktu izin, namun saya sadar tugas ini harus diselesaikan segera mungkin. Alhamdulillah, tugas tersebut bisa selesai sebelum waktu akhir.


Setelah selesai dilapangam, pekerjaan tersebut di cek lagi oleh pihak BPS melalui ajuan pertanyaan ke Pak RT. Data yang kita peroleh akan disandingkan dengan jawaban Pak RT. Saat itu saya ingat betul yang bertugas adalah Kak Adila dan ditemani Bang Arif. 


Selanjutnya, karena sudah tidak jauh dari Pontianak kami diajak oleh bang Arif makan di D'Bamboo. Disini saya semakin banyak tahu tentang BPS dan kegiatannya. Sosok bang Arif yang humoris, Kak Adila dan pihak BPS lainnya  yang baik memberikan mindset dipikiran saya bahwa orang-orang dilingkungan Badan Pusat Statistik Mempawah itu friendly. Meskipun saya hanya sebagai mitra, namun komunikasi dan perlakuan sama seperti teman pada umumnya. Ketika ada kekeliruan maka kita akan diarahkan tanpa menyudutkan.


Oh iya, gaji dari kegiatan PES SP saya buatkan buku yasin untuk almarhum Uwak. Setidaknya sedikit mengobati penyesalan.


Setelah dua kegiatan diatas, saya kembali ditawari pekerjaan oleh Bang Joko, yaitu Susenas. Menurut dari para suhu dan pihak BPS, ini adalah pekerjaan yang paling tersulit dari semua pekerjaan yang ada di Badan Pusat Statistik. Awalnya sempat ragu juga untuk menerimanya, namun karena dari info akan ada pelatihan secara tatap muka saya pun menerimanya.


Jika sebelumnya pelatihan hanya dilakukan melalui Zoom Meeting, maka pelatihan kali ini dilakukan secara tatap muka, bertempat di Hotel Wisata Nusantara Mempawah.  Lumayanlah, setelah sekian lama dihadapi dengan wabah pandemi, akhirnya bisa liburan tipis-tipis. Staycation di hotel, kwkwwk.


Dikegiatam ini saya mulai kenal sama Mbak Safira Nurrosyid dan Kak Syarifah Apriani, yang saat itu merupakan pemateri susenas. Dari pemaparan beliau sepertinya apa yang oleh para senior sampaikan ada betulnya. Apalagi saya masih newbie didunia pendataan. Banyak pula yang akan ditanyakan ke responden.


Ia betul! Segala pendapatan dan pengeluaran semuanya harus ditanyakan. Dari yang dimakan, barang yang dibeli baik itu tampak mau pun tidak tampak, begitu pula jasa, memberi makan dan makan ditempat orang juga harus dicatat. Belum lagi status pernikahan, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Semua pertanyaan tersebut terangkum dalam 2 dokumen Susenas.


Bahkan tidak jarang dilapangan sering ditanyakan oleh responden "ini data untuk apa sih? Sedetail itu pertanyaannya." Nah karena sudah telanjur ditanya, rasanya kurang bijak juga jika tidak dijawab. Susenas itu merupakan singkatan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional, dimana data yang dibutuhkan berupa data pendidikan, kesehatan, perumahan, konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, dan sosial ekonomi lainnya.


Lalu apa pentingnya data tersebut? Dari data tersebut tentunya bisa diketahui gambaran umum mengenai pendapatan, tingkat kesejahteraan, masalah sosial hingga akses terhadap layanan dasar (terutama akses pendidikan dan kesehatan). Data ini lah yang nantinya akan digunakan oleh pemerintah untuk pembangunan dan membuat kebijakan. 


Bincang-bincang, dari kegiatan susenas tentunya banyak pelajaran yang bisa  dipetik. Yang pertama adalah tidak selamanya kepo itu negatif, ada kala nya kita memerlukan banyak informasi sedetail-detailnya, untuk menyajikan data yang lebih akurat. Meskipun itu sebuah pertanyaan yang tabuh untuk dibicarakan oleh seorang lelaki. Untuk hal yang sensitif tentunya kita mesti awali dengan kata 'maaf' agar tidak menyinggung responden.


Yang kedua adalah setiap pekerjaan pasti selesai. Saya akui, diantara kegiatan BPS, Susenas adalah yang sulit. Setidaknya ada dua tahapan yang dikerjakan, yang pertama adalah pemutakhiran dan yang kedua adalah pencacahan. Setelah tahapan pertama selesai, maka masing-masing blok akan terpilih sebanyak sepuluh sampel rumah tangga. Sampel tersebutlah yang nantinya akan kedatangan detektif Conan dengan mengajukan banyak pertanyaan, hehe. Setidaknya ada 2 dokumen yang harus diisi, dimana setiap dokumen isinya saling terkaitan.


"Dicoba saja dulu bang. Kalau salah nanti dokumennya dibalikin dan diperbaiki" inilah guyonan yang sempat dikeluarkan Bang Joko sambil cekikikan saat pelatihan. Meskipun cuma candaan tapi kata-kata tersebut memiliki makna yang besar. Disini kami diberikan kesempatan untuk belajar yang sebesar-besarnya. Yang penting coba saja dulu, kalau salah diperbaiki lagi. Jangan menunggu bagus baru mau mulai, tetapi mulailah dulu untuk menjadi bagus. 


Disisi lain, kami pun sadar ada sebuah kepercayaan yang diamanahkan. Mau tidak mau harus melakukannya dengan baik. Walaupun saat itu saya sadari masih banyak kekurangannya.


Yang ketiga adalah attitude. Pernah mendengar kata pepatah, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Ya, saya sangat menghargai nilai ini, yang artinya kemanapun kita berada harus menghormati budaya setempat. Sopan santun mesti selalu dijaga, baik itu dari tutur kata mau pun tingkah laku. Meminta izin ke penguasa wilayah, seperti RT atau yang lainnya untuk menginfokan maksud kedatangan.


