Showing posts with label Kubu Raya. Show all posts
Showing posts with label Kubu Raya. Show all posts

Sunday, April 24, 2022

Wisata Susur Sungai Kakap dengan Kapal Menarik

Mendengar nama Sungai Kakap, kira-kira apa yang muncul dibenak anda? Pastinya langsung kepikiran tentang salah satu spesies ikan, bukan? Benar saja, sesuai dengan sebutan tempatnya, Sungai Kakap merupakah salah satu sentra tempat penjualan ikan. Tidak hanya jenis kakap, disini juga bisa ditemukan berbagai hasil laut yang dijual dalam kondisi segar, bahkan ada yang masih hidup. Seperti macam-macam ikan laut, udang, cumi, kepiting, renjong dan belangkas. 


Kapal wisata Sungai Kakap bagian atas
"View sungai dan bagan"


Selain menawarkan hasil tangkapan laut yang masih segar, ternyata Sungai Kakap juga menawarkan wisata menarik bagi anda yang sedang bertandang disini. Yaitu menyusuri Sungai Kakap dengan menggunakan kapal kayu yang dibuat semenarik mungkin. 


Untuk menaiki kapal tersebut tentunya tidak perlu merogoh kocek yang dalam. Hanya dengan harga 15.000 rupiah kita sudah bisa menikmati Wisata Susur Sungai Muara Kakap. Ada banyak hal yang bisa dilihat disaat kapal sedang berlayar, seperti aktivitas masyarakat tepian sungai, bagan-bagan dari bambu, hutan mangrove,  serta burung-burung khas tepi lautan. Saat tiba dimuara sungai, kokohnya bangunan Vihara Dharma Bhakti atau lebih dikenal dengan sebutan Klenteng Tengah Laut juga akan terlihat.


Dermaga dan kapal wisata Sungai Kakap


Kapal wisata Sungai Kakap bagian bawah


Kapal wisata Sungai Kakap
"View kapal nelayan bersandar"


Sungai Kakap saat senja


Selain itu, kita juga bisa mengabadikan momen dangan berbagai latar yang menarik. Seperti saat lalu-lalangnya kapal nelayan, bersandarnya kapal, menikmati sunset diatas kapal, hingga berbagai latar mural unik yang ada di dermaga dan kapal.


Bgaimana teman-teman? Menarik bukan! Untuk akses kesini tentunya sangat mudah dan cepat. Jika anda berangkat dari pusat Kota Pontianak, maka waktu yang dibutuhkan kurang lebih 35-40 meni untuk tibat. Tidak hanya wisata susur sungai muara kakap dan membeli ikan yang segar, disini anda juga bisa sekalian wisata kuliner.

Wednesday, December 25, 2019

Pesona Desa Sungai Ambangah

Panorama Pinggir Jalan Desa Sungai Ambangah

Roda motor mulai melambat ketika akan menaiki Jembatan Kapuas II. Bukan karena jembatannya yang terlalu menanjak, melainkan kendaraan motor kami harus berdesakan dengan yang lainnya. Entah itu roda dua, roda empat, bahkan hingga roda dua belas pun semuanya lewat disini. Apalagi saat itu waktunya makan siang, orang-orang yang ada didalam ruangan sebagiannya keluar untuk mencari makan dan keperluan lainnya.

Merupakan agenda tahunan, kali ini kami melaksanakan kegiatan pengkaderan di Desa Sungai Ambangah. Jangan ditanyakan ini pengkaderan apa? Yang pastinya ini merupakan kegiatan positif yang dilakukan oleh mahasiswa.

Bagi sebagian orang, nama Desa Sungai Ambangah mungkin masih asing ditelinga mereka. Yah begitu jugalah dengan saya yang baru pertama kali mendengarnya. 'Dimana tuh tempatnya?', kurang lebih begitulah kalimat yang saya lontarkan.

Desa Sungai Ambangah merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Ada beberapa rute yang bisa dilalui untuk sampai disini. Pertama adalah melalui jalur Desa Kapur, sedangkan yang kedua adalah melalui jalur air dari arah Desa Arang Limbung. 

Karena posisi kami saat itu berada di Kota Pontianak, tentunya jarak yang paling dekat adalah melalui Jalan Desa Kapur. Sebuah desa yang wajahnya tidak memperlihatkan suasana perkampungan, melainkan lebih keperkotaan. Maklum, wilayah tersebut berada dipinggiran kota. Sedikit banyak juga akan terciprat lajunya pembangunan.

