Saturday, November 17, 2018

Nenek Moyangku Bukan Hanya Seorang Pelaut, Namun Juga Peladang

Tags

Mereka bilang nenek moyangku adalah seorang pelaut. Mereka bilang nenek moyangku sangat tangguh mengarungi laut bebas. Mereka bilang nenek moyangku tidak gentar ketika melawan badai. Mereka bilang nenek moyangku tak akan mundur ketika layar telah dikembangkan.

Sering mendengarkan kalimat yang mirip diatas? Jika ia, selamat! Masa kecil anda pasti bahagia karena dipenuhi lagu anak-anak. Bukan seperti sekarang ini (kids zaman now) dimana dunia anak-anak dipenuhi oleh lagu percintaan yang ujung-ujungnya akan galau. 

Beberapa kalimat diatas memang kata-katanya  tidak sama persis dengan lirik lagu yang berjudul 'Nenek Moyangku Seorang Pelaut'. Namun makna yang tersirat tetaplah sama, menceritakan bagaimana hebatnya nenek moyang kita dalam mengarungi lautan. Lagu karya Ibu Soed ini dulunya sering kami nyanyikan ketika masa kanak-kanak. Bahkan sampai sekarangpun, kadang-kadang saya menyanyikannya disaat momen tertentu. Misalnya ketika menaiki kapal.

Namun saya tidak lantas percaya dengan apa yang dikatakan mereka tentang nenek moyangku. Bisa saja itu hanya merupakan karangan mereka. Bisa saja itu hanya sebuah lagu untuk menghibur kami semua.
Kepolosan yang disertai keingintahuan besar akhirnya mengantarkan saya untuk bertanya kepada orang tua.

"Benar, nenek moyangmu adalah pelaut yang hebat". Uwak menjawab dengan tersenyum sambil mengusap rambutku.

Uwak adalah panggilan untuk seorang ayah.

Saat itu saya masih berumur tujuh tahun. Tentu saja rasa keingintahuan saya akan suatu hal sangat besar. Seperti yang satu ini, tentang nenek moyang saya.

Meskipun sudah dijawab oleh Uwak, namun tetep saja saya selalu melontarkan pertanyaan yang baru. Jika benar nenek moyang saya adalah seorang pelaut, kenapa kehidupan kami berkutat di pertanian, bukan dilautan. 

"Lihatlah diri kita sekarang, Nak. Kita berada jauh dari Pulau Sulawesi, tempat asal mula nenek moyangmu berada. Beribu-ribu kilometer mereka berlayar, hingga akhirnya sampai kesini. Saat itu belum ada yang namanya mesin untuk menggerakkan kapal. Pelayaran masih sangat tergantung dengan keadaan angin". Uwak kembali menjelaskan.

Uwak selalu sabar menjawab setiap pertanyaan yang terucap dari mulutku. Malahan beliau tampak senang ketika menceritakannya. Sesekali disaat bercerita, uwak menyeruput teh hangat, minuman kesukaaannya.

Nenek moyangku adalah seorang pelaut yang ulung. Ketika layar kapal dikembangkan, pantang baginya untuk kembali kedaratan sebelum sampai ditujuan. Kepiawaiannya dalam mengarungi laut yang luas telah terkenal dimana-mana. Tidak  heran jika saat itu mereka berlayar sampai ke semenanjung Melayu bahkan antar benua.

Tak ada rasa khawatir ketika malam tiba mendekap. Semuanya diserahkan kepada Tuhan, Sang Pemilik Skenario dalam kehidupan. Baginya lautan adalah sahabat dan rasi bintang adalah penunjuk jalan ketika berlayar.

Ada banyak alasan kenapa nenek moyangku senang berlayar. Yang pertama adalah karena jiwa mereka adalah petualang, senang akan tantangan dan hal yang baru. Yang kedua adalah karena mereka sangat gemar berdagang. Yang ketiga adalah karena mereka ingin mencari penghidupan yang lebih baik dan merdeka atas penindasan. 

Kesenangan nenek moyangku akan hal yang baru telah membawanya berpetualang ketempat yang baru pula. Mereka banyak melakukan persinggahan diberbagai daerah dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. Baginya hal tersebut adalah kesempatan yang sangat berharga.