Begitu juga jika kerumah warga, jika sudah lebih dari tiga kali mengucapkan salam tidak ada jawabannya, sebaiknya kita pergi.  Karena kita tidak tahu mungkin saja orang yang ada didalam rumah lagi sibuk, lagi istirahat, sakit atau memang rumahnya lagi kosong, hehe. Lain waktu baru didatangi lagi.


Untuk wawancara susenas tentunya membutuhkan banyak waktu. Sebelum dimulai alangkah lebih baiknya kita tanyakan dulu kesedian responden. Kalau jawabnya bersedia, ok dilanjutkan. Kalau misalnya lagi sibuk, atau anaknya lagi rewel atau sedang buru-buru keluar sebaiknya ditunda dulu. Kemudian tanyakan kapan bisa datang kembali untuk melakukan wawancara. Karena disini kita harus memperhatikan emosional responden untuk mendapatkan jawaban yang bagus. Sungguh banyak pelajaran ketika menjadi petugas susenas.


Berkat dari kegiatan ini juga saya selalu diingat oleh reponden. Iya, serius! Pernah saya lagi berbelanja di pasar, terus ketemu sama responden dan langsung disapa "eh abang BPS agik belanje". "Iya bu, biar silaturrahmi tidak putus pinjam dulu seratus" kwkwk jawab saya, tapi dalam hati.


Pernah juga ketika lagi main ditempat teman dan kebetulan lewat depan rumah responden auto diteriaki "Bang, mau data agik ke". Dibandingkan yang lainnya, responden susenas sepertinya lebih fanatik terhadap daya ingatan. Apakah ini karena waktu wawancara yang lama dan pertanyaan yang intens?


Setelah Susenas usai, selanjutnya saya kembali ditawarkan menjadi petugas KSA Padi. Dikarenakan petugas sebelumnya angkat tangan akhirnya Bang Joko harus mencari petugas dalam waktu tempo yang sesingkat-singkatnya (kemungkinan). Kegiatan apa ini?  Kerangka sampel area padi merupakan survei yang dilakukan dengan pengamatan langsung pada tanaman padi. Dimana pengamatan tersebut dilakukan setiap bulan dan nantinya akan diadakan ubinan untuk mengetahui produktifitas tanaman padi. Kurang lebihnya begitu.


Lusanya pun kami langsung turun ke lapangan, yang saat itu segmennya berada di Parit Bugis. Kehadiran saya yang hanya menggunakan sandal gunung menjadi bahan tawaan Bang Feri yang merupakan Mitra senior BPS Mempawah. Betul saja, diantara saya, beliau dan Bang Joko, hanya diri sendiri yang tidak menggunakan sepatu boots. 


Dalam melakukan pengamatan terhadap tanaman padi setidaknya ada aplikasi yang mesti digunakan. Berhubung saat itu masih dalam masa peralihan aplikasi lama ke aplikasi yang baru, maka mau tidak mau harus mengunakan kedua-duanya. Pengambilan foto pun ada tekniknya tersendiri, semua tergantung jenis amatan yang di pilih. Begitu pula posisi pengambilan foto tanaman padi yang mengharuskan masuk dalam radius 10 meter.


Setelah melakukan praktek lapangan langsung bersama pihak BPS dan Mitra senior, akhirnya 1 segmen KSA padi selesai dilakukan. Berhubung masih ada dua segmen yang belum dikerjakan, Bang Joko berinisiatif meminjamkan sepatu bootsnya. Tawaran tersebut tentu saja lansung diterima dan sampai sekarang belum saya kembalikan. Mohon maaf boss, anggap saja ini kenang-kenangan setelah pindah ke Provinsi, kwkwk. Semoga rezekinya semakin lancar...


Setelah setiap bulannya melakukan pengamatan, tibalah saatnya ubinan padi. Ubinan perdananya dilakukan bersama tim lapangan produksi BPS yang handal, Bang Joko Pranoto, Bang Adwin dan Bang yulfi Ramanda. Disinilah saya diajarkan bagaiman cara menggunakan alat ubinan, yang baru pertama kali saya lihat secara langsung. Sebelumnya sempat cari info di youtube.


Semuanya berbagi peran. Saat itulah saya melihat kerjasama yang begitu kompak. Bahkan sekelas Bang Adwin pun ikut merontokkan padi menggunakan kaki. Sebuah skill yang tidak semua orang miliki, kwkwk. Omong-omong, beliau juga memiliki usaha thrifting  di produk sepatu dan sering menjadi sponsor dalam award mitra terbaik. Cek postingan beliau di instagram @haithay80_sbk.  


Dalam waktu yang singkat dua sampel langsung selesai. 


Tim KSA BPS Kabupaten Mempawah


Di kegiatan ini saya juga mengenal Kak Maria. Setiap ada update informasi di group selalu di handle oleh beliau. Sumpah, beliau ini orangnya sangat baik. Kalau kita lagi ada masalah atau mungkin sedang bertengkar pasti langsung adem jika ketemu beliau. Apalagi kalau dengarkan suaranya saat menyampaikan materi, pasti suasananya jadi bersahaja.


Ngomong-ngomong Kak maria nya sekarang lagi sakit. Kemarin terakhir kerjasama bareng beliau saat kegiatan PES ST. Tetap semangat kak dan semoga lekas pulih. Mohon doanya teman-teman untuk kesehatan beliau.


