Thursday, January 31, 2019

Wisata Mangrove Polaria Buat Hari Jadi Lebih Berwarna


Sebuah gerbang beratapkan genteng biru menyambut kedatangan kami. Dibawahnya bergantungkan tulisan 'selamat datang', sebuah ucapan yang sering ditemukan ketika memasuki kawasan wisata. Dua buah ban mobil juga terlihat disamping gerbang, yang dikreasikan dengan cat warna-warni. 

Sambil menunggu teman yang lain, saya pun menghentikan motor didepan gerbang tersebut. Disisi kiri terdapat sebuah parit (anak sungai) yang dipenuhi oleh motor klotok yang sedang tertambat. Karena merupakan daerah pinggiran laut, menjadikan masyarakat disini banyak yang bermata pencaharian sebagai nelayan.

Sebenarnya kedatangan kami ditempat wisata ini bukanlah tujuan utama, melainkan untuk menghadiri undangan pernikahan didaerah Sungai Bundung Laut. Namun dikarenakan adanya ajakan salah satu teman, akhirnya kami menyempatkan diri untuk mampir kesini. Rugi juga jika sudah melakukan perjalanan jauh namun tidak mencicipi keindahan wisatanya. Inilah dia, Mangrove Polaria Tanjung Pagar yang menambah daftar wisata di Kabupaten Mempawah.

Merupakan daerah pesisir, menjadikan sebagian daerah Kabupaten Mempawah rawan akan abrasi pantai. Namun hal tersebut tentu saja dapat dicegah oleh adanya pohon-pohon dipinggiran pantai. Salah satunya adalah pohon bakau (mangrove) yang semakin banyak ditanam oleh komunitas-komunitas peduli pesisir. Sangat bangga punya orang-orang seperti mereka.

Karena teman yang ditunggu sudah tiba, kami pun bersama-sama memasuki kawasan wisata tersebut. 

"Ini bang, karcis parkirnye". Seorang wanita berkerudung datang sambil menunjukkan selembar kertas. Disitu tertulis kata 'parkir' dan angka '2.000'. 

Tanpa menunggu lama, kami pun merogoh kocek untuk membayar biaya parkir tersebut. Total uang yang harus dibayar saat itu adalah Rp. 6.000. Untuk biaya parkir memang harus dibayar diawal. Tapi tenang saja, petugas parkirnya akan selalu setia menunggu hingga para pengunjungnya pulang semua.

Setelah merogoh kocek sana-sini, total uang yang terkumpul saat itu hanya 5.000 rupiah saja. Melihat muka kami yang mungkin 'menyedihkan', Mbaknya pun mengikhlaskan jika kami hanya membayar segitu saja.

Namun kami tidak lantas mengiakan budi baik Mbak tersebut. Bagaimanapun juga tempat wisata yang kami datangi ini butuh biaya untuk perawatannnya dan membayar pekerjanya. Pencarian pun dilanjutkan kekocek tas. Dan alhamdulillah, uang receh 1.000 rupiah ditemukan terselit diantara benda yang lain. Sebenarnya kami punya uang 20.000 rupiah, namun si mbaknya juga berkata tidak punya uang kecil untuk kembalian.

Kami langsung bergerak menuju pos tiket yang berada tidak jauh dari pintu masuk. Setiap pengunjung hanya dikenakan Rp. 5.000. Bagaimana, cukup terjangkau kan? Setara dengan 2 bungkus mie goreng. Tanpa basa-basi lagi dengan penjaganya, saya dan ketiga teman langsung memasuki lokasi wisata taman mangrove polaria.


Lagi-lagi kami disambut oleh kata 'selamat datang' di pintu gerbang (ini sudah gerbang yang kedua). Warna-warni, merah kuning hijau dilangit yang biru memberikan kesan ceria setiap yang melihatnya. Pokoknya, kalau anda lagi sedang kesal, marah, bad mood dan lain sebagainya, coba saja datang kesini. Dijamin hari-harimu akan terasa berwarna. Hehe. Kate siape? Ie kate saye lah.

