Thursday, September 21, 2017

Dara Itam - Cerita Rakyat Kabupaten Mempawah


Dara Itam adalah anak tunggal dari Patih Gumantar. Patih Gumantar adalah orang yang sangat berpengaruh pada zamannya. Dia dianggap sebagai raja kecil. Ia hidup mewah dan jaya. Karena itu, saking makmurnya, banyak kerajaan kecil tetangga yang ingin merebut daerah kekuasaannya. Masa itu masih berlaku perang Kayau Mengayau. Yaitu perang dengan menebas batang leher lawan hingga kepala terpisah dari tubuhnya.

Sekitar tahun 1400 Masehi kerajaan Miaju nekat menyerang kerajaan kecil Patih Gumantar. Kerajaan itu datang dengan membawa pasukan yang lebih besar. Dalam pertempuran itu, Raja Miaju menang dan berhasil mengayau kepala Patih Gumantar dan kemudian membawa pulang tengkorak kepala itu ke kerajaannya.

Konon, tengkorak dari hasil perang Kayau sangat berkhasiat dan penting untuk kehidupan bertani dan juga aspek kehidupan lainnya bagi orang Dayak. Tengkorak itu kemudian dijaga dengan ketat. Karena kalau sampai hilang, maka hilanglah segala khasiat dan kemujuran hidup seluruh sukunya. Akan halnya tengkorak Patih Gumantar, tengkoraknya disimpan didalam Tajo Tarus Raja Miaju, semacam tempayan pusaka dengan penjagaan yang sangat ketat.

***

Setelah tumbuh menjadi gadis remaja, Dara Hitam kemudian menjadi dukun Baliatn, seorang dukun yang sangat disenangi rakyatnya. Dalam metode perdukunannya, Dara hitam selalu menggunakan ramuan dari kayu-kayuan dan akar kayu dari hutan untuk diolah menjadi obat. Hingga kini ramuan obatnya masih digunakan suku Dayak di kampungnya. Sebagai dukun, Dara Hitam sering diundang dari kampung kekampung untuk mengobati orang yang sakit.

Suatu hari Dara Itam diundang dikampung tetangganya di dekat sungai Tenganap di daerah Tembawang Selimpat. Disana Dara Itam berdukun selama berminggu-minggu lamanya. Biasanya, setelah selesai berdukun, Dara Itam kerap mandi di Sungai Tenganap yang airnya mengalir melewati daerah kediaman Raja Pulang Palih, seorang raja yang mempunyai garis keturunan dari Raja Jawa Banten.

Ketika sedang mandi, sehelai rambut Dara Itam ketika sedang mandi, sehelai rambut Dara Itam gugur. Rambut itu jatuh didalam sebuah bikir kuningan yang dibawanya. Bokor adalah sebuah wadah berbentuk pot yang terbuat dari tembaga. Saking ringannya, bokor itu kemudian hanyut terbawa air. Ketika hanyut, bokor itu melewati salah seorang pengawal Raja Pulang Palih yang sedang mandi. Pengawal itu lantas tertarik melihat bokor itu dan mengambilnya.

Ketika diambil, dia melihat ada sehelai rambut di dalamnya. Dia lantas coba menarik rambut tersebut. Namun saking panjangnya, rambut itu seperti tak berujung. Hal itu kemudian dikabarkannya kepada sang Raja. Setelah mengetahui hal tersebut, Raja juga tampak keheranan dan ingin mengetahui siapa pemilik rambut panjang itu. Pastilah dia seorang gadis yang cantik pikirnya.

Raja kemudian memutuskan dan memerintahkan beberapa pengawalnya untuk mnyertai mencari keberadaan si pemilik rambut. Dari arah arus sungai yang mengalir mereka berkesimpulan,kalau si pemilik rambut berada di hulu sungai. Dengan memakai perahu, pergilah rombongan itu menyusuri sungai menuju ke hulu.

Setelah sekian lama menyusuri sungai, tibalah mereka ke sebuah rumah yang berhias rapi, pertanda di rumah itu sedang ada acara perdukunan menurut adat Dayak. Pengawal kemudian bertanya pada seorang warga disana, siapa kira-kira yang memiliki rambut panjang disini. Menurut anak yang sedang menimba air, memang ada seorang gadis yang memiliki rambut panjang. Tapi gadis itu sedang mengobati penyakit seseorang di kampung ini.