Mendatangi Desa Kapur memang sudah sering dilakukan. Namun untuk sampai kehujung-hujungnya ini merupakan pengalaman pertama kali bagi saya. Siapa sangka ternyata masih ada banyak desa dibelakangnya. Salah satunya adalah Desa Sungai Ambangah.

Berbeda dengan Desa Kapur yang lahannya sudah banyak dijadikan perumahan, di Desa Sungai Ambangah sebagian besar lahannya adalah ladang. Maka jangan heran, kiri-kanan jalan akan terlihat hamparan hijau padi yang sedikit-banyak sudah mengeluarkan buah.

Oh iya, sebelum sampai di Desa Sungai Ambangah kita akan melewati sebuah sungai kecil. Tapi tenang saja, sungai ini sudah ada jembatannya yang bisa dilalui oleh kendaraan. Sungai tersebut bernama Sungai Ambangah yang merupakan cikal bakal nama tempat yang kami datangi.

Pesona alam yang ada di Desa Sungai Ambangah memang menarik untuk dinikmati. Apalagi ketika sore hari tiba. Kita bisa menyaksikan layang-layang yang sedang beradu diatas langit. Yang bermain tidak hanya anak-anak, melainkan juga orang dewasa yang sekedar melepaskan rasa penat. Rasanya seperti sangat jauh dari perkotaan.

Diantara ladang yang hijau juga banyak terdapat pondok-pondok istirahat petani. Kita bisa bersantai disitu sambil menikmati senja sore. Tapi ingat, jangan loncat-loncat diatasnya.

Hal yang harus diketahui, wilayah Desa Sungai Ambangah terletak dipinggiran Sungai Kapuas. Iya, Sungai terpanjang di Indonesia. Jadi sangat rugi jika tidak menyempatkan diri untuk main ketepiannya.

Saya kaget ketika sampai dipesisirnya. Jika dijalan raya tadi jarang sekali ada rumah penduduk, namun disini rumah penduduknya sangat ramai dan rapat-rapat. Berbagai aktivitas juga terlihat disini, seperti anak-anak mandi, penyeberangan yang sibuk mengantarkan orang dan kendaraan, serta ibu-ibu yang sedang mencuci atau pun bercerita diatas pendopo.

Karena berada dipesisir, maka rumah-rumah disini dibuat berbentuk panggung. Hal ini tentu saja agar rumah tidak tergenang air ketika sungai meluap. Untuk menghubungkan dari satu rumah kerumah lainnya ada jembatan yang masyarakat setempat menyebutnya geretak.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan disini. Seperti melihat tongkang lewat yang sedang mengangkut pasir, aktivitas masyarakat setempat, motor air yang sibuk menyeberangkan orang dan kendaraan. Selain itu, kita juga bisa menyaksikan pesawat yang sedang naik dan akan mendarat. Dan yang pastinya disini seru untuk bekubang (mandi).

Terimakasih kepada SMPN 11 Sungai Raya yang merupakan tempat berteduh kami selama di Desa Sungai Ambangah.

Friday, September 14, 2018

Ada Cerita di Sungai Kakap

Cuaca Sungai Kakap saat itu cukup panas. Meskipun sudah berada didalam rumah dan kipas angin yang menyala, tetap saja hawa panasnya masih terasa. Mungkin hal tersebut dikarenakan letaknya yang berada didaerah laut. Saya sendiri sudah melepaskan baju dan menyeruput segelas air dingin yang disajikan.

"Minum lagi es-nya. Habis ditambah lagi". Seru Saiful sebagai tuan rumah sekaligus teman akrab waktu duduk dibangku SMP dulu.

Perjalanan panjang dari Segedong memang cukup melelahkan dan membuat tenggorokan kering. Apalagi ketika kami berangkat kesini sudah siang alias matahari sudah tegak diatas kepala. Wajar saja jika kami memang tampak seperti orang yang kehausan. Lagian pun diantara kami tidak ada lagi yang namanya rasa sungkan atau malu-malu.

