Friday, September 14, 2018

Ada Cerita di Sungai Kakap

Cuaca Sungai Kakap saat itu cukup panas. Meskipun sudah berada didalam rumah dan kipas angin yang menyala, tetap saja hawa panasnya masih terasa. Mungkin hal tersebut dikarenakan letaknya yang berada didaerah laut. Saya sendiri sudah melepaskan baju dan menyeruput segelas air dingin yang disajikan.

"Minum lagi es-nya. Habis ditambah lagi". Seru Saiful sebagai tuan rumah sekaligus teman akrab waktu duduk dibangku SMP dulu.

Perjalanan panjang dari Segedong memang cukup melelahkan dan membuat tenggorokan kering. Apalagi ketika kami berangkat kesini sudah siang alias matahari sudah tegak diatas kepala. Wajar saja jika kami memang tampak seperti orang yang kehausan. Lagian pun diantara kami tidak ada lagi yang namanya rasa sungkan atau malu-malu.

Sungai Kakap, tempat yang kami datangi ini merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kubu Raya. Dikelilingi oleh lautan yang luas menjadikan tempat yang satu ini kaya akan potensi hasil lautnya. Tidak hanya hasil lautnya, tanaman perkebunan juga tumbuh subur di daerah ini. Seperti kelapa, durian  dan langsat punggur yang merupakan produk perkebunan andalan.

Belum lama rasanya mengobrol, istri tuan rumah sudah keluar dari arah dapur. Memmpersilahkan kami untuk masuk makan siang. Tanpa basa-basi kami mengiyakan hajat si tuan rumah. Apalagi waktu sudah menunjukkan makan siang dan perutpun sudah terasa keroncongan.

Karena daerahnya yang berada dipinggir laut, tentunya menu yang disajikan pun tidak akan jauh dari hasil tangkapan laut. Seperti ikan, udang dan cumi. Bahasa gaul dalam masyarakat setempat menyebutnya seafood. Hehehe.

Makan siang ini benar-benar istimewa. Bukan hanya dikarenakan menu seafoodnya, melainkan juga karena bisa makan bersama mereka. Layaknya seperti makan dikantin masa SMP dulu. Bedanya yang ini gratis alias tidak perlu bayar. Yang istimewa lagi adalah tuan rumah yang menambahkan nasi kepiring kami secara diam-diam, meskipun perut sudah kenyang. Mau tidak mau nasi tersebut harus dihabiskan. Antara terlalu baik dan jahil.

Setelah kenyang, kami pun kembali lagi keruang tamu. Kembali melanjutkan perbincangan yang tadinya sempat terhenti. Cerita masa lalu SMP dan masa depan berumah tangga. Memang begini kalau sudah berjumpa teman yang sudah menikah. Pasti nanya-nya kapan nyusul? Kapan nikah? Ia, doakan saja semoga cepat nyusul. Amiin.

Namun rasanya kurang lengkap jika mengunjungi suatu tempat tanpa mengeksplor lebih jauh lagi. Salah satu diantara kami pun bertanya mengenai tempat wisata yang ada di Sungai Kakap. Mungkin saja bisa sekalian untuk dikunjungi.

"Bintang Mas." Tuan Rumah langsung menjawab.

Sontak ruang tamu penuh suara tawa. Siapa pula yang tidak kenal lokasi tersebut. Tapi sudahlah jangan dibahas lagi.

Tempat wisata yang ada di Kecamatan Sungai Kakap memang sangat menarik. Tapi sayang, tempat wisata yang ada disini masih banyak yang belum mengetahuinya. Sebut saja Vihara Xiao Yi Shen Tang yang lokasinya berada ditengah laut, Muara Kakap yang menjadi spot pemancingan sekaligus untuk menikmati sunset yang indah, dan Taman Mangrove Syariah. Selain tempat wisata tersebut, disini juga banyak ditemukan restoran yang menyajikan menu seafood yang segar. Dan pastinya asli tangkapan nelayan Sungai Kakap.

Dari beberapa tempat wisata yang ada diatas, kami sangat tertarik untuk menyambangi Vihara Xiao Yi Tang. Masyarakat setempat lebih sering menyebutnya sebagai Kelenteng Tengah Laut. Tanpa disuruhpun, Tuan Rumah langsung bergegas mencari tempat penyewaan perahu yang bisa digunakan untuk menuju kesana. Dari informasi yang saya peroleh, disini banyak tersedia penyewaan perahu yang bisa digunakan oleh para pengunjung. Harganya pun bervariasi, mulai dari 250.000 rupiah hingga 500.000 ribu rupiah. Tergantung ukuran perahunya.