Setelah mendengar informasi itu, Raja kemudian menjalankan rencananya. Dia kemudian pura-pura sakit dan terbaring didalam perahu. Pengawalnya pun diperintahkan untuk mengundang Darah Itam datang ke perahu. Tanpa berpikir panjang, Dara Itam lantas menyetujui permintaan Raja dan mengikuti langkah pengawal menuju perahu dengan membawa segala ramuannya.

Ketika Dara Itam naik diatas perahu, pengawal pun langsung melepaskan ikatan tali perahu dan berkayuh sekuat tenaga, meninggalkan hulu sungai. Sadarlah Dara Itam kalau dia telah ditipu, masuk kedalam perangkap Raja Pulang Palih yang membawanya meninggalkan Tembawang Selimpat menuju daerah Tembawang Ambator.

Karena laju perahu diatas rata-rata, maka sebentar saja sampailah perahu yang membawa Dara Itam ke pangkalan sungai Sepatah, daerah Tembawang Ambator Anggarat. Disana Dara Itam disambut oleh semua istri Raja Pulang Palih. Raja kemudian mulai melancarkan rayuannya pada Dara Itam dengan maksud untuk menarik simpatinya agar mau dipersunting menjadi istrinya.

Dara Itam ingin menolak, tapi tidak berani dengan cara terang-terangan. Karena didalam hatinya cuma ada satu nama, Ria Sinir yang telah berhasil mencuri hatinya. Tapi dia tak mau gegabah dengan menolak pinangan Raja dengan kasar. Dara Itam kemudian memberikan sebuah persyaratan,

"Kalau Raja sanggup mengembalikan tengkorak ayahku, Patih Gumantar, Raja boleh mengawiniku." Pinta Dara Itam pada Raja Pulang Palih sebagai syarat.

Awalnya Raja menolak permintaan tersebut dan selalu merayu Dara Itam untuk menikah dengannya. Tapai Dara Itam teguh dengan permintaannya. Akhirnya, karena permintaan Dara Itam yang tak terbantah, Raja pun berusaha melaksanakan syarat itu.

Raja Pulang Palih kemudian mengumpulkan seluruh rakyatnya dan petinggi istana untuk minta pendapat. Mereka tahu, untuk mendapatkan tengkorak kepala Patih Gumantar berarti menabuh genderang perang. Tapi itu jalan satu-satunya agar Raja bisa mempersunting Dara Itam.

Tengkorak kepala itu tentu dijaga dengan ketat. Dan untuk mendapatkannya mereka harus mengadakan perlawanan sengit pada Raja Miaju. Setelah sepakat, mereka kemudian memutuskan untuk membuat perlengkapan perang.

Raja kemudian memerintahkan rakyatnya untuk mencari kayu yang paling baik untuk membuat Jong atau sampan besar. Dan untuk itu rakyat akan mencari kayu jenis Merbau. Tak lama kemudian kayu itu pun ditemukan di sungai Sepatat, yang tanggul kayunya masih ada hingga sekarang.

Dengan alat-alat tradisional yang terbuat dari batu, mereka menebang pohon Merbau dengan menggunakan kampak batu. Tapi walaupun sudah berusaha dengan keras, namun mereka tak berhasil menebangnya.

Akhirnya mereka menggunakan cara lain. Yaitu mengikatkan mata kampak batu itu dengan tali rotan ke sebilah kayu yang menjadi gagangnya. Setelah itu kayu pun kembali ditebang. Tapi baru setengah batangnya terpotong, malam pun tiba. Dan mereka memutuskan untuk menebang pohon Merbau pada keesokan hari saja.

Tapi keesokan harinya mereka terkejut. Batang pohon yang telah setengah putus itu kembali bertaut dan menjadi utuh seperti sedia kala. Tak mau terlalu larut dalam keterpanaan, mereka kembali menebang, menuntaskan pekerjaan yang sempat tertunda.

Namun hingga sore, penebangan pohon Merbau masih belum selesai juga. Hingga malam datang dan mereka terpaksa menundanya kembali. Tapi ketika datang keesokan harinya, pohon Merbau itu kembali utuh. Dan mereka benar-benar kecewa melihat kejadian itu. Benar-benar aneh, pikir mereka.

***

Dara Itam kemudian mengusulkan pada Raja Pulang Palih agar memanggil Ria Sinir untuk menebang pohon Merbau tersebut. Tak banyak tanya, raja langsung menyetujui usulan itu dan segera memanggil Ria Sinir datang ke kerajaannya. Ria Sinir yang dasarnya mempunyai sifat penolong langsung memenuhi undangan sang Raja dan segera menghadap Raja.

