Saturday, February 10, 2018

Hangout Di La Plancha


Berbicara tentang pantai, Bali salah satu lokasi di Indonesia dengan banyak pantai yang menarik dan menawan. Bagaimana tidak, hampir semua pantai di Bali memiliki pasir yang putih dan memiliki keunikan tersendiri. Belum saja kita mengunjungi pantai yang satunya, sudah pada muncul lagi pantai baru yang sangat menarik perhatian. Berkat tangan-tangan kreatiflah membuat pantai-pantai semakin menarik dan ramai dikunjungi.

Selama lima hari berada di Bali, Saya dan teman-teman hanya bisa mengunjungi sebanyak empat pantai saja. Yaitu Pantai Pandawa, Pantai Padang-Padang, Pantai Seminyak dan Pantai Kuta. Itu pun yang di Pantai Kuta hanya disempat-sempatkan saja karena pada keburu mau pulang. Padahal masih banyak lagi Pantai-pantai lainnya yang sangat menarik seperti Pantai Dreamland, Pantai Jimbaran. Pantai Sanur, Pantai Tanjung Benoa dan lain-lainnya.

Disaat berkunjung ke Bali, ada sebuah tempat yang sangat populer bagi para wisatawan. Tempat ini juga masuk di daftar tempat yang akan kami kunjungi. Namanya La Plancha. Awalnya saya berfikir ini nama merupakan nama sebuah pantai, namun ternyata merupakan sebutan nama kafe sekaligus bar. Maklum, karena semua list tempat wisata saya percayakan kepada teman-teman dan saya juga kurang up to date. Lokasi La Plancha ini terletak di Pantai Seminyak, tepatnya berada di Jalan Mesari Beach, Kuta. Di pantai Seminyak ini juga banyak terdapat kafe-kafe yang lainnya.

Sekitar pukul 15.10 akhirnya kami tiba di  La Plancha. Nuansa warna-warni dan alunan musik lembut menyambut kedatangann kami. Dari jauh tampak kursi bean bag sudah banyak yang penuh dan hanya meyisakan sebagian saja. Tidak hanya turis dari luar negeri, dari dalam negeri pun banyak memenuhi tempat ini. Saran saya jika ingin berkunjung disini sebaiknya datang lebih awal agar tidak seperti pengunjung lainnya yang kadang tidak mendapatkan jatah tempat duduk. Selain itu, untuk datang kesini sebaiknya berjalan kaki saja (jika dekat dengan lokasi penginapan) atau menggunakan sepeda motor. Selain jalan yang sering macet, lokasi parkir diarea ini juga sempit.

Penamaan La Plancha sendiri bukanlah berasal dari bahasa Bali, melainkan berasal dari bahasa Spanyol yang berarti papan selancar. Pemberian nama ini tetunya sangat selaras dengan lokasi pantai yang memang sering digunakan untuk surfing. Tidak hanya disore hari, pada pagi hari pun lokasi ini cukup ramai oleh para peselancar yang sedang melakukan breakfast. La Plancha buka dari jam 08.00 pagi hingga jam 01.00 wita.




Untuk bersantai kita bisa memilih tempat dibagian indoor atau pun dibagian outdoor. Untuk yang indoor berada disebuah bangunan yang terdiri dari dua lantai sedangkan yang outdoor berada di tepian pantai. Semuanya sama dilengkapi dengan kursi dan meja yang berwarna-warni.

Tidak lama setelah kami duduk, seorang pelayan datang menghampiri kami dengan membawa daftar menu. Bukan hanya dekorasi saja yang bernuansa spanyol, pilihan menu disini pun lebih banyak menyajikan makanan khas spanyol. Harga yang dibandrol  untuk minuman mulai dari Rp. 30.000 dan untuk makanan dimulai dari Rp. 50.000. Tinggal dipilih saja mana yang kira-kira sesuai dengan keinginan kita.

Tempat duduk yang kami pilih berada diarea outdoor alias ditepian pantai. Berbagai warna-warni bantal (bean bag) yang terhampar membuat suasana pantai terlihat sangat meriah. Ditambah lagi payung-payung yang juga berwarna-warni tertancap disana-sini. Jadi tidak perlu khawatir bagi anda yang takut berjemur dibawah matahari, karena ada payung yang akan selalu melindungi. 

Belum lama rasanya duduk, pesanan kami sudah datang. Baru saja mau ngerasain makanannnya, tiba-tiba langsung ditahan sama teman cewek duluan. Difoto dulu katanya. Biar ada bahan untuk instagram sekaligus dokumentasi. Ok...Ok...



Menikmati makanan sekaligus menyaksikan deburan ombak adalah pilihan yang tepat. Ombak yang datang dan pergi, perlahan-lahan membawa semua beban dan kenangan pahit yang bersarang dipikiran. Begitu juga makanan yang akan memberikan ketenangan bagi para penikmatnya. Kenapa jadi begini ceritanya? Yang pastinya tempat ini sangat istimewa dan romantis untuk dinikmati bersama pasangan, hangout bareng teman atau pun menghabiskan waktu bersama keluarga.




Semakin sore, lokasi La Plancha semakin ramai didatangi oleh para pengunjung. Dengan cepat semua bean bag sudah terisi penuh. Selain hanya ingin bersantai-santai, para pengunjung yang datang disini tentunya juga ingin menyaksikan terbenamnya matahari. Pada saat ini jugalah ada atraksi DJ yang akan menampilkan track-track soul, chill bahkan reggae.