Sungai Kakap, tempat yang kami datangi ini merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kubu Raya. Dikelilingi oleh lautan yang luas menjadikan tempat yang satu ini kaya akan potensi hasil lautnya. Tidak hanya hasil lautnya, tanaman perkebunan juga tumbuh subur di daerah ini. Seperti kelapa, durian  dan langsat punggur yang merupakan produk perkebunan andalan.

Belum lama rasanya mengobrol, istri tuan rumah sudah keluar dari arah dapur. Memmpersilahkan kami untuk masuk makan siang. Tanpa basa-basi kami mengiyakan hajat si tuan rumah. Apalagi waktu sudah menunjukkan makan siang dan perutpun sudah terasa keroncongan.

Karena daerahnya yang berada dipinggir laut, tentunya menu yang disajikan pun tidak akan jauh dari hasil tangkapan laut. Seperti ikan, udang dan cumi. Bahasa gaul dalam masyarakat setempat menyebutnya seafood. Hehehe.

Makan siang ini benar-benar istimewa. Bukan hanya dikarenakan menu seafoodnya, melainkan juga karena bisa makan bersama mereka. Layaknya seperti makan dikantin masa SMP dulu. Bedanya yang ini gratis alias tidak perlu bayar. Yang istimewa lagi adalah tuan rumah yang menambahkan nasi kepiring kami secara diam-diam, meskipun perut sudah kenyang. Mau tidak mau nasi tersebut harus dihabiskan. Antara terlalu baik dan jahil.

Setelah kenyang, kami pun kembali lagi keruang tamu. Kembali melanjutkan perbincangan yang tadinya sempat terhenti. Cerita masa lalu SMP dan masa depan berumah tangga. Memang begini kalau sudah berjumpa teman yang sudah menikah. Pasti nanya-nya kapan nyusul? Kapan nikah? Ia, doakan saja semoga cepat nyusul. Amiin.

Namun rasanya kurang lengkap jika mengunjungi suatu tempat tanpa mengeksplor lebih jauh lagi. Salah satu diantara kami pun bertanya mengenai tempat wisata yang ada di Sungai Kakap. Mungkin saja bisa sekalian untuk dikunjungi.

"Bintang Mas." Tuan Rumah langsung menjawab.

Sontak ruang tamu penuh suara tawa. Siapa pula yang tidak kenal lokasi tersebut. Tapi sudahlah jangan dibahas lagi.

Tempat wisata yang ada di Kecamatan Sungai Kakap memang sangat menarik. Tapi sayang, tempat wisata yang ada disini masih banyak yang belum mengetahuinya. Sebut saja Vihara Xiao Yi Shen Tang yang lokasinya berada ditengah laut, Muara Kakap yang menjadi spot pemancingan sekaligus untuk menikmati sunset yang indah, dan Taman Mangrove Syariah. Selain tempat wisata tersebut, disini juga banyak ditemukan restoran yang menyajikan menu seafood yang segar. Dan pastinya asli tangkapan nelayan Sungai Kakap.

Dari beberapa tempat wisata yang ada diatas, kami sangat tertarik untuk menyambangi Vihara Xiao Yi Tang. Masyarakat setempat lebih sering menyebutnya sebagai Kelenteng Tengah Laut. Tanpa disuruhpun, Tuan Rumah langsung bergegas mencari tempat penyewaan perahu yang bisa digunakan untuk menuju kesana. Dari informasi yang saya peroleh, disini banyak tersedia penyewaan perahu yang bisa digunakan oleh para pengunjung. Harganya pun bervariasi, mulai dari 250.000 rupiah hingga 500.000 ribu rupiah. Tergantung ukuran perahunya.

Kami pun berangkat sekitar pukul 15.20 WIB. Jarak antara rumah ke tepian sungai pun tidak jauh, kurang lebih 100 meter. Riak air sungai dan hilir mudiknya perahu menjadi pemandangan ketika kami tiba. Diseberang sana juga terdapat sebuah tanjung yang disebut Tanjung Saleh. Tidak hanya itu, aktivitas nelayan setempat juga terlihat sedang menyiang ikan hasil tangkapan yang nantinya akan dikeringkan. Empat Lima anak kecil juga terlihat berenang dan melompat dari atas tangga pemandian.

"Kalau tenggelam bagaimana?" Tanya salah satu teman. Dengan tawa terbahak-bahak namun dimukanya juga tersirat ada rasa takut.