Selain KSA Padi, ada juga namanya KSA Jagung. Berhubung petugasnya lagi sakit, akhirnya saya di telepon Bang Joko untuk menemani Bang Heri Gustaman. Beliau berasal dari Mempawah  yang sementara waktu akan menggantikan petugas sebelumnya. Meskipun memiliki postur tubuh yang tinggi, besar dan sedikit brewokan, namun beliau sangat baik dan humoris. Di BPS, beliau ini merupakan mitra legend dan andalan. Oh ie bang, selamat sudah menjadi Kepala Desa Sejegi.


Tugas dari KSA jagung kurang lebih sama seperti KSA padi, melakukan pengamatan terhadap tanaman. Hanya saja dijagung tidak ada yang namanya ubinan. Selain itu, jika di lahan padi kadang terkendala dengan lahan yang becek berbalutkan lumpur, maka dilahan jagung terkendala semak belukar dan aksesnya yang jauh. Bahkan sudah tiga kali celana robek akibat sayatan rumput liar, seperti terung hutan dan rambang. Namun karena cuan semua akan dihadapi, kwkwk. Semangat!


Dari kegiatan KSA jagung tentunya banyak arahan dan pelajaran yang didapatkan dari sosok Bang Heri Gustaman. Seperti selalu menyediakan plastik bening untuk keamanan handphone. Kenapa memilih yang bening? Karena biar bisa tetap melanjutkan tugas lapangan meskipun dalam kondisi kehujanan. Good idea yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Air pun harus selalu dibawa, karena sangat menunjang untuk kelancaran bertugas. Jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan seperti ini.


Selain saran, tentunya banyak arahan juga yang didapatkan dari beliau yang telah banyak makan garam di BPS. Saat itu dibawah pohon rindang dengan panas yang lagi teriknya, beliau mengatakan "Kita hanyalah sebagai mitra, tidak lebih". Sebagai pekerja yang dikontrak, tentunya kita punya batasan tertentu. Ada saatnya kita bakalan ditawari pekerjaan dan kadang pula tidak. Atau bahkan tidak digunakan lagi. Namun ketika ditawari kegiatan cobalah untuk menerima meskipun gajinya tak seberapa.


Selama tiga bulan bersama beliau, akhirnya saya bisa menuntaskan 12 SKS, hehe.


Selanjutnya, saya pun diamanahkan untuk melaksanakan KSA jagung seutuhnya. Jika sebelumnya tugas bisa dibagi dua, saya mengambil foto dan bang Heri Gustaman mengecek amatan sebelumnya, kali ini mesti dilaksanakan sendirian.


Berhubung mendapatkan amanah yang baru, satu dari tiga segmen KSA padi sebelumnya saya berikan ke Bang Feri. Bukannya tidak bisa menyelesaikan pengamatan dalam 1 hari, hanya saja ditakutkan kedepannya cuaca tidak mendukung atau ada hal lainnya. Terlebih saat itu bang Feri hanya 2 Segmen. Hal ini pun saya ajukan ke Bang Joko dan mendapatkan persetujuan dari beliau.


Setelah dipercayakan untuk menjadi petugas KSA padi dan jagung, akhirnya saya memiliki pemasukan tiap bulan dari BPS. Lumayan buat ngopi dan jajan. Tapi itu dulu, sekarang sudah ada aturan baru yang mengharuskan setiap petugas KSA Padi minimal 3 Segmen. Sekarang yang tersisa hanya KSA jagung, sebuah pekerjaan yang saya anggap juga sebagai olahraga dan piknik kecil di batas hutan.


Nah itulah pekerjaan awal mula saya bergabung sebagai mitra BPS. Oh iya, sebelum susenas juga pernah menjadi Petugas PIPA, yaitu pendataan industri penggilingan padi. Selain kegiatan tersebut tentunya banyak lagi kegiatan-kegiatan lainnya. Terima Kasih banyak BPS Kabupaten Mempawah atas kepercayaannya selama ini. Saya akui masih banyak kekurangan dalam pekerjaan yang telah dilakukan.


Tabek...


Baca juga: Kejadian-Kejadian Apes Mitra BPS








Wednesday, December 20, 2023

Panwascam Segedong Akan Merekrut 76 Petugas PTPS

Panwascam Segedong akan melakukan rekrutmen dan seleksi Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS) untuk pemilu tahun 2024. Setidaknya dibutuhkan 76 orang petugas yang nantinya akan tersebar di 6 desa. Desa Peniti Dalam I membutuhkan sebanyak 12 petugas, Desa Sungai Burung membutuhkan sebanyak 9 petugas, Desa Sungai Purun Besar membutuhkan sebanyak 16 petugas, Desa Parit Bugis membutuhkan sebanyak 7 orang, Desa Peniti Besar membutuhkan 18 petugas dan Desa Peniti Dalam II membutuhkan sebanyak 14 petugas.

Panwaslu Kecamatan Segedong




Tugas Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS)


Berdasarkan Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2020 pasal 23, dalam melaksanakn tugas, wewenang dan kewajiban penyelenggaraan pengawasan pemilu atau pemilihan, Pengawas TPS mempunyai fungsi:


1. Pencegahan dugaan pelanggaran pemilu dan pemilihan

2. Pengawasan tahapan pemungutan dan penghitungan surat suara pemilu atau pemilihan

3. Pengawasan pergerakan hasil penghitungan suara

4. Penerimaan laporan dan atau temuan dugaan pelanggaran pemilu atau pemilihan

5. Penyampaian laporan dan atau temuan dugaan pelanggaran pemilu atau pemilihan kepada Panwaslu Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/Desa


Kapan Perekrutan Pengawas TPS Pemilu 2024 akan dibuka?


Pembentukan Pengawas TPS setidaknya dilakukan paling lambat 23 hari sebelum pemungutan suara dilakukan. Jika berpacu pada Pemilu 2024 dilaksanakan pada tanggal 14 Februari,  maka jadwal pendaftaran PTPS akan dibuka sebelum tanggal 22 Januari. Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya, perekrutan tersebut biasanya dilakukan setelah pendaftaran KPPS telah dilaksanakan. Untuk kelanjutan yang lebih jelas, tetap stay tune di media sosial Panwascam Segedong.