"Setelah beberapa rakyatku tak ada yang sanggup, maka akau meminta engkau untuk menebang pohon Merbau yang nantinya akan aku jadikan Jong." Pinta Raja sembari menjelaskan maksudnya pada Ria Sinir.

"Saya akan coba. Tapi saya tidak berani berjanji. Sebab, orang-orang Raja saja gagal melaksanaknnya, apalagi saya." Jawab Ria Sinir dengan sikap merendah.

"Engkau coba saja dulu." Pinta Sang Raja penuh harap.

Akhirny Ria Sinir masuk kedalam hutan dan segera menemukan lokasi dimana letak kayu Merbau yang dimaksud. Dan Ria Sinir pun memulai pekerjaannya. Hebatnya, sekali dua tebas saja dengan kampaknya, pohon yang kokoh itu kemudian langsung tumbang.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Ria Sinir bergegas menghadap Raja dan melaporkan hasil pekerjaannya. Melihat itu Raja dan rakyat yang mengetahuinya pun tercengang. Tak menyangka hal yang sulit itu dapat dikerjakan dengan sangat mudah oleh Ria Sinir. Setelah selesai dengan tugasnya, Ria Sinir kemudian pamit pulang ke kampung halamannya.

***

Setelah batang kayu Merbau didapat, segerahlah kayu itu diolah menjadi sebuah Jong. Tak lama Jong pun jadi dan siap difungsikan. Beramai-ramai mereka kemudian berusaha mendorong Jong itu agar dapat masuk kedalam sungai. Namun, walau seluruh rakyat ikut mendorong, namun Jong itu tak bergeming seperti terpatri kuat dengan tanah. Sekali lagi raja menjadi bingung melihat keanehan itu.

Akhirnya, kembali atas usul Dara Itam, Ria Sinir kembali diundang. Ria Sinir kemudian datang. Tapi syarat yang dipintanya kali ini sangat berat. Membuat Raja terkejut.

"Saya bisa menolong, Tuanku. Tapi semua itu ada syaratnya." Jawab Ria Sinir.

"Apa syaratnya, Ria Sinir?"

"Raja harus menyediakan tujuh perempuan yang sedang mengandung anak pertama dalam kondisi hamil tua atau hampir melahirkan. Karena ketujuh orang inilah yang nantinya menjadi bantalan alas Jong yang akan diluncurkan." Jelas Ria Sinir panjang lebar.

"Itu mustahil." Sela Raja dengan gugup. Mendengar persyaratan yang dipinta Ria Sinir membuatnya menjadi takut.

"Selain itu, saya juga perlu tujuh butir telur dari ayam yang baru pertama kali bertelur. Serta tiga gantang uang logam yang terbuat dari perak, tembaga dan timah."

"Apakah tidak bisa diganti?" Tawar Raja.

Ria Sinir menggeleng. "Persyaratan itu tak boleh ditawar, Tuanku. Kalau tidak, rencana Tuanku tak akan bisa berhasil." Jelas Ria Sinir lagi.

Akhirnya, walau terasa tak masuk diakal, Raja pun menyanggupi segala persyaratan yang dipinta Ria Sinir. Tak disangka, Raja kemudian berhasil mendapatkannya. Ketika semuanya sudah lengkap, ketujuh perempuan yang sedang mengandung itu pun disuruh Ria Sinir untuk rebah, berjejer di depan Jong yang akan dibawa ke sungai. Karena dari atas perut ketujuh wanita hamil itulah Jong akan meluncur ke sungai.

Seluruh rakyat yang menyaksikan peristiwa tersebut memandang dengan perasaan ngeri dan juga sedih. Ria Sinir kemudian berjalan ke buritan Jong. Dan dengan kesaktiannya, dia kemudian menepuk buritan sekali dan jong langsung meluncur mulus melewati satu persatu perut wanita hamil itu hingga berhasil mengapung diatas air.

Setelah itu, ketujuh wanita hamil itu disuruh berdiri oleh Ria Sinir. Ajaib! Semuanya sehat dan tidak ada cidera sedikitpun di badan mereka. Malahan mereka merasa semakin sehat dari keadaannya semula. Ketujuh telur yang dipinta kemudian disuruh dieramkan. Dan kemudian hari, setelah telur menetas, keluarlah ayam-ayam jago yang pandai berkokok.