Yang harus diketahui, teman saya yang bertanya diatas adalah tidak bisa berenang. Meskipun begitu, yang selalu tertawa adalah dia. Sedangkan kami yang bisa berenang malahan banyak memilih untuk diam. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Tuan Rumah membawa sebuah derijen yang bisa digunakan untuk mengapung apabila terjadi hal yang tidak diinginkan.

Ukuran perahu yang kami gunakan tidaklah besar. Kurang lebih memiliki panjang 6 meter dan lebar 1 meter. Jadi sangat wajar saja jika yang tidak bisa berenang akan berpikiran hal yang negatif. Termasuk juga saya yang bisa berenang. Apalagi perahu ini dikendalikan oleh Tuan Rumah, bukan si pemilik aslinya.

Perlahan-lahan perahu keluar dari bangsal (tempat berteduhnya perahu). Tuan Rumah pun menarik tali mesin perahu untuk menghidupkannya. Namun tidak berhasil. Beberapa kali mencoba lagi, namun tetap saja tidak berhasil. Dari sinilah saya mulai merasa was-was dengan adanya perjalanan ini. Apakah ini merupakan pertanda? Ah, sudahlah. Tetap berfikir positif saja.

Saat itu juga, seorang nelayan meneriaki kami. Memberikan arahan dari atas perahunya. Namun tetap saja tidak berhasil dan bagian mesin mana yang harus diatur. Akhirnya perahu kami kembali merapat ke tepian menuju ke perahu bapak tersebut. Tak butuh waktu lama, mesin pun menyala. Dua jempol untuk bapak tersebut yang sudi membantu.

Perahu pun melaju, membelah luasnya Sungai Kakap. Tangga pemandian tempat kami turun tadi pun perlahan-lahan mulai hilang. Dari atas perahu ini, kami bisa melihat bagaimana aktifitas masyarakat yang berada ditepian sungai. Begitu juga deretan pondok kafe yang saat itu didatangi oleh para penikmat wisata kuliner. Satu per satu jermal juga kami lewati. Jermal adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk pagar dengan menggunakan bambu. Dibelakangnya terdapat jala yang berfungsi untuk menjerat ikan.

Salah Satu Jermal yang Ada di Sungai Kakap

Vihara Xiao Yi Shen Tang merupakan satu-satunya vihara yang berada ditengah laut. Vihara ini dibangun pada tahun 1970 dengan waktu pengerjaan selama satu tahun. Awalnya vihara ini hanyalah gubuk untuk menangkap ikan dan memiliki lokasi sembahyang yang sangat sempit. Lambat laut barulah dilakukan pembangunan. Pengunjung yang datang kesini tidak hanya wisatawan lokal, namun juga wisatawan dari manca negara.

Gambaran Gelombang Ketika Akan Keluar
Dari Sungai Kakap

Semakin mendekati laut, hantaman air diperahu kami semakin terasa. Saya yang saat itu duduk paling depan tentunya tidak luput dari cipratan air. Separuh pakaian pun basah. Gelombang pun semakin besar ketika perahu kami sudah keluar dari mulut sungai. Rasa was-was pun berkecamuk didalam pikiran. Perjalanan semula yang rasanya menyerukan perlahan-lahan terasa menakutkan.

Menghadapi situasi tersebut, saya langsung teringat dengan cerita Uwak saya (Ayah). Saat itu sekitar tahun 76-an, Uwak bersama teman-temannya sedang melakukan perjalanan dari Kecamatan Segedong menuju ke Sungai Kakap. Jangan berpikir saat itu menggunakan transportasi darat, melainkan menggunakan transportasi air, yaitu motor air. Adapun maksud kedatangan tersebut adalah untuk menghadiri pesta muda-mudi yang saat itu katanya merupakan ajang pertemuan yang populer. Pertemuan antara si pria dan wanita dengan dimeriahkan oleh musik dangdut. Kalau sekarang malahan lebih mudah. Meskipun pacarannya dari jarak jauh, namun masih bisa bertatap muka melalui teknologi yang semakin canggih.

Namun hal yang tidak diinginkan terjadi. Motor air yang semulanya gagah mengarungi laut luas, tiba-tiba harus tenggelam akibat terkena ombak besar. Padahal daratan sudah tampak didepan mata. Namun apa daya, takdir sudah ditulis begitu. Tahukah anda dimana tepatnya peristiwa tersebut terjadi? Tepatnya disini, disekitar Vihara Xiao Yi Shen Tang.