Baca juga: Daftar Lokasi Terlarang Pemasangan Alat Peraga Kampanye di Kabupaten Mempawah

Tuesday, December 12, 2023

Daftar Lokasi Terlarang Pemasangan APK di Kabupaten Mempawah

Rakor Pengawasan Tahapan Masa Kampanye


Panwascam Segedong. Tidak terasa pemilu serentak tahun 2024 semakin dekat. Dimana saat ini tahapan pemilu sudah memasuki masa kampanye, yang pastinya masing-masing calon giat memperkenalkan diri ke masyarakat. Salah satu cara untuk mensosialisasikan diri tersebut adalah melalui alat peraga kampanye (APK). Jadi jangan heran jika di pinggir jalan sudah banyak dipenuhi baliho milik dari peserta pemilu tahun 2024.


Selain tempat ibadah, fasilitas kesehatan, pendidikan dan pemerintahan, ternyata di Kabupaten Mempawah juga telah ditetapkan beberapa titik yang dilarang untuk pemasangan alat peraga kampanye (APK). Hal ini tentunya berdasarkan pada Surat Keputusan KPU Kabupaten Mempawah No. 141 Tahun 2023. Adanya keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan untuk menjaga nilai estetika keindahan dan ketertiban umum.


Berikut daftar lokasi di Kabupaten Mempawah yang dilarang untuk memasang alat peraga kampanye (APK):


Kecamatan Mempawah Hilir


1. Taman Mempawah di depan PU

2. Taman Teratai

3. Taman Aulia Rubini

4. Taman Waterfront

5. Taman Bestari

6. Taman Tugu Pak Tani

7. Taman Adipura

8. Taman Benteng

9. Disepanjang bahu jalan dan diatas atau didalam parit dimulai BPDB (Jl. Daeng Manambon, Desa Kuala Secapah) sampai dengan simpang Taman Benteng (Kelurahan Terusan)

10. Terminal Mempawah

11. Semua jembatan yang menjadi fasilitas umum

12. Tiang listrik

13. Pohon


Kecamatan Mempawah Timur


1. Simpang 3 turun jembatan tol arah Antibar dan Pulau Pedalaman

2. Simpang 3 masuk ke arah GOR Opu Daeng Manambon

3. Lokasi GOR Opu Daeng Manambon

4. Simpang 3 Kelurahan Pasir Wan Salim masuk ke Desa Pasir Panjang

5. Simpang 3 Antibar Tugu Garuda

6. Tikungan sepanjang jalan mulai dari tikungan gardu induk PLN Senggiring sampai dengan sebelum toko Al-Bisayaroh

7. Semua jembatan yang menjadi fasilitas umum

8. Tiang listrik

9. Pohon


Kecamatan Sungai Kunyit


1. Tikungan Desa Semudun

2. Tikungan Sungai Tanjung, Desa Sungai Dungun

3. Tikungan Desa Sungai Limau deapan PT. EUP

4. Tikungan Desa Sungai Kunyit Laut depan PT. PELINDO

5. Semua jembatan yang menjadi fasilitas umum

6. Tiang listrik

7. Pohon


Kecamatan Sungai Pinyuh


1. Taman Simpang 3 tugu pasar Sungai Pinyuh

2. Terminal Sungai Pinyuh

3. Semua jembatan yang menjadi fasilitas umum

4. Tiang listrik

5. Pohon


Kecamatan Anjongan


1. Sepanjang jalan raya TNI 643 Moton

2. Sepanjang jalan raya Desa Dema dan Pak Bulu, jalan raya ABRI di Pladis

3. Semua jembatan yang menjadi fasilitas umum

4. Tiang listrik

5. Pohon


Kecamatan Toho


1. Disimpang 3 Desa Toho Ilir dari area PT. TIRTA SUKSES PERKASA (Club) sampai dengan gapura batas desa, antara Desa Pak Laheng dan Toho Ilir

2. Semua jembatan yang menjadi fasilitas umum

3. Tiang listrik

4. Pohon


Kecamatan Sadaniang


1. Semua jembatan yang menjadi fasilitas umum

2. Tiang listrik

3. Pohon


Kecamatan Segedong


1. Simpang 3 antara jembatan dan masuk ke Segedong (Desa Sungai Burung)

2. Semua jembatan yang menjadi fasilitas umum

3. Tiang listrik

4. Pohon


Kecamatan Jongkat


1. Tikungan Wajok Hulu

2. Tikungan Wajok Hilir Simpang 4

3. Simpang Sungai Nipah

4. Simpang Peniti Luar

5. Terminal Jongkat

6. Semua jembatan yang menjadi fasilitas umum

7. Tiang listrik

8. Pohon


Friday, December 8, 2023

Mengenal Panwaslu Kecamatan Segedong

Panwascam Segedong. "Bersama rakyat awasi pemilu, bersama Bawaslu tegakkan keadilan pemilu". Begitulah slogan yang sering digaungkan oleh pihak Bawaslu dan jajarannya. Dimana dalam terciptanya pemilu yang demokratis dan berkualitas, diperlukan juga adanya partisipasi masyarakat untuk mengawasi pemilu.