Kegemaran dalam berdagang, secara tidak langsung juga memaksa mereka untuk pandai dalam berlayar. Hal tersebut agar dagangan mereka bisa dibawa dari satu pulau kepulau yang lainnya, lalu kembali dengan membawa keuntungan. Meskipun pada kenyataannya, banyak yang menetap ditempat yang baru.

Ketika berlayar dengan membawa banyak dagangan, tentunya banyak ancaman yang mungkin akan dihadapi. Bukan hanya kapal yang sarat, kerasnya ombak dan kuatnya badai, melainkan juga para perompak yang bisa saja menghadang didalam pelayaran. Namun siapa pula yang berani melakukannya, karena bagi nenek moyangku hak harus selalu tetap dipertahankan. Mereka akan rela mati demi mempertahankan barang miliknya.

Nenek moyangku bukan hanya sekedar penikmat berlayar. Tetapi mereka juga terkenal sebagai pembuat perahu untuk berlayar. Kalian pernah melihat uang kertas 100 rupiah? Ya, disitu ada gambar kapal pinishi yang merupa salah satu karya nenek moyangku. Dengan kapal itulah, nenek moyangku melanglang buana hingga kemana-mana.

Namun apakah nenek moyangku hanya seorang pelaut, kawan? Jawabannya tentu sajas tidak. Nenek moyangku juga merupakan seorang peladang yang hebat. Mereka sangat pandai dalam hal bercocok tanam.

Seperti sebagian besar masyarakat Indonesia, nenek moyangku makanan pokoknya adalah juga nasi. Karena itulah mereka harus menanam padi untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Mereka dulunya menebang hutan belantara hingga menjadi lahan perkebunan dan perladangan.

Saking pandainya nenek moyangku dalam berladang, mereka bisa tahu kapan saat yang tepat untuk menyemai benih. Semua itu diperolehnya dengan membaca keadaan alam sekitar.

Hingga tibalah saat panen. Semua orang saat itu bersuka cita menyambutnya. Saat itu juga akan dilaksanakan acara mappadendang, ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang didapat.

"Nenek moyangmu bukan hanya seorang pelaut yang hebat, namun juga peladang yang pandai". Uwak kembali menegaskan tentang bagaimana nenek moyangku.

Thursday, November 15, 2018

Tolong Ajarkan Saya Bahasa Sambas

Semua berawal dari liburan kami di daerah Sambas. Saat itu, seorang teman yang berasal dari Sambas mengajak saya dan teman lainnya untuk liburan ke kampung halamannya. Ajakan ini tentu saja merupakan sebuah kabar yang gembira. Apalagi ketika itu bertepatan dengan liburan hari raya Idul Adha.

Ini foto yang kesekian kalinya saya datang di Sambas

Liburan ke Sambas pun terlaksana. Kurang lebih 6 jam perjalanan dengan menggunakan bis, akhirnya kami tiba ditempat tujuan. Tepatnya di Tebas yang merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Sambas. Sebagai anak yang soleh dan sopan, hal pertama yang saya lakukan adalah mencari dan menyalami orang tua Si Teman, sambil memberikan senyuman yang terbaik. Padahal itu semua ada maunya, biar bisa diizinin untuk menginap disana. Hehehe, kalimat yang barusan hanya sekedar candaan. Karena walau bagaimanapun, kita harus selalu menghormati yang lebih tua, apalagi kita adalah seorang tamu.

Kesan pertama ketika saya sampai di Sambas (meskipun saat itu belum sampai dikotanya) adalah merasa aneh dan terasing. Terasing disini bukan berarti orangnya yang tidak wellcome, melainkan bahasa yang digunakan terasa asing ditelinga saya. Saya juga sempat berpikir, apa mungkin saya telah berada di pulau lain? Setelah beberapa saat, saya pun menyadarinya ternyata diri inilah yang kurang wawasan dan piknik ke tempat lain.

Bahasa Sambas merupakan salah satu bahasa yang banyak dituturkan oleh masyarakat Kalimantan Barat. Bahasa ini tersebar dibeberapa daerah, seperti Sambas, Singkawang, sebagian Bengkayang dan Mempawah. 