Semua barang bawaan hanyut terseret oleh ombak. Orang-orang pada sibuk untuk menyelamat diri dan penumpang yang lainnya. Dan alhamdulillah, kejadian tersebut tidak ada yang memakan korban jiwa. Semua penumpang dinyatakan selamat.Tapi ingat! Mereka semua pada jago berenang dan sudah terbiasa dengan ganasnya alam. Sedangkan kami?

Untuk kedua kalinya. Saya selalu berusaha tetap berpikir positif. Meskipun ombak disana semakin membesar dan membasahi sebagian pakaian. Semua akan baik-baik saja. Lagian, Vihara Xiao Yi Shen Tang sudah tampak didepan mata.

"Kita pulang saja." Teriak Tuan Rumah yang sedang mengemudikan perahu.

Semua yang ada diperahu langsung mengiyakan. Bagaimana pun juga keselamatan adalah nomor satu. Belum lagi salah satu teman kami ada yang tidak bisa berenang. Lagianpun, seandainya bisa berenang, apakah kami bisa sanggup untuk melawan ombak dan kuatnya arus. Perahu kami pun memutar haluan, masuk kembali menuju sungai.

Perahu Sempat Terseret Arus Hingga Membanting Sebuah Jermal

Kami berhenti disebuah jermal. Disinilah kami menambatkan tali perahu untuk singgah memancing. Wajah yang tadinya tegang, sekarang tidak terlihat lagi. Malahan suara tawa lepas terdengar karena mengingat kejadian yang baru dialami.

Dua buah pancing kami ulur. Berharap ada ikan yang sudi memakannya. Arus yang kuat membuat tali pancing kami terseret jauh, meskipun diberi batu pemberat. Sambil menunggu, kami kembali menceritakan kejadian lucu masa SMP. Rasanya cerita waktu itu memang tidak akan habis untuk dibahas.

Gelombang Mulai Redah Namun Arus Masih Cukup Kencang

Kurang lebih tiga puluh menit kami menunggu. Namun tak ada seekor ikan pun yang menyenggolnya, apalagi memakannya. Kami pun memutuskan untuk naik diatas jermal, baru setelah itu langsung pulang.

Diatas Jermal

Petualangan kami di Sungai Kakap tidak hanya berhenti disitu saja. Kami juga melanjutkan untuk melihat bagaimana suasana Pasar Sungai Kakap di sore hari. Saat itu orang-orang masih terlihat ramai meskipun toko-toko sudah pada tutup. Kendaraan berlalu lalang, masyarakat yang berjalan kaki, para penikmat kopi yang sedang bercengkerama disebuah warung hingga penjual makanan yang terlihat sedang sibuk membuka lapaknya.

Perjuangan Seorang Kakek

Perahu Nelayan yang Sedang Tertambat
View Dari Vihara Budha Kutub Utara

Perjalanan kami di Sungai Kakap berakhir di sebuah gerobak apam pinang (martabak manis) milik si Tuan Rumah, Daeng Saiful. Disini kami dihidangkan apam pinang keju susu yang benar-benar nikmat. Buat teman-teman asli orang Sungai Kakap atau sedang bertandang kesini, saya sarankan untuk mampir membeli apam pinang si Tuan Rumah. Satu buah apam pinang harganya dimulai dari 5.000 rupiah. Untuk ukuran dan rasa jangan ditanyakan lagi, pastinya sangat memuaskan.

Apam Pinang Terenak dan Termurah di Pasar Sungai Kakap

Wednesday, November 22, 2017

Bertandang Ke Punggur Kecil, Desa Penghasil Buah Langsat di Kalbar



Menghadiri sebuah undangan bagi  saya adalah hal yang harus dipenuhi. Terkecuali jika ada kegiatan penting lainnya atau kondisi tubuh yang tidak sehat sehingga menjadi faktor tidak bisa hadir.

Seperti halnya cerita perjalanan saya dalam menghadiri sebuah acara pernikahan di Desa Punggur Kecil, tepatnya di Parit Alang Umar. Meskipun daerah tersebut cukup jauh dari Kota Pontianak dan belum pernah sama sekali saya datangi, bukan berarti menjadi alasan yang tepat untuk tidak hadir. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui lokasi suatu tempat yang belum kita ketahui. Salah satunya adalah menggunakan aplikasi google map.