Setelah itu jong diisi dengan seluruh perlengkapan perang. Raja lantas menunjuk Ria Sinir untuk memimpin perang. Dan sebelum berangkat, Raja Pulang Palih telah berjanji akan menyerahkan salah satu dari ketujuh istrinya pada Ria Sinir bila dia berhasil membawa tengkorak Patih Gumantar dihadapannya.

***

Setelah Jong penuh dengan perlengkapan perang, pasukan yang dipimpin oleh Ria Sinir pun berangkat menuju kerajaan Miaju. Jong kemudian dikayuh secepat burung Bengkala, burung sakti yang mempunyai kecepatan terbang yang kencang. Kira-kira pukul satu malam, mereka kemudian sampai. Sebelum mengadakan penyerangan, mereka terlebih dahulu mengintai keadaan. Terlihat oleh mereka pondok penyimpanan Tajau Tarus yang berisi tengkorak Patih Gumantar. Tempat itu dijaga dengan ketat dan rapi. Ria Sinir yang berani dan cerdas itu kemudian melaksanakan rencananya.

Dengan hati-hati, malam itu juga dia mengangkut semua uang yang telah dibawanya. Uang-uang itu kemudian dihambur-hamburkannya ditempat dimana orang-orang biasa menimba air. Sebagian uang itu juga diikat menyerupai pundi-pundi dan disangkutkan diatas pohon Tangkul yang beracun seperti tuba. Setelah itu, Jong kembali dikayuh menjauhi hilir.

Pagi hari ketika orang sedang menimba air, terlihat oleh mereka uang yang bertaburan, bagai hujan yang tercurah dari langit. Mereka langsung memungutinya. Orang-orang itu kemudian pulang kerumah panjang dan memberitahukan kabar tersebut pada yang lainnya.

Mendengar itu, yang lainnya kemudian berduyun-duyun mendatangi tempat tersebut dan ikut memungut uang-uang yang bertebaran disana. Belum puas memungut uang yang bertebaran, mereka kemudian mengambil uang yang ada dibatang pohon tangkul yang juga penuh dengan pundi-pundi uang.

Pohon itu kemudian mereka tebang. Ketika ditebang, secara tak langsung racun kayu itu jatuh kedalam air dan meracuni ikan yang ada disana. Tak ayal lagi, ikan-ikan pun kemudian mati dan bermunculan dipermukaan air.

Melihat itu, seluruh penduduk kampung langsung keluar untuk mengumpulkan ikan-ikan yang banyak terdampar diatas air. Mereka lupa akan tajo tarus yang berisi tengkorak Patih Gumantar yang seharusnya mereka jaga dengan ketat. Tempat itu sepi dan luput dari penjagaan.

Melihat keadaan itu, dengan tenang Ria Sinir menjalankan aksinya. Ria Sinir kemudian mengangkat tempayan berisi tengkorak Patih Gumantar dan dibawanya kedalam Jong.

"Ayo! Lekas kayuh Jong kita. Jangan sampai musuh mengetahui dan mengejar." Perintah Ria Sinir pada pasukannya.

Dengan mengerahkan tenaga sekuatnya, mereka tak henti-hentinya berkayuh. Akhirnya, setelah sekian lama berkayuh, mereka tiba juga dengan selamat ke istana Raja Pulang Palih. Ria Sinir kemudian membawa tempayan itu dihadapan Raja. Setelah itu Raja lantas teringat akan janjinya, bahwa dia akan menyerahkan salah satu istrinya untuk Ria Sinir.

Maka dari itu, seluruh istrinya pun disuruh berdandan secantik mungkin. Ketika selesai berdandan, mereka lantas disuruh menunggu didalam sebuah ruangan. Ria Sinir kemudian dipersilahkan masuk dan disuruh memilih salah satu diantara mereka. Para istri Raja memang berparas cantik semuanya tapi tak ada yang menawan hati Ria Sinir. Karena didalam hati Ria Sinir cuma ada Dara Itam.

Dan dengan kesaktiannya, Ria Sinir memilih caranya sendiri. Dia kemudian mengambil sehelai daun sirih. Daun sirih itu kemudian dtimang-timangnya. Setelah itu daun sirih itu dilepaskannya. Ajaib! Daun sirih itu berubah menjadi kunang-kunang yang bercahaya dan terbang menurut sesuai perintah Ria Sinir.