Kami pun berangkat sekitar pukul 15.20 WIB. Jarak antara rumah ke tepian sungai pun tidak jauh, kurang lebih 100 meter. Riak air sungai dan hilir mudiknya perahu menjadi pemandangan ketika kami tiba. Diseberang sana juga terdapat sebuah tanjung yang disebut Tanjung Saleh. Tidak hanya itu, aktivitas nelayan setempat juga terlihat sedang menyiang ikan hasil tangkapan yang nantinya akan dikeringkan. Empat Lima anak kecil juga terlihat berenang dan melompat dari atas tangga pemandian.

"Kalau tenggelam bagaimana?" Tanya salah satu teman. Dengan tawa terbahak-bahak namun dimukanya juga tersirat ada rasa takut.

Yang harus diketahui, teman saya yang bertanya diatas adalah tidak bisa berenang. Meskipun begitu, yang selalu tertawa adalah dia. Sedangkan kami yang bisa berenang malahan banyak memilih untuk diam. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Tuan Rumah membawa sebuah derijen yang bisa digunakan untuk mengapung apabila terjadi hal yang tidak diinginkan.

Ukuran perahu yang kami gunakan tidaklah besar. Kurang lebih memiliki panjang 6 meter dan lebar 1 meter. Jadi sangat wajar saja jika yang tidak bisa berenang akan berpikiran hal yang negatif. Termasuk juga saya yang bisa berenang. Apalagi perahu ini dikendalikan oleh Tuan Rumah, bukan si pemilik aslinya.

Perlahan-lahan perahu keluar dari bangsal (tempat berteduhnya perahu). Tuan Rumah pun menarik tali mesin perahu untuk menghidupkannya. Namun tidak berhasil. Beberapa kali mencoba lagi, namun tetap saja tidak berhasil. Dari sinilah saya mulai merasa was-was dengan adanya perjalanan ini. Apakah ini merupakan pertanda? Ah, sudahlah. Tetap berfikir positif saja.

Saat itu juga, seorang nelayan meneriaki kami. Memberikan arahan dari atas perahunya. Namun tetap saja tidak berhasil dan bagian mesin mana yang harus diatur. Akhirnya perahu kami kembali merapat ke tepian menuju ke perahu bapak tersebut. Tak butuh waktu lama, mesin pun menyala. Dua jempol untuk bapak tersebut yang sudi membantu.

Perahu pun melaju, membelah luasnya Sungai Kakap. Tangga pemandian tempat kami turun tadi pun perlahan-lahan mulai hilang. Dari atas perahu ini, kami bisa melihat bagaimana aktifitas masyarakat yang berada ditepian sungai. Begitu juga deretan pondok kafe yang saat itu didatangi oleh para penikmat wisata kuliner. Satu per satu jermal juga kami lewati. Jermal adalah alat penangkapan ikan yang berbentuk pagar dengan menggunakan bambu. Dibelakangnya terdapat jala yang berfungsi untuk menjerat ikan.

Salah Satu Jermal yang Ada di Sungai Kakap

Vihara Xiao Yi Shen Tang merupakan satu-satunya vihara yang berada ditengah laut. Vihara ini dibangun pada tahun 1970 dengan waktu pengerjaan selama satu tahun. Awalnya vihara ini hanyalah gubuk untuk menangkap ikan dan memiliki lokasi sembahyang yang sangat sempit. Lambat laut barulah dilakukan pembangunan. Pengunjung yang datang kesini tidak hanya wisatawan lokal, namun juga wisatawan dari manca negara.

Gambaran Gelombang Ketika Akan Keluar
Dari Sungai Kakap

Semakin mendekati laut, hantaman air diperahu kami semakin terasa. Saya yang saat itu duduk paling depan tentunya tidak luput dari cipratan air. Separuh pakaian pun basah. Gelombang pun semakin besar ketika perahu kami sudah keluar dari mulut sungai. Rasa was-was pun berkecamuk didalam pikiran. Perjalanan semula yang rasanya menyerukan perlahan-lahan terasa menakutkan.