Sebelum berangkat,  saya terlebih dahulu mencari informasi mengenai lokasi Parit Alang Umar melalui aplikasi google map. Namun pencarian alamat tersebut tidak terdeteksi alias tidak ditemukan. Kemudian saya menggunakan kata kunci "Desa Punggur Kecil" yang merupakan nama desanya dari Parit Alang Umar. Hasil dari pencarian tersebut ternyata berhasil dan terlihat lokasi Desa Punggur Kecil.

Meskipun lokasi undangan secara spesifik belum diketahui, tapi setidaknya kami sudah aman karena telah mengetahui lokasi desanya. Selebihnya kami bisa bertanya dengan masyarakat disana. Selain itu, kami juga sudah tahu ada dua jalur yang bisa dilalui untuk sampai di sana yaitu melalui Jalan Kakap dan Jalan Sui Raya Dalam.

Dari kedua jalan tersebut, kami menjatuhkan pilihan untuk melalui jalan Sui Raya Dalam. Hal ini dikarenakan jalan tersebut memiliki jarak tempuh yang lebih cepat di bandingkan melalui Jalan Kakap.

Kondisi jalan ketika memasuki Jalan Sui Raya Dalam lumayan cukup mulus dan lancar, meskipun kadang sedikit macet dikarenakan bertepatan dengan jam pulang kerja. Namun ketika semakin masuk lebih jauh, kondisi jalan mulai mengecil dan banyaknya pembangunan jalan yang sedikit menghambat laju kendaraan kami. Tidak hanya itu, udara dengan debu juga memenuhi sepanjang area proyek pembangunan jalan.

Sesampainya di ujung persimpangan jalan Sui Raya Dalam, kami sempat mampir di sebuah warung. Disinilah kami memiliki kesampatan untuk bertanya lokasi Parit Alang Umar. Namun  tidak ada satu orang pun yang mengetahui tempat tersebut. Dalam benak saya bertanya-tanya, apakah lokasinya yang masih jauh atau orang yang kami tanyai bukan merupakan penduduk setempat.

Tidak hanya lebar jalan yang semakin berkurang ketika kami sampai disini, tetapi juga kekuatan sinyal seluler yang berkurang bahkan hilang. Berpatokan dengan google map yang telah dibuka sebelumnya, kami tetap melanjutkan perjalanan kami. Hingga tiba disebuah persimpangan tiga dengan penduduk yang ramai. Disini kami bertanya dengan seorang kakek yang sepertinya baru pulang dari bertani. Dengan sangat senang kakek tersebut menjelaskan secara rinci hingga tangannya pun ikut memperagakan. Terimakasih Kek atas kesempatan waktunya untuk kami. :)

Mengikuti petunjuk yang dijelaskan oleh kakek, akhirnya kami sampai disebuah jembatan yang disampingnya ada sebuah plang bertuliskan "P. ALANG UMAR". Disamping jembatan tersebut juga tertancap janur kuning melengkung yang menandakan adanya pesta pernikahan ditempat ini. Tidak salah lagi, inilah tempat yang kami cari-cari.

Ketika memasuki  Jalan Parit Alang Umar, kesan pertama yang saya dapatkan adalah tempat ini mirip dengan kampung halaman saya yang berada di Segedong. Mulai dari adanya parit yang selalu berdampingan dengan jalan hingga jenis tanaman perkebunan yang dibudidayakan.

Suasana Parit Alang Umar benar-benar sangat hijau dan teduh. Disepanjang kiri kanan perjalanan banyak terdapat tanaman perkebunan yang lebat dan rapat. Pohon langsat yang rindang dan pohon durian yang menjulang tinggi menjadi ciri khas dari tempat ini. Tapi sayang, waktu kedatangan kami disini tidak bertepatan dengan musim buahnya.

Kekaguman kami atas kesuburan dan hijaunya Parit Alang Umar harus kami akui. Hingga tidak terasa jika kami sudah sampai di tempat resepsi pernikahan. Rasanya ingin terus menyusuri Parit Alang Umar hingga keujung. Kami pun memarkirkan motor dan langsung naik ke menuju ke acara resepsi pernikahan tersebut.