Cuaca yang berawan mengakibatkan sunset tidak terlihat jelas
Anjing gaul

Tidak hanya sekedar duduk dan baring di atas bean bag, kami juga bermain di pantai secara bergiliran. Bagi yang ingin mandi di pantai pun juga telah disediakan kamar ganti. Itu semua gratis untuk pengunjung alias tidak perlu bayar. Kebanyakan yang mandi dipantai adalah para bule.

Setelah puas bermalas-malasan diatas bantal sambil menikmati sunset, akhirnya kami segera memutuskan untuk segera pulang ke penginapan. Gerah juga rasanya badan setelah satu hari berkeliling di Bali. Bagi kami yang para cowok selalu siap jika dilanjutkan dengan wisata malam. Tapi kasian juga dengan para ceweknya yang sudah butuh disiram air alias mandi.

Thursday, February 8, 2018

Pura Di Atas Danau


Mobil melaju kencang di jalan raya. Udara yang semulanya panas perlahan-lahan mulai terasa dingin. Jalan yang dilalui pun sering meliku dan memperlihatkan jurang dipinggiran jalan.

Salah satu alasan kenapa saya ingin mengunjungi Pulau Bali adalah karena ingin berkunjung ke Pura yang legendaris ini. Apalagi kalau bukan Pura Ulun Danu. Sebuah Pura yang gambarnya tersebar disemua pelosok nusantara. Termasuk dikampung saya. Iya, gambar pura yang ada di lembaran uang Rp. 50.000.

Jika anda sedang berliburan ke Bali sebaiknya di list terlebih dahulu mana tempat wisata yang lokasinya jauh, dan mana tempat wisata yang lokasinya dekat. Kalau boleh saya beri saran, untuk jarak yang jauh sebaiknya menyewa mobil sedangkan yang dekat lebih baik menyewa motor saja. Ada beberapa faktor kenapa jarak yang jauh sebaiknya menggunakan mobil, salah satunya adalah biar tidak terlalu capek dan bisa lebih menikmati perjalanan.

Berbicara tentang Pura Ulun Danu, tentunya semuanya pada tahu. Sebuah Pura yang terletak di atas danau. Ada yang mengatakan, penamaan Pura Ulun Danu dikarenakan posisi pura yang berada diatas danau. Namun yang pastinya, Pura ini digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacara untuk Dewi Danu (Dewi air, danau atau sungai). Dewi Danu merujuk pada sosok Dewi Parwati, istrinya Dewa Siwa.

Kurang lebih 90 menit perjalanan, akhirnya kami tiba di Pura Ulan Danu. Untuk masuk di wisata ini kami terlebih dahulu harus membeli tiket. Saya lupa berapa tepatnya harga tiket yang harus dibayar. Yang pasti harganya sangat terjangkau alias tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam.

Disekitar halaman parkiran terdapat tempat penjualan oleh-oleh yang layaknya seperti pasar. Berbagai macam cinderamata khas etnik Bali dapat ditemukan disini. Mulai dari kain khas Bali, Pakaian dengan corak Bali, Patung, berbagai sovenir dan lain-lainnya siap untuk menjadi bekal disaat pulang. Untuk harga, kita masih bisa tawar-menawar kepada penjual hingga menemukan titik kesepakatan harga.

Setelah tawar-menawar akhirnya kami mendapatkan harga yang murah. Ini semua tentunya berkat pertolongan teman-teman yang cewek, yang memang punya bakat dalam menawar (calon emak-emak). Adapun yang dibeli adalah kain khas Bali dan udeng yang merupakan tutup kepala untuk lelaki Bali.


Setelah membeli yang diinginkan, kami pun langsung masuk ke area bagian dalam. Baru saja masuk, kami sudah disambut dengan iringan musik khas Bali. Para Pemain musiknya pun sangat bersahaja dengan alam. Contohnya saja rela duduk diatas rumput tanpa dialas sesuatu apapun.

Lokasi Pura Ulun Danu yang berada diketinggian 1.239 m diatas permukaan laut membuat udara disini terasa dingin. Jangan heran, jika disaat siang hari pun area disekitar Pura Ulun Danu kadang berkabut. Seperti di belakang foto kami tampak sebuah bukit yang masih diselimuti kabut.


Keindahan Pura Ulun Danu memang tiada duanya. Disaat air danau lagi pasang, pura ini akan terlihat seperti mengapung diatas air. Belum lagi luasnya danau yang dikelilingi bukit berkabut membuat pemandangan disini terlihat sangat adem. 

Disekitar Pura Ulun Danu juga tersedia jasa foto. Malahan fotonya langsung jadi ditempat. Namun jika anda ada membawa kamera sendiri, tidak ada salahnya minta tolong kepada para pengunjung atau warga setempat untuk memfotokannya. Lumayan, sedikit menghemat uang perjalanan.


Setelah puas menikmati keindahan Pura Ulun Danu, kami lanjutkan untuk menyusuri bagian yang lainnya. Disini kami menemukan hamparan rumput hijau yang luas. Di area ini pun lebih terlihat sepi dibandingkan Pura Ulun Danu. Tempat yang cocok untuk duduk bersantai sambil menikmati keindahan.

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di Pura Ulun Danu. Seperti memancing, menyusuri jalan dipinggiran danau, hingga mengelilingi danau dengan menggunakan perahu. 

Untuk anda yang umat muslim tidak perlu khawatir akan ketinggalan waktu sholat ketika berkunjung disini. Karena disekitar Pura Ulun Danu juga terdapat masjid yang bernama masjid Al Hidayah atau sering disebut Masjid Candi Kuning. Dari atas masjid ini kita juga bisa melihat bagaimana keindahan Danau Bratan yang luas.

Tunggu apalagi. Ayo berkunjung ke Pura Ulun Danu Bratan.