Keunikan dari bahasa Melayu Sambas adalah pada dialeknya dan penyebutan huruf 'e'. Jika kata 'kemana' dalam bahasa Melayu Pontianak dipanggil 'kemane', maka dalam bahasa sambas 'e' tersebut penyebutannya sama seperti kata 'lele'. Selain itu, kosakata yang digunakan juga banyak perbedaan dengan bahasa Melayu pada umumnya.

Untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, saya lebih banyak mengangguk ketika berbicara dengan kelurga Si Teman. Meskipun banyak kata-kata yang tidak dimengerti, namun setidaknya saya sedikit paham arah pembicaraannya. Kadang-kadang saya juga berkata 'aok' yang memiliki arti 'iya' atau mengiakan.

Orang Sambas itu sangat ramah-tamah ketika menyambut tamu. Begitulah hal serupa yang kami rasakan ketika datang disini. Selain itu, mereka juga sering menyelipkan guyonan diselah-selah pembicaraan. Hal tersebutlahlah yang membuat suasana diruang tamu semakin terasa hangat. Tidak dingin dan tidak juga panas.

Baru saja setengah hari berada di Sambas, saya sudah memiliki beberapa kosakata bahasa Sambas. Seperti inun yang berarti itu, itok' yang berarti ini dan insanak yang berarti keluarga. Itu semua karena Si Teman yang bersedia menjadi transleter kami selama disini. Rasanya sungguh menyerukan belajar bahasa baru.

O iya kawan. Ditebas ini terkenal sebagai daerah penghasil jeruk atau masyarakat  setempat menyebutnya limau. Malahan daerah ini merupakan salah satu pemasok terbesar buah jeruk yang ada di Kalimantan Barat. Jeruk yang berasal dari sini terkenal dengan rasanya yang manis. Oleh karena itulah, banyak para pedagang di Kota Pontianak yang menyebut jeruknya berasal dari tebas. Meskipun biasanya tidak berasal dari sana.

Tapi sayang, jeruk Tebas ini sangat sombong dan seperti kacang lupa pada kulitnya. Setelah menjadi duta merek dalam sebuah produk dan sering tampil dilayar kaca, ia mengubah namanya menjadi jeruk Pontianak. Sedih juga melihatnya. Hehehe.

Selama berada disini, saya yakin tidak akan kekurangan vitamin C sedikitpun. Malahan kemungkinan overdosis. Bagaimana tidak, setiap harinya selalu datang puluhan keranjang buah jeruk dari perkebunan. Kami juga sering disuruh ibunya  Si Teman untuk kedepan (tempat pemilahan buah jeruk) untuk memakan buah jeruk.

Dari situlah saya juga mendapatkan sebuah ilmu. Sebelum dipasarkan buah jeruk tersebut terlebih dahulu akan melalui dua proses. Dalam bahasa Sambas menyebutnya sortasi dan grading. Sortasi dilakukan dengan cara memisahkan buah yang sehat dengan buah yang cacat atau busuk. Sedangkan grading dilakukan untuk memisahkan buah jeruk berdasarkan warna dan ukuran. Baru kemudian dimasukkan dalam box yang terbuat dari kayu. Setelah itu dipasarkan dan dapat uang.

Hari raya Idul Adha pun tiba. Suara takbir yang mengagungkan kebesaran Allah berkumandang dimana-mana. Rasa senang sekaligus sedih bercampur disaat itu. Karena saat itu adalah pertama kalinya bagi saya merayakan hari besar jauh dari keluarga. Sedihnya cukup sampai disitu saja.

Perayaan Idul Adha di daerah Sambas betul-betul dilaksanakan dengan meriah. Berbagai hidangan kue memenuhi meja yang ada diruang tamu. Seperti lapis legit dan lapis belacan yang merupakan kue khas Sambas, snack dan berbagai macam kue kering (cookies). Pokoknya hari itu makanan kami tinggi akan kandungan mentega. Sekali-kali tak apelah...

Dihari yang sama, orang tua Si Teman juga melaksanakan ibadah qurban. Penyembelihan tersebut dilakukan disamping rumah.  Saya juga ikut terlibat dalam hal tersebut, meskipun sebelumnya belum pernah melakukannya.