Menghadapi situasi tersebut, saya langsung teringat dengan cerita Uwak saya (Ayah). Saat itu sekitar tahun 76-an, Uwak bersama teman-temannya sedang melakukan perjalanan dari Kecamatan Segedong menuju ke Sungai Kakap. Jangan berpikir saat itu menggunakan transportasi darat, melainkan menggunakan transportasi air, yaitu motor air. Adapun maksud kedatangan tersebut adalah untuk menghadiri pesta muda-mudi yang saat itu katanya merupakan ajang pertemuan yang populer. Pertemuan antara si pria dan wanita dengan dimeriahkan oleh musik dangdut. Kalau sekarang malahan lebih mudah. Meskipun pacarannya dari jarak jauh, namun masih bisa bertatap muka melalui teknologi yang semakin canggih.

Namun hal yang tidak diinginkan terjadi. Motor air yang semulanya gagah mengarungi laut luas, tiba-tiba harus tenggelam akibat terkena ombak besar. Padahal daratan sudah tampak didepan mata. Namun apa daya, takdir sudah ditulis begitu. Tahukah anda dimana tepatnya peristiwa tersebut terjadi? Tepatnya disini, disekitar Vihara Xiao Yi Shen Tang.

Semua barang bawaan hanyut terseret oleh ombak. Orang-orang pada sibuk untuk menyelamat diri dan penumpang yang lainnya. Dan alhamdulillah, kejadian tersebut tidak ada yang memakan korban jiwa. Semua penumpang dinyatakan selamat.Tapi ingat! Mereka semua pada jago berenang dan sudah terbiasa dengan ganasnya alam. Sedangkan kami?

Untuk kedua kalinya. Saya selalu berusaha tetap berpikir positif. Meskipun ombak disana semakin membesar dan membasahi sebagian pakaian. Semua akan baik-baik saja. Lagian, Vihara Xiao Yi Shen Tang sudah tampak didepan mata.

"Kita pulang saja." Teriak Tuan Rumah yang sedang mengemudikan perahu.

Semua yang ada diperahu langsung mengiyakan. Bagaimana pun juga keselamatan adalah nomor satu. Belum lagi salah satu teman kami ada yang tidak bisa berenang. Lagianpun, seandainya bisa berenang, apakah kami bisa sanggup untuk melawan ombak dan kuatnya arus. Perahu kami pun memutar haluan, masuk kembali menuju sungai.

Perahu Sempat Terseret Arus Hingga Membanting Sebuah Jermal

Kami berhenti disebuah jermal. Disinilah kami menambatkan tali perahu untuk singgah memancing. Wajah yang tadinya tegang, sekarang tidak terlihat lagi. Malahan suara tawa lepas terdengar karena mengingat kejadian yang baru dialami.

Dua buah pancing kami ulur. Berharap ada ikan yang sudi memakannya. Arus yang kuat membuat tali pancing kami terseret jauh, meskipun diberi batu pemberat. Sambil menunggu, kami kembali menceritakan kejadian lucu masa SMP. Rasanya cerita waktu itu memang tidak akan habis untuk dibahas.

Gelombang Mulai Redah Namun Arus Masih Cukup Kencang

Kurang lebih tiga puluh menit kami menunggu. Namun tak ada seekor ikan pun yang menyenggolnya, apalagi memakannya. Kami pun memutuskan untuk naik diatas jermal, baru setelah itu langsung pulang.

Diatas Jermal

Petualangan kami di Sungai Kakap tidak hanya berhenti disitu saja. Kami juga melanjutkan untuk melihat bagaimana suasana Pasar Sungai Kakap di sore hari. Saat itu orang-orang masih terlihat ramai meskipun toko-toko sudah pada tutup. Kendaraan berlalu lalang, masyarakat yang berjalan kaki, para penikmat kopi yang sedang bercengkerama disebuah warung hingga penjual makanan yang terlihat sedang sibuk membuka lapaknya.

Perjuangan Seorang Kakek

Perahu Nelayan yang Sedang Tertambat
View Dari Vihara Budha Kutub Utara

Perjalanan kami di Sungai Kakap berakhir di sebuah gerobak apam pinang (martabak manis) milik si Tuan Rumah, Daeng Saiful. Disini kami dihidangkan apam pinang keju susu yang benar-benar nikmat. Buat teman-teman asli orang Sungai Kakap atau sedang bertandang kesini, saya sarankan untuk mampir membeli apam pinang si Tuan Rumah. Satu buah apam pinang harganya dimulai dari 5.000 rupiah. Untuk ukuran dan rasa jangan ditanyakan lagi, pastinya sangat memuaskan.

Apam Pinang Terenak dan Termurah di Pasar Sungai Kakap

Media Sosial yang digunakan:


EmoticonEmoticon