"Kepada siapa kunang-kunang ini nantinya hinggap, dialah yang akan menjadi istriku." Ucap Ria Sinir khusyuk.

Raja Pulang Palih terkesima melihat kesaktian Ria Sinir. Terbersit rasa panik dalam hatinya. "Bagaimana kalau kunang-kunang ini pergi ke dapur dan menghinggapi Dara Itam." Pikir Raja resah.

Dara Itam memang sengaja disembunyikan Raja di dapur dan wajahnya dilumuri dengan arang hitam. Konon karena itulah dia semakin dikenal dengan julukan Dara Itam. Ketakutan Sang Raja kemudian menjadi kenyataan. Kunang-kunang lantas menuju ke dapur, tempat dimana Dara Itam disembunyikan.

"Kepada siapa kunang-kunang ini hinggap, dialah nanti yang akan menjadi istriku." Ulang Ria Sinir berkali-kali.

Kunang-kunang itu kemudian menghinggapi Dara Itam. Melihat itu Ria Sinir bergegas masuk ke dapur dan menemukan Dara Itam ada disana. Walaupun wajah Dara Itam menghitam karena arang tapi Ria Sinir tetap mengenalnya.

Ketika bertemu, mereka langsung berpelukan erat. Dengan bergandengan tangan mereka berdua lantas menghadap Raja. Hati Raja Pulang Palih sebenarnya berat melepaskan Dara Itam tapi sebagai  Raja dia tak bisa mengingkari janji yang sudah diucapkan. Hatinya sedih. Dara Itam yang dicintainya akan segera dibawa orang lain.

Tengkorak Patih Gumantar yang ditemukan dan sekiranya membuat dirinya bahagia kini malah membawa kesedihan baginya. Karena hal itu malah menjadi jembatan Ria Sinir dan Dara Itam untuk bersatu kembali. Perempuan yang dicintainya akan menjadi milik orang lain.

Setelah itu, Ria Sinir dan Dara Itam kemudian mohon diri pada Raja. Namun, sebelum mereka pergi, dengan berlinang air mata Raja berpesan pada Ria Sinir.

"Tak akan kuingkari janjiku padamu Ria Sinir. Tapi kumohon, jika anak yang dikandung Dara Itam adalah laki-laki maka dia adalah anakku. Dan jika dia perempuan maka anak itu menjadi milik Dara Itam."

"Baiklah." Ria Sinir mengangguk takzim.

Ketika sampai dikampung halamannya, Ria Sinir dan Dara Itam disambut meriah oleh pamannya Ria Jambi. Kedatangan mereka disambut seperti prajurit yang pulang dari medan peperangan. Ria Jambi kemudian mengumpulkan seluruh kaum kerabat untuk melaksanakan sebuah pesta perkawinan.

Pesta pada zaman itu hanyalah menghidangkan daging binatang peliharaan, binatang buruan, sayuran kulat, karang dan buah-buahan yang ada didalam hutan. Dari hasil perkawinan Dara Itam dan Ria Sinir, lahir seorang anak laki-laki bernama Ria Kanu' yang dikemudian hari menjadi cikal bakal keturunan Dayak Kanayatn di Kecamatan Darit Manyuke Kabupaten Landak.

Sedangkan dari perkawinannya dengan Raja Pulang Palih, Dara Itam melahirkan anak kembar yang diberi nama Dol Kasim dan Dol Kahar. Mereka inilah yang dikemudian hari menjadi cikal bakal raja-raja yang ada di Kerajaan Landak.

Media Sosial yang digunakan:

3 comments

boleh minta ijin mau ku buat di youtube ya artikel ini

Mantap daeng,,,,,,

Di wikipidia dan beberapa artikel lainnya menulis, patih gumantar ayah dari putri dara hitam adalah pendiri kerajaan mempawah pada masa Hindu. Dan masa pemerintahan sang patih dengan masa pemerintahan opu Daeng manambon itu berbeda masa.

Yang jadi pertanyaan, Apakah patih gumantar yg dimaksud adalah patih gumantar/panglima hitam yg makam nya ada di komplek pemakaman sebukit rama yang letaknya kurang lebih belasan atau 20 an meter dari makam Opu daeng manambon?

Kalaupun iya, mengapa makam sang patih lebih mirip makam muslim yang ada disekitarnya?🙏🙏🙏


EmoticonEmoticon