Singkat cerita, sapi yang akan disembelih tidak bisa diajak kompromi alias susah diatur. Saya yang saat itu sedang bingung mau menolong bagaimana, langsung saja memegang paha belakang dan ekornya agar sapi tersebut bisa tenang. Dan Alhamdulillah, sapi tersebut tidak lagi anarkis dan merelakan dirinya disembelih karena Allah.

Penyembelihan sapinya telah selesai dan malahan sudah dalam proses dimasak. Tapi bau kotoran sapi yang ada ditangan saya tidak hilang-hilang, meskipun telah berulang kali dicuci menggunakan sabun. Lap tangan yang saya gunakan malahan juga terikut bau. Teman-teman juga menghindari saya karena takut dijahili. Tapi begitu ada kesempatan, saya langsung menggosokkan tangan saya ketangan mereka. Alhasil, bau tersebut juga menular. Puas rasanya mengerjai mereka. Astagfirullah...(Tapi jahil saya hanya kepada teman. Aslinya saya ini baik. Buktinya saya tidak menjahili keluarga Si Teman. Hehehe).

"Yo udah masak din. Makanlah, usah supan-supan". Kurang lebihl begitulahbkata ibu Si Teman yang sedang menyajikan makanan, lalu mempersilahkan kami. Sesekali ibunya juga mengguyoni saya, mengingat saya yang sedang memegang ekor sapi ketika pagi tadi.

Didepan kami tersaji berbagai menu dari sapi. Seperi sop tulang, rendang dan sate. Akhirnya, semua yang saya lakukan terbayar dengan makanan ini semuanya. Tanpa disuruh lagi, kami pun menikmati makanan tersebut. Tapi ingat, saat makan waktu itu menggunakan sendok, belum berani menggunakan tangan. Takutnya makanan dipiring saya nanti terkontaminasi oleh bau yg aneh.

Keesokan harinya kami mengunjungi sebuah tempat wisata yang ada di Sambas, yaitu Danau Sebedang. Danau ini cukup luas dan memiki panorama yang indah. Di salah satu bukit juga terdapat pemakaman etnis Tionghoa yang menandakan keberagaman etnis didaerah ini.

Seperti yang kami lakukan, kebanyakan masyarakat yang datang kesini tidak hanya sekedar untuk bersantai, melainkan juga untuk bermain air alias mandi. Disini juga tersedia sewa pelampung besar yang bisa digunakan beramai-ramai.

Kurang lebih tiga jam kami bermain air, baru setelah itu memutuskan untuk menyudahinya. Tangan kami pun sudah terlihat keriput dan pucat. Tapi saya sangat bersyukur, setelah berendam cukup lama akhirnya bau kotoran sapi yang ada ditangan hilang. Alhamdulillah...

Usai mengganti pakaian, kami pun melanjutkannya dengan bersantai di sebuah warung. Rasanya sungguh nikmat, setelah lama bermain air langsung menyantap makanan. Ditambah lagi air kelapa yang terasa segar. Nikmat Tuhan mana lagikah yang akan saya dustakan.

Lagi seruan bersantai sekaligus menikmati angin Danau Sebedang, tiba-tiba seorang teman datang berlarian dan menghampiri.

"Ade buda' bedako' di pingger danau". Ucap seorang teman dengan menggunakan bahasa Melayu Pontianak dicampur Melayu Sambas.

"Bedako'? Ape tuh?". Tanya saya yang saat itu belum tahu apa artinya.

"Dari pada penasaran, bagos kau langsung nengok jak kesanak". Ia menjawab yang disertai dengan tawaan.

Saat itu saya berpikir mungkin artinya menangkap ikan atau mungkin ada yang luka. Dengan polosnya, saya beserta kedua orang teman lainnya datang menghampiri ketempat tersebut.

Kaget, sedih, lucu semuanya bercampur aduk disaat saya menyaksikan sebuah pertunjukan di pinggiran danau, yang lokasinya sedikit tersembunyi. Kaget, karena melihat adegan mesum yang dilakukan ditempat umum. Sedih, karena pelakunya masih anak-anak yang perkiraan saya masih duduk dibangku SMP. Dan lucu, karena saya berhasil dijebak oleh teman. Bedako' artinya berpelukan. Bertambah lagi satu kosakata bahasa Sambas didalam galeri pikiran saya.