Ketika memasuki wisata mangrove polaria, disisi sebelah kanan terdapat sebuah kawasan bermain yang menurut saya memang dikhususkan untuk anak-anak. Disini terdapat berbagai wahana permainan, seperti yun diayun (ayunan), rumah pohon dan seluncuran. Karena saat itu masih ramai orang terutama anak-anak, kami pun memutuskan untuk  melanjutkan perjalanan, menyusuri tempat ini lebih dalam. Kan malu juga jika nimbrung sama mereka.



Sedangkan disisi sebelah kiri terdapat sebuah bangunan yang bertuliskan 'pondok serba guna'. Sesuai namanya, pondok ini tentu saja digunakan bagi mereka yang ingin mengadakan pertemuan atau rapat dan kegiatan edukasi atau kegiatan lainnya. Bangunannya terlihat cukup luas dengan polesan warna-warni yang memikat hati.

Wisata Mangrove Polaria Tanjung Pagar dipelopori oleh Bapak Ilham M. Amin yang merupakan kepala Desa Mendalok. Tempat wisata ini terinspirasi dari kunjungan beliau ke salah satu wisata mangrove yang ada di Probolinggo, Jawa Timur. Untuk sampai kesini, dari Kota Pontinak dengan jarak tempuh kurang lebih 100 Km atau waktu tempuh kurang lebih 2 jam 20 menit.

Kami pun melanjutkan perjalanan, menyusuri jembatan papan yang telah dicat. Jembatan dengan ketinggian kurang lebih 40 cm ini tentu saja memberikan kemudahan bagi para pengunjung untuk mengeksplor lebih jauh kawasan wisata mangrove Polaria. Maklum saja, tanah yang ditumbuhi pohon mangrove ini memiliki kontur yang lembut bahkan berlumpur.

Kurang lebih 70 meter dari pintu gerbang (lupa-lupa ingat panjangnya) terdapat sebuah taman. Karena disini ada bacground hati yang sedang terpanah, maka tempat ini sepertinya lebih cocok dinamakan 'taman cinta'. Disekitarnya terdapat kursi panjang dan pondok yang bisa digunakan pengunjung untuk bersantai. Apalagi yang datang bersama pasangan, pasti sangat romantislah untuk berduaan. Tapi ingat, pasangannya yang halal ya.


Merasa penasaran dengan sekitarnya, saya pun menghampiri sebuah bangunan dengan dua bilik yang berpintu. Setelah dekat ternyata tempat tersebut adalah toilet. Toilet ini juga dicat warna-warni yang mungkin saja akan menambah rasa betah untuk para pengunjungnya. Dan yang paling penting adalah selalu tersedia air untuk digunakan.

Kami melanjutkan lagi perjalanan hingga tiba di persimpangan tiga. Disinilah saya mulai berpisah dengan rekan-rekan yang lainnya. Rasa sedih yang teramat dalam tidak bisa dielakkan (hehe, lebai sedikit tak ape kan). Teman-teman yang lain lebih memilih jalan dengan plang 'move on' sedangkan saya sendiri memilih jalan 'lupakan mantan'.


Semakin masuk kedalam, maka semakin lebat pula pohon mangrove yang ditemukan. Disini terlihat banyak mangrove dengan pohon yang cukup besar.  Pohon tersebut memiliki akar yang menyembul dari permukaan tanah layaknya tangan-tangan gurita.

Mangrove memiliki banyak manfaat bagi kehidupan. Seperti menjaga pantai dari abrasi dan angin kencang, penyaring air asin menjadi tawar, penghasil oksigen, tempat berkembangbiakaan hewan baik yang dilaut maupun didarat, hingga dijadikan sebagai tempat rekreasi.