Sambil menikmati hidangan, mata kami juga melihat sekitar lokasi resepsi pernikahan yang banyak dikelilingi pohon langsat. Tidak jauh dari tempat ini juga terdapat pohon durian yang menjulang tinggi dengan akar yang besar dan kokoh. Bukan hanya teman saya yang bertanya, saya juga sempat berpikir apakah buah durian ketika jatuh tidak meneganai atap rumah? lepas dari hal tersebut, memiliki pohon durian dekat rumah akan memudahkan si pemilik untuk memungutnya ketika buah durian jatuh.

Keberadaan kami di Parit Alang Umar tidak terlalu lama. Karena hari yang sudah sore, kami langsung memutuskan untuk segera pulang dan bersalaman dengan pasangan pengantin. Disaat bersalaman, terucap kata ucapan terimakasih dari mempelai pengantin atas kedatangan kami yang rela hadir walaupun jauh. Bagi kami menghadiri sebuah undangan merupakan keharusan apalagi banyak hal baru yang bisa kami peroleh dengan berkunjung disini.

Jika disaat pergi kami melalui Jalan Sui raya Dalam, maka pulangnya kami melalui Jalan Sui Kakap. Hal ini dikarenakan salah satu teman saya akan mampir sejenak kerumah kakaknya yang berada di Pal Sembilan.

Tidak jauh dari Parit Alang Umar, kami menemui sebuah tugu langsat yang merupakan ikon dari daerah Punggur Kecil. Hal yang harus diketahui, buah langsat merupakan salah satu primadona perkebunan dari Desa Punggur Kecil. Jangan heran, jika tempat yang saya kunjungi tadi terdapat banyak perkebunan buah langsat.

Salah satu pemasok buah langsat terbesar di Kota Pontianak berasal dari Desa Punggur Kecil. Oleh karena itulah, rata-rata penjual langsat di pinggiran jalan memanggil langsatnya dengan sebutan 'langsat punggur'. Buah langsat asal Desa Punggur Kecil lebih dikenal dengan rasanya yang manis dan tidak kecut. Karena itulah, langsat asal Punggur lebih diminati dibandingkan dengan langsat asal daerah lain. Langsat Punggur pun tidak hanya dipasarkan di Kalbar Saja, tetapi juga kedaerah luar seperti Jakarta dan Malaysia

Setelah mengambil beberapa gambar di tugu langsat, kami pun melanjutkan kembali perjalanan kami ke Pal Sembilan. Baru setelah itu kami pulang kerumah.

Monday, October 9, 2017

Makanan Patlau Selalu Hadir di Hari Raya


Patlau, itulah namanya. Makanan yang memiliki bentuk segitiga panjang ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat pesisir Pontianak, Mempawah dan Kubu Raya. Di Kabupaten Mempawah khususnya di Kecamatan Segedong, kehadiran makanan patlau sudah seperti hal yang wajib dan selalu ada di hari raya. Entah itu hari raya Idul Fitri maupun di hari raya Idul Adha. Tidak hanya hadir disaat hari raya, kadang makanan patlau juga hadir di pesta pernikahan ataupun acara hajatan.

Patlau adalah makanan yang terbuat dari bahan beras ketan dengan proses perebusan yang cukup lama. Uniknya, makanan yang dibungkus dari daun pisang ini memiliki bentuk segitiga panjang. Bentuk patlau tesebut sendiri diperoleh dari hasil cetakan yang terbuat dari bahan kayu.

Untuk membuat patlau tergolong cukup sulit. Karena membutuhkan waktu yang lama dan kepandaian tersendiri agar kualitas patlau yang diperoleh lebih baik. Untuk bahan-bahan pembuatannya pun tidak terlalu banyak yaitu berupa beras ketan, santan, dan daun pisang untuk mebungkusnya. Tidak lupa juga yang paling penting adalah cetakan untuk membentuk patlau tersebut.

Dalam pembuatan patlau, hal pertama yang dilakukan adalah memasak beras ketan bersama santan. Setelah beras ketan atau pulut tersebut masak, barulah dibentuk melalui cetakan. Dalam mencetak bukanlah hanya sekedar asal jadi, tapi harus ditekan dengan kuat biar tekstur yang dihasilkan lebih padat. Selanjutnya hasil cetakan tersebut dibungkus dengan daun pisang muda. Setelah masing-masing patlau sudah dibungkus, selanjutnya dibungkus lagi dengan mengumpulkan sekitar enam buah isi patlau. Ketika membungkus yang terakhir ini pun harus diikat dengan kuat agar ketika proses perebusan tidak masuk air.