Panwaslu Kecamatan Segedong


Untuk pemilu 2024 kedepan, terdapat juga petugas yang akan mengawasi penyelenggaraan pemilu di tingkat kecamatan. Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan atau yang sering disebut Panwascam adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Kabupaten/Kota yang terdiri dari 3 anggota. Panwaslu Kecamatan tersebut bersifat ad hoc yang memiliki makna bahwa Panwascam sebagai penyelenggara Pemilu yang langsung bersentuhan dengan penyelenggara dan peserta pemilu yang berkerja ditingkat bawah, bersifat sementara, sekaligus sebagai garda terdepan dalam pengawasan tahapan Pemilu. Berikut merupakan struktur organisasi Panwaslu Kecamatan Segedong:

KOMISIONER

1. Ketua: Pitra,Sp (Koordinator Divisi SDM, Organisasi, Pendidikan, Pelatihan, Data dan Informasi)
2. Anggota: Sabani (Koordinator Divisi Hukum, Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Hubungan Masyarakat)
3. Anggota: Tedi Rohadi (Koordinator Divisi Penanganan, Pelanggaran, dan Penyelesaian Sengketa)

SEKRETARIAT

1. Koordinator Sekretariat: Elwin Setiana, SE
2. Bendahara: Muhammad Efendi
3. Junaidi: Staf Divisi SDM, Organisasi, Pendidikan, Pelatihan, Data dan Informasi
4. Yusra: Staf Divisi Hukum, Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Hubungan Masyarakat
5. Dede Sri Delvey: Staf Koordinator Divisi Penanganan, Pelanggaran, dan Penyelesaian Sengketa
6. Noviah Wati: Pramusaji
7. Arif Maulana: Keamanan

PANWASLU KELURAHAN/DESA

1. Jamaluddin: Desa Peniti Dalam I
2. Mubassirin: Desa Sungai Burung
3. Masyudi: Desa Sungai Purun Besar
4. Markandi: Desa Parit Bugis
5. Munandar: Desa Peniti Besar
6. Apandi: Desa Peniti Dalam II

Lokasi sekretariat: Jalan A. Rasyid RT 007 RW 002 Desa Peniti Dalam I

Monday, July 3, 2023

Kejadian-Kejadian Apes Mitra BPS

Sensus Pertanian 2023


Selama menjadi mitra Badan Pusat Statistik (BPS) di Kabupaten Mempawah, saya sudah banyak makan asam garam atau bahkan asam lambung dari sebuah pekerjaan. Iya, sudah kurang lebih tiga tahun saya menjadi pekerja freelance yang berkecimpung dilapangan. Mulai dari mewawancarai manusia dari rumah-kerumah, hingga mengamati pertumbuhan tanaman yang jauh di perbatasan hutan. Nah, sebagai anak lapangan pastinya ada hal-hal kurang mengenakkan yang telah dialami. Berikut kejadian-kejadian apes yang pernah saya alami:


1. Mengarungi banjir 


Menjadi petugas lapangan dengan waktu kerja yang telah ditentukan mengharuskan kita untuk menyelesaikannya tepat waktu. Namun ada kalanya, ada saja hal-hal yang membuat pekerjaan tersebut menjadi terhambat. Salah satunya adalah banjir,  bencana alam yang datangnya secara tiba-tiba. 


Jadi saya pernah mengalami yang namanya mendata saat banjir. Kebetulan saat itu ketinggian air tidak mau turun, bahkan bertahan selama 2 bulan. Tapi beruntungnya sebagian besar rumah masyarakat tidak terendam banjir, karena bentuk bangunan yang semi panggung. 


Namun yang menjadi masalah adalah akses untuk kerumah tersebut yang membuat saya harus melepaskan celana panjang. Alhasil, paha dan betis yang penuh baut jadi tontonan responden saat sedang mengarungi banjir. Bahkan ada sebagian rumah yang hanya bisa diakses menggunakan sampan.


Untuk kamu yang baru pertama kali menjadi mitra BPS, saya sarankan untuk segera menyelesaikan pekerjaanya secepat mungkin. Karena kita tidak tahu hal apa yang akan terjadi di hari berikutnya yang mungkin saja bisa menghambat pekerjaan. Salah satunya adalah bencana alam yang datangnya tiba-tiba.


2. Masuk dalam kolam


Masih ada hubungannya dengan banjir, saat itu saya sedang melakukan pengamatan terhadap tanaman padi. Karena genangan air yg mencapai selutut, membuat apa yg ada didepan mata tidak terlihat jelas. Singkat cerita, saya pun masuk kedalam kolam tanpa mendapatkan ikan seekor pun.


Seperti kata pepatah, sudah jatuh ditimpa motor pula. Sudah cape-cape mengarungi banjir, eh malah masuk kedalam kolam. Mata yang ada dikaki pun tidak bisa diajak kerjasama ketika berjalan didalam air. Tapi untungnya sling bag yang digunakan tahan air, jadi hp yang ada didalam masih tetap dalam keadaan kering.


Nah, buat kamu yang sedang mendata saat banjir harus berhati-hati di lapangan. Terlebih jika kamu tidak mengenal medannya. Pastinya gunakan tas yang kedap air atau minimal gunakan plastik untuk melindunginya.


3. Ditolak oleh responden


Pernah ditolak oleh responden sepertinya menjadi rahasia umum untuk semua mitra Badan Pusat Statistik. Ini biasanya terjadi ditempat yang bukan domisili kita, jadi mereka tidak kenal dan merasa was-was. Terlebih lagi yang akan didata merupakan seorang pengusaha dan pedagang. 


Saya pribadi juga pernah mengalaminya. Kebetulan yang akan didata adalah responden dangan profesi sebagai pedagang sembako. Meskipun sudah datang dengan sopan santun dan menjelaskan maksud serta tujuan, menunjukkan surat tugas dan izin RT, tetap saja ditolak! Padahal saat itu tidak ada konsumen yang sedang berbelanja. 


Karena sudah merasa cape mendata seharian, saya pun menyerah langsung balik ke kampung halaman. Melambaikan kedua tangan dan menyeret koper besar. Dalam hati saya bergumam 'Sesusah dan sehina ini kah mencari rejeki?'