Untuk anda yang mudah capek (bukan yang dimate ie) tentunya tidak perlu khawatir ketika mengeksplor tempat wisata Mangrove Polaria ini. Karena disepanjang perjalanan banyak tersedia tempat beristirahat, baik itu hanya berupa kursi santai atau pun pondok santai. Bahkan disini juga disediakan tempat santai khusus untuk anak musik, karna dibelakangnya ada background gitar. Tapi jangan pulak manggung disinik ie, takotnye nantik roboh.



Selain tempat santai tersebut, didalam perjalanan juga disuguhkan kata-kata motivasi yang sekaligus juga menggelitik hati. Seperti 'lupakan mantan', 'move on', 'ber 1 kita teguh ber 2 kita married', 'kalau sudah jomblo kabari aku yah' dan lain-lain. Bahkan ada yang memelintirkan singkatan dari nama sebuah lembaga, KPK (Kapan Punya Kekasih). Kata-kata tersebut tentunya memberikan daya tarik untuk pengunjung, bahkan tak sedikit dari mereka yang berfoto disampingnya.


Perjalanan saya terhenti ketika tiba disebuah jembatan yang tinggi (jembatannya menanjak). Bukan karena tidak sanggup untuk mendaki, melainkan diatas sana terlihat empat gadis yang sedang tertawa riang. Ditangan salah satu gadis berkerudung cokelat muda (bukan berkerudung merah) terdapat sebuah kue dengan lilin yang sedang menyala. Rupanya mereka sedang merayakan hari ulang tahun dari salah satu sahabatnya. Rasanya kurang enak, jika saya tiba-tiba lewat dan menjeda kebahagian mereka. Apalagi hanya sendirian.

Kehadiran saya akhirnya diketahui oleh mereka. Sontak suasana kegembiraan dan suara tawa perlahan meredah. Mungkin mereka merasa malu atau tidak enak, tetapi saya malah lebih merasa tidak enak karena telah merampas kebahagiaannya (hehe, maaf ie dek). Salah satu dari mereka juga sempat mempersilahkan saya untuk lewat. Namun saya lebih memililih melakukannya setelah api yang ada dililin angka 18 itu padam. Ngomong-ngomong selamat ulang tahun ie dek, semoga keinginannye tercapai. Amiin.




Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya saya tiba disebuah tempat dengan view lautan lepas. Suara ombak yang menerjang bibir daratan terdengar sayu- sayu bersatu suara tawa para pengunjung. Langit yang berwarna kebiruan ditambah jingganya surya menjadikan suasana sore saat itu benar-benar menenangkan. Disinilah saya kembali menemukan teman seperjalanan yang sempat berpisah.

Banyak spot foto yang sangat menarik disini. Seperti  anyaman rotan yang seperti membentuk sarang burung, replika perahu dan yang lainnya. Selain itu, dari sini kita juga bisa menikmati keindahan Pulau Penibung dan Temajo dari kejauhan. Berikut beberapa fotonya.





Setelah puas kesana-kesini, akhirnya kami memutuskan untuk bersantai disalah satu spot yang ada diujung jembatan. Karena lokasinya cukup jauh dari keramaian, membuat suasana disini lebih terasa menenangkan. Tak banyak hal yang kami lakukan selain duduk manis sambil menikmati matahari sore yang sebentar lagi akan kembali keperaduannya.

Perlahan-lahan sang surya hilang, bersembunyi dibalik lautan luas. Ia pergi membawa semua rasa penat yang ada dikepala kami. Tak ada angin yang mengirinya kepergiannya. Namun ombak selalu setia, memberikan alunan musiknya meskipun hanya riakkan kecil. Seketika, cahaya jingga menyebar diujung cakrawala sana.

Duduk manis kami terpaksa harus dihentikan ketika ada seorang ibu bersama gadisnya datang menghampiri. Bukan! Bukan untuk menawarkan gadisnya kepada kami, melainkan mereka juga ingin berfoto di spot yang sejak tadi kami kuasai.




Media Sosial yang digunakan:


EmoticonEmoticon