Mumpung masih suasana lebaran, Si Teman juga mengajak untuk jalan-jalan ketempat temannya. Rumahnya tidak jauh, hanya berjalan kaki sudah sampai.

Kebetulan saat itu Si Dia ada dirumah. Dia pun mempersilah kami masuk dan duduk diatas kursi. Si dia merupakan seorang gadis ayu, dan saya rasa dia merupakan salah satu kembang desa yang ada disini.

Si Teman pun memperkenalkan kami satu persatu kepada Si Dia. Sebagai balasannya, Si Dia juga memperkenalkan diri sambil memberikan senyuman terbaik. Tapi ingat,  itu senyuman bukan berarti mereka suka dari salah satu kami, melainkan sudah merupakan tatakrama ketika bertemu orang lain. Si Dia orangnya juga mandiri, buktinya yang membuatkan kami minuman adalah dia, bukan kakaknya, bukan adiknya, bukan ibunya, apalagi ayahnya.

Singkat cerita, pembicaraan kami semakin hangat dan ngelantur entah kemana. Tidak jarang juga, suara tawa pecah memenuhi langit-langit ruang tamu. Entah berapa kali suda kami menjemput kue yang ada diatas meja.

"Ayo dimakan juga kuenya. Se'an supan-supan". Saya mencoba untuk berbasa-basi kepada Si Dia dengan menggunakan bahasa Sambas.

Sejenak ruangan tamu menjadi lengang, baru kemudian dipenuhi oleh suara tawa. Terutama suara tawa Si Teman yang bunyinya paling keras. Usut punya usut ternyata kata-kata yang saya gunakan ada yang salah. Niatnya ingin begini 'jangan malu-malu' tapi malah menjadi begini 'tidak ada malu-malu'.

Se'an : tidak ada
Supan : malu

Saat kejadian tersebut, saya benar-benar merasa sangat malu.  Mungin muka ini sudah terlihat seperti udang yang direbus (jangan dibayangkan, entar malah jadi lapar). Rasanya saat itu saya ingin menghilang atau memundurkan waktu biar bisa memperbaiki semuanya. Tapi sayang, saya bukan Doraemon yang punya banyak alat ajaib.

Meskipun begitu, sampai sekarang saya tidak pernah kapok untuk belajar bahasa Sambas. Malahan saya semakin kepo ketika ada kosakata bahasa Sambas yang belum diketahui. Bagaimana, ada yang berminat untuk mengajari saya bahasa Sambas. Tapi mesti tahan karena diri ini sering merasa sok tahu. Hehehe.


Nama tokoh sengaja tidak disebutkan.
Kejadian pada tahun 2010 silam.

Tuesday, November 13, 2018

4 Hal Sederhana Untuk Mengurangi Pencemaran Sungai

Tags
Sumber gambar: goriau.com

Air merupakan sumber kehidupan bagi miliaran manusia dan makhluk lainnya. Tanpa air, manusia akan mati dalam kehausan. Tanpa air, tumbuhan akan layu dan perlahan-lahan juga mati dalam kekeringan. Tanpa air, tentunya tidak akan ada ikan yang tersaji diatas meja makan. Tanpa air juga, tentunya tidak akan ada minuman kemasan bermerek yang beredaran dipasaran. Pada intinya kehidupan kita sangat tergantung pada keberadaan air.

Karena begitu pentingnya air, sebagian besar orang memilih untuk bermukim disekitar sumber air. Entah itu dipinggiran sungai, dipinggiran parit, dipinggiran danau bahkan dipinggiran laut. Selain untuk keperluan mandi, air juga digunakan untuk keperluan memasak, mencuci dan juga sebagai sumber mata pencaharian. Oleh sebab itulah, keterjagaan air dari pencamaran adalah merupakan hal yang penting.

Meskipun begitu tetap saja masih banyak orang yang mengesampingkan tentang keberadaan air. Tanpa sengaja ataupun disengaja banyak dari masyarakat yang masih melakukan aktivitas pencemaran air. Padahal dia tidak menyadari, dari awal bangun tidur hingga tertidur lagi mereka selalu berurusan dengan yang namanya air. Ketahuilah, sumber air yang bebas dari pencemaran akan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita.