Karena merupakan tugas dan tanggung jawab sebagai pendata lapangan, lusanya saya datang kembali. Kali ini saya berbelanja terlebih dahulu di toko tersebut. Baru kemudian mengutarakan kembali tujuan datang kesini. Alhasil, dengan modal  belanja belasan ribu, mampu meluluhkan hati responden tersebut. Bukan kah pembeli adalah raja?


Nah untuk menghindari atau meminimalisir penolakan oleh responden tentunya kita sebagai petugas harus mempersiapkan beberapa hal. Yang pertama adalah penampilan. Usahakan kita harus berpenampilan rapi, kalau ada seragam lapangan digunakan. Jangan lupa juga untuk menggunakan kartu identitas biar bisa membuat persepsi orang yang kita datangi menjadi baik. 


Yang kedua adalah selalu membawa surat tugas dan izin ke penguasa setempat. Bukan! Bukan makhluk halus yang tidak kasat mata. Melainkan izin ke kepala desa, ke RT  atau tokoh masyarakatnya. Nah setelah izin, minta tolong kepada ketua RT untuk menginfokan kepada seluruh warganya didalam group tentang kegiatan yg akan dilakukan.


4. Diserang kaki empat


Mendapatkan data dilapangan memang tidak selalu mudah seperti yang dibayangkan. Adakalanya kita harus seperti ninja warrior, harus tangguh setiap menghadapi tantangan. Seperti akses jalan yang rusak, alam yang tidak bersahabat, penolakan oleh responden  hingga serangan peliharaannya yang tiba-tiba.


Saat itu pernah mendata ke sebuah rumah yang posisinya jauh dari badan jalan dan pemukiman warga lainnya. Pekarangan rumah yang terlihat tenang dan sejuk dengan rimbunnya pohon,  tiba-tiba riuh dengan gonggongan anjing. Setidaknya ada tiga anjing yang menyambut kedatangan saya. Matanya yang terlihat merah dan suaranya yang semakin meninggi, serta air liurnya yang mulai menetes membuat kadar testosteron saya ciut.


Belum sempat membalikkan badan, salah satu dari anjing tersebut sudah berjalan menghampiri, seolah-olah rindu terhadap kekasihnya yang telah lama merantau di negeri seberang. Tanpa pikir panjang saya pun langsung balik arah, diikuti para penggemar tadi. Untungnya ada puntung kayu yang bisa membuat nyali mereka menjadi ciut. Lagian pun beraninya main keroyokan, coba satu lawan satu. Syukurnya saat itu si pemilik rumah keluar dan membuat hewan berkaki empat tersebut tenang.


Selain ketemu anjing yang nakal, anjing-anjing yang ramah juga banyak. Saking ramahnya, disaat  sedang mendata mereka sangat senang bermain di bawah kaki. Sesekali mencium dan  menjilat kaki saya. Untungnya saja anjing tersebut tidak minta digendong.


Hal-hal apes lainnya adalah hampir ditanduk kambing dan dicium angsa.


Nah kalau sudah dihadapkan dengan yang beginian kita harus menghindar secara elegan. Jangan langsung balik berlari karena itu akan membuat mereka curiga, malah mengira kita adalah pencuri. Dampaknya kita bakalan dikejar.


Kalau kamu punya keberanian tinggi, tetap saja berdiam ditempat dengan posisi jongkok. Kalau ada puntung kayu atau batu segera ambil, untuk persiapan jika terjadi hal yang genting. Tapi alangkah lebih baiknya menghindar jika tuan rumah tak kunjung keluar.


5. Kaki Terselit di lubang jembatan


Topografi lapangan yang banyak parit membuat saya harus sering menyeberangi jembatan. Pernah saat itu kaki masuk kedalam lubang akibat lantai jembatan yang sudah rapuh. Alhasil betis jadi luka dan membuat saya langsung jatuh terduduk. Yang buat nyesek lagi diketawain oleh anak-anak. Dasar bocah...


Tapi kejadian yang saya alami tidak seapes seperti teman mitra BPS lainnya.  Sebut saja namanya Yusra yang harus terjun bebas kedalam parit saat melakukan pendataan. Begitu juga Munandar yang tenggelam dan sampai sekarang sampannya belum ditemukan.


Nah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tentunya kita harus lebih berhati-hati. Dan tak lupa untuk banyak berdoa kepada yang maha kuasa.


6. Kehausan dan kelaparan


Kalau kehausannya dirumah responden sih enak, tinggal minta ke tuan rumah. Atau jika malu langsung mampir ke warung terdekat saja. Tapi bagaimana jika ditengah lahan yang dekat dengan hutan dan jauh dari pemukiman masyarakat?


Hal ini pernah saya alami yang saat itu lupa membawa minuman dan makanan. Sebenarnya bukan lupa, melainkan  karena terlalu menyepelehkan! Berawal dari cuaca yang telihat mendung yang membuat saya terburu-terburu dan merasa tidak perlu membawa air. Hingga akhirnya, ditengah hamparan lahan jagung yang tanpa pohon rindang, tiba-tiba cuaca menjadi panas.


Saya pun mulai dehidrasi, apalagi saat itu pukul sudah menunjukkan jam 12 lewat. Mau pulang rasanya nanggung, terlebih akses untuk kesini jauh. Betul-betul bagaikan simalakama. Disisi lain, kampung tengah pun mulai meronta.


Syukurnya, disaat pekerjaan akan selesai, ada air gambut yang mengalir di parit kecil. Tanpa pikir lama, saya langsung meminumnya. Sungguh, nikmat Tuhan mana lagikah yang saya dustakan. 