Setelah proses pencetakan dan pembungkusan selesai, selanjutnya adalah proses perebusan. Waktu yang digunakan untuk merebus patlau ini kurang lebih selama 8 jam. Bagaimana, cukup lama kan? Perebusan yang cukup lama ini memberikan kualitas yang baik terhadap patlau yang dibuat. Untuk kualitas patlau yang baik bisa bertahan hingga satu bulan (Tanpa dimasukkan didalam kulkas, cukup digantungkan didinding saja).

Dihari raya, makanan patlau biasanya selalu disajikan dengan beraneka ragam lauk, seperti masakan rendang, ayam, ikan dan sambal udang. Rasa Patlau akan semakin nikmat apabila dimakan bersama keluarga besar. Tidak heran, jika patlau ini juga merupakan salah satu magnet untuk pulang kekampung halaman ketika hari raya tiba.




Monday, May 1, 2017

Lirik Lagu Kubu Raya Selayang Pandang

Judul Lagu: Kubu Raya Selayang Pandang
Pencipta: Sri Ishadi

Youtube.com

Sejak kecik aku dilaherkan
Aku diayon ditimang-timang
Sampailah besak aku disini'
Dikampongku di Sungai Raye

Tadak kusangke tadak kuduge
Kubu Raye sudah bebentok rupe
Sunggohlah ramai-ramai pendudoknye
Ramah pulak sampai ke orangnye

A...ha...
Naeklah sampan sampanku laju
Ku bekayoh sampai ke hulu
Sambel besiol ku dendangkan lagu
Lagunye pon lagu melayu

Buah nage daonnye buas-buas
Kubu Raye rajenye lumbong beras
Baju kebaye kaen-kaen selendang
Kubu Raye selayang pandang


Tadak kusangke tadak kuduge
Kubu Raye sudah bebentok rupe
Sunggohlah ramai-ramai pendudoknye
Ramah pulak sampai ke orangnye

A...hai...
Naeklah sampan sampanku laju
Ku bekayoh sampai ke hulu
Sambel besiol ku dendangkan lagu
Lagunye pon lagu melayu

Buah nage daonnye buas-buas
Kubu Raye rajenye lumbong beras
Baju kebaye kaen-kaen selendang
Kubu Raye selayang pandang

Buah nage daonnye buas-buas
Kubu Raye rajenye lumbong beras
Baju kebaye kaen-kaen selendang
Kubu Raye selayang pandang




Friday, April 28, 2017

Lirik Lagu Muare Kubu - Kubu Raya

Judul Lagu: Muare Kubu
Pencipta: Hendra

Youtube.com

Indahnye muare Kubu
Berjijer pulau-pulau
Suare burong berkicau
Didalam hutan bakau

Kalau nak nyeberanginye
Ikot alor jalannye
Janganlah sampai salah
Kapal bise tegalang

Kalaulah tuan datang kesanak
Balek kerumah nak pegi agek
Kalaulah tuan datang kesanak
Balek kerumah nak pegi agek

Ho...Kubu Raye
Sunggoh banyak tempat indahnye
Hasel alamnye
Laot darat jadi semue

Kalaulah tuan datang kesanak
Balek kerumah nak pegi agek
Kalaulah tuan datang kesanak
Balek kerumah nak pegi agek

Indahnye muare Kubu
Berjijer pulau-pulau
Suare burong berkicau
Didalam hutan bakau

Kalau nak nyeberanginye
Ikot alor jalannye
Janganlah sampai salah
Kapal bise tegalang

Kalaulah tuan datang kesanak
Balek kerumah nak pegi agek
Kalaulah tuan datang kesanak
Balek kerumah nak pegi agek

Ho...Kubu Raye
Sunggoh banyak tempat indahnye
Hasel alamnye
Laot darat jadi semue

Kalaulah tuan datang kesanak
Balek kerumah nak pegi agek
Kalaulah tuan datang kesanak
Balek kerumah nak pegi agek

Muare Kubu muare Kubu
Sunggoh indahnye
Muare Kubu muare Kubu
Sunggoh Indahnye