Salah satu sumber air yang paling rentan terhadap pencemaran adalah sungai. Banyak hal yang dilakukan manusia tanpa disadari telah mencemarinya, baik itu aktivitas yang ada dihulu sungai maupun yang ada dihilir sungai. Seperti pertambangan, limbah industri, pembuangan sampah yang sembarangan, hingga pemakain produk mandi juga mengakibatkan pencemaran sungai.

Menghilangkan pencemaran air disungai tentunya sangat sulit. Oleh karena itulah perlu adanya kebijakan pemerintah setempat agar air yang masih bersih tetap terjaga kelestariannya dan yang sudah tercemar tidak semakin parah. Entah itu melalui kebijakan perizinan pertambangan dan industri, pengawasan terhadap penangkapan ikan yang mengancam lingkungan, hingga pemetaan kawasan.

Namun rasanya tidak elok jika untuk kepentingan bersama ini hanya dibebankan kepada pemerintah saja. Kita semuanya juga memiliki kewajiban yang sama dalam menjaga kelestarian sungai. Apalagi jika kita berdomisili dipinggiran sungai. Berikut hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mengurangi pencemaran sungai.

1.    Tidak membuang sampah disungai.
Kadang kita terlalu menyepelekan dengan sebutir sampah. “ini kan cuma bungkus permen, kecil lagi.” Kata seperti itulah yang sering kita dengarkan. Tapi tanpa disadari hal tersebut selalu dilakukan dan lama kelamaan sampah tersebut menjadi banyak. Sampah ini jugalah yang membuat sungai menjadi dangkal dan tak enak dipandang mata. Ingin mandi pun terasa risih jadinya.

2.    Menggunakan alat mandi hanya secukupnya saja
Sabun, pasta gigi, shampoo, detergen dan alat mandi lainnya sudah menjadi kebutuhan kita dalam sehari-hari. Namun tahukah teman-teman bahwa produk-produk tersebut mengandung bahan kimia yang tentunya tidak baik untuk ekosistem sungai. Meskipun tidak bisa menghindarinya, namun kita dapat menguranginya dengan menggunakan hanya secukupnya saja. Lumayan jugakan bisa sedikit menghemat pengeluaran.

3.    Tidak membuang air (air kecil dan air besar) disungai.
Kebanyakan dari masyarakat yang tinggal ditepian sungai memiliki MCK yang langsung merembes kesungai. Akibatnya sungai menjadi tecemar oleh bakteri dan terlihat menjijikkan. Namun sekarang sudah banyak masyarakat yang sadar akan hal tersebut dan tidak melakukannya lagi. Bagi yang masih melakukannya, sebaiknya dihentikan ya. Hehehe.

4.    Melakukan kerja bakti
Kerja bakti yang dimaksud disini adalah membersihkan lingkungan sungai yang ada disekitar kita. Yaitu dengan cara menjaringnya, baru kemudian dinaikkan diatas daratan. Meskipun pada kenyataannya setelah dibersihkan, selalu saja ada sampah yang datang lagi dan lagi. Namun yakinlah, sekecil apapun yang kita lakukan selalu ada manfaatnya dan mendapatkan balasan dari Tuhan. Bukankah kebersihan itu sebagian dari iman?

Wednesday, November 7, 2018

Beginilah Robo-Robo di Asrama Mahasiswa Kabupaten Mempawah


Robo'-Robo' Asrama Mahasiswa Kabupaten Mempawah

Tadi pagi, bertepatan hari rabu. Sama seperti hari biasanya, matahari terbit dari arah timur. Awan tipis seperti kapas berarak dibawah birunya langit. Sekelompok burung gereja yang hinggap dibumbung asrama sesekali juga terlihat berterbangan, menjemput rezeki yang dijanjikan Sang Penciptanya.

Namun ada yang sedikit berbeda untuk hari ini. Pagi-pagi hari kami sudah berkumpul dilapangan voli, bermandikan cahaya pagi. Tapi bukannya untuk bermain voli atau sekedar berolahraga lainnya. Melainkan katanya hari ini merupakan hari bersejarah bagi daerah kami, Mempawah. Kami pun diarahkan untuk duduk memanjang dihadapan makanan yang telah disajikan.

Robo'-robo', itulah alasan kenapa kami berkumpul. Merupakan sebuah acara budaya yang selalu dilaksanakan setiap tahunnya. Robo'-robo