Nah biar tidak kejadian seperti yang diatas, sebagai petugas lapangan kita harus selalu membawa air minum dimanapun kita pergi. Kecuali kalau sedang puasa :)


7. Menikmati asam lambung


Karena terlalu sibuknya dilapangan, kadang membuat kita lupa tentang makan. Terlebih saat itu saya diamanahkan untuk menjadi pengawas yang harus mengkoordinir 4 petugas lapangan. Diantara petugas-petugas tersebut ada satu petugas yang payah betul untuk diatur. Jarang turun lapangan, merapi dokumen malas, serta susah untuk dihubungi. Alhasil saya pun sering kerumahnya untuk mengajak turun lapangan. Disisi lain, emaknya selalu bertanya kapan gaji anaknya keluar? Lah, bagaimana bisa duitnya cair kalau kerjaannya saja belum kelar.


Hingga akhirnya, batas waktu untuk pekerjaan tersebut hampir selesai, sedangkan progres dia masih rendah dibandingkan yang lain. Mau tidak mau saya pun harus turun tangan untuk membantunya dilapangan dan merapikan. Sempat beberapa kali kami mendata hingga sampai malam.


Karena jam makan tidak karuan ditambah sibuknya koreksian, akhirnya saya terkena asam lambung. Dada terasa ditusuk hingga ke tulang belakang, sesak nafas, kepala pusing dan perut terasa keras. Saat itu rasanya seperti sudah diujung maut, orang-orang ramai berkumpul, bahkan keluarga terdekat ada yang berbisik mengucapkan syahadat dan talqin. Tapi syukurnya Allah masih memberikan kesempatan untuk hidup, menyelesaikan amanah yang diberikan oleh BPS. Saya pun harus istirahat penuh selama dua hari.


Ini betul-betul menjadi pelajaran bagi saya. Sesibuk apapun kita, pola makan harus tetap dijaga. Karena kesehatan itu sangat penting boss! Nah alangkah baiknya saat turun kelapangan untuk membawa makanan dan minuman untuk.


Tentunya masih banyak cerita lainnya dibalik goresan data yang tersaji. Seperti dikira ingin meminta sumbangan, penagih iuran listrik dan disangka akan memberikan bantuan. Teman-teman mitra BPS lainnya pun pastinya punya kejadian-kejadian apesnya tersendiri.


Tabek...


Wednesday, June 15, 2022

Malim Sungai, Penginapan Murah di Jagoi Babang

Meskipun berada di pedalaman dan jauh dari pusat kota, mencari penginapan di Jagoi Babang bukanlah hal yang susah. Disini, setidaknya ada dua tempat penginapan yang akan membuat tidur malam anda terasa nyaman dan aman. Itu yang diketahui, mungkin bisa saja lebih dari jumlah yang diatas. Untuk harganya bagaimana? Tenang saja, pasti aman dikantong dan tidak membuat kita bengong.


Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB. Sebentar lagi, matahari akan menyingsing siang dan berganti dengan gelapnya malam. Berhubung perjalanan yang dilalui cukup panjang, kami pun memutuskan untuk mampir disebuah warung kopi, tepatnya didepan kantor Desa Jagoi.


Kedatangan kami yang terlalu sore rasanya kurang pas untuk mengeksplor wilayah Jagoi Babang, terutama mendatangi rumah adatnya. Ingin pulang ke Kota Bengkayang pun rasanya cukup jauh, terlebih tubuh yang sudah terasa letih. Beruntung, pemilik warung menunjukkan kami tempat penginapan yang tak jauh dari lokasi kami bersantai.


Tanpa membuang waktu, saya dan salah satu rekan pergi ke tempat penginapan tersebut. Tapi sayang, saat itu semua kamar sudah penuh, telah di booking para tamu yang nanti malam akan tiba. Kami pun keluar dengan langkah kaki yang gontai.


Setidaknya ada dua kemungkinan jika malam tersebut tidak mendapatkan tempat penginapan. Opsi pertama adalah menginap di masjid yang terdekat, sedangkan yang kedua adalah mutar balik lagi ke Kota Bengkayang, kemudian langsung pulang ke Mempawah. Pupus sudah semua rencana yang katanya ingin bertandang ke Rumah Adat Jagoi Babang atau belanja barang-barang Malaysia. 


Lagi-lagi kami merasa beruntung, disaat ingin memutuskan untuk segera pulang, tiba-tiba datang pemuda setempat yang merekomendasikan sebuah tempat penginapan. Meskipun saat itu sudah merasa sedikit genting, tapi jangan lupa untuk tetap selalu bersyukur.


"Nginap di Malim Sungai saja bang. Tapi disana tidak ada sinyal." Pemuda tersebut menyarankan kepada kami, lengkap dengan lokasi penginapannya. 


Untuk sinyal seluler bagi saya tidak peduli, yang penting kami bisa meluruskan badan, merehatkan tubuh yang sudah terasa letih. Toh, di Jagoi Babang memang terkendala untuk sinyal, hanya ada jaringan telkomsel.


Penginapan Malim Sungai


Tanpa membuang waktu, kami pun segera menuju ke lokasi. Ternyata tidak terlalu jauh, hanya melewati dua jembatan sungai dengan waktu tempuh kurang lebih 3 menit. Dekat, bukan? Ketimbang kami harus pulang ke Kota Bengkayang dan membatalkan semua agenda yang direncanakan.


Setelah ketemu resepsionis, tanpa harus membayar uang muka dulu atau yang lainnya, kami langsung diarahkan ke sebuah kamar. Untuk harga kamar tentunya bervariasi, tergantung budget dan keinginan kita. Ada yang 350 ribu, 150 ribu bahkan yang 60 ribu. 


Penginapan Malim Sunga


Lokasi kamar kami berada dilantai dasar, atau mesti turun tangga dulu untuk sampai dilokasi. Untuk kamarnya cukup legah, apalagi biaya yang kami keluarkan terbilang murah.


Dengan membayar 150 ribu kira-kira fasilitas apa yang didapat? Ini dia:


  • Sepasang ranjang
  • Sepasang handuk
  • 2 botol air mineral
  • 2 sikat gigi dan pastanya
  • Kipas angin
  • Tv
  • Wifi

Karena harga yang kami ambil standar, tentunya fasilitas yang didapat juga kurang. Seperti kamar mandi diluar, tidak dapat sarapan pagi, kamar tanpa ac. Tapi itu sungguh harga yang betul-betul murah, mengingat lokasi penginapan yang berada dipedalaman dan dekat perbatasan. Apalagi saat itu bisa diinapi 3 orang, tinggal dirempetkan saja ranjangnya.


Oh iya, disini juga ada fasilitas karokean. Dibelakang penginapan juga ada kolam renang alami, yaitu Sungai Malim. Airnya berasal dari puncak gunung tertinggi, tanpa pemutih atau kapurit. Selamat mencoba...

Monday, June 6, 2022

Surgaku Tak Kaya Lagi

Menggunakan tongkat kayu, seorang wanita tua menyusuri kebunnya. Mendatangi satu-persatu pohon  yang hanya menyisahkan ranting. Diwajahnya yang sudah mengeriput, terlihat tetesan air mata. Saya tahu, ada kepedihan yang amat mendalam. Ingin rasanya beliau teriak, marah sejadi-jadinya. Namun diurungkan, karena tak tahu akan ditujukan kemana.


Salah Satu Pohon Durian yang Mati Karena Banjir


Saat itu, akhir bulan Juni 2020, hujan terus mengguyur wilayah Kalimantan Barat. Tidak terkecuali tempat saya, Kecamatan Segedong Kabupaten Mempawah. Alhasil, hanya waktu satu malam daratan mulai digenangi air, alias banjir. Bahkan rumah-rumah penduduk pun tidak luput darinya.


Keadaan banjir pun semakin parah disaat adanya 'banjir kiriman'. Ya, daerah saya topografinya adalah dataran rendah dan juga dibelah oleh sungai. Jadi wajar saja jika di daerah hulu terjadi hujan lebat, maka sedikit-banyaknya kami akan terdampak.


Adanya banjir tersebut tentunya berdampak pada banyak hal, terutama adalah ekonomi. Masyarakat yang sehari-harinya mengaup rezeki, terpaksa harus dihentikan. Terlebih sebagian besar masyarakat profesinya adalah petani yang pastinya tidak akan mendapatkan gaji tetap. Kerja dulu baru mendapatkan hasil.


Banjir yang biasanya akan cepat pergi malah betah untuk berlama-lama. Bahkan sudah lebih satu bulan. Bagaimana nasib masyarakat? Yah pastinya menderita. Adapun bantuan dari pemerintah hanya ditujukan untuk masyarakat yang rumahnya tenggelam. Padahal yang terdampak bukan hanya mereka saja, melainkan semuanya. Sebagian besar masyarakat juga terhenti aktifitas pekerjaanya akibat banjir. Dan pastinya juga mereka membutuhkan makanan untuk kelurganya.


Berbagai spekulasi pun bermunculan. Ada yang bilang, kalau lamanya banjir ini dikarenakan adanya perusahaan dihulu yang tentunya banyak menggarap hutan. Kalian pasti tahu pohon-pohon itu mempunyai manfaat yang besar. Tidak hanya sebagai penghasil oksigen, tetapi juga sebagai penyerap air. Spekulasi yang lainnya adalah di muara Sungai Segedong (Peniti) terjadi pendangkalan. Sehingga mengakibatkan keluarnya air tidak lancar.


Namun sayang, spekulasi diatas sepertinya kurang menarik bagi mereka yang berkuasa. Yang mereka lakukan hanya turun kelapangan untuk meninjau, kemudian membagikan sembako. Disaat jalan-jalan yang semakin tinggi mereka banggakan, eh malah air juga tidak mau kalah tinggi.


Lamanya banjir tidak hanya mematikan ekonomi saat banjir saja, tetapi juga dalam jangka yang panjang. Tanaman-tanaman petani yang lama terendam air menjadi mati. Jika hidup pun tentu tidak akan berbuah maksimal. Malah tidak berbuah. Kalau begini, dari mana masyarakat akan mendapatkan penghidupan untuk kedepannya?


Durian, manggis, rambutan, langsat, cempedak banyak yang mati disaat banjir melanda. Pohon kelapa pun juga terdampak. Hidup, namun tak mampu berbuah seperti biasanya. Padahal itu adalah sumber penghasilan utama bagi sebagian besar masyarakat. Sampan yang biasanya berisi dengan berbagai hasil kebun pun tergantikan dengan kayu kering. Parit yang biasanya banyak orang yang menarik buah kelapa kini berganti kayu hasil tebangan. Sungguh, surgaku tak kaya lagi.


Mungkin ada yang ingin bekata "kalau mati, yah ditanam kembali". Menanam pohon-pohon diatas tidak secepat yang kamu bayangkan kawan! Butuh waktu diatas lima tahun baru bisa merasakan hasilnya. Bahkan pohon durian dan langsat rata-rata berbuah diumur 15 tahunan keatas. Jika ditanam pun belum tentu bisa bebas dari yang namanya banjir.


Enam bulan yang lalu, banjir lebih tinggi dari pada tahun lalu kembali melanda daerah kami. Dia pun lagi dan lagi mumbunuh sisa-sisa pohon kami.


Oh, iya. Nenek-nenek yang meneteskan air mata diatas itu memang betul terjadi. Dan itu hanya salah satu tetesan air mata yang saya ceritakan. Sekarang, dari pagi sampai sore hari, suara gergaji mesin selalu berkumandang. Merobohkan satu-persatu pohon besar kami. Semoga surgaku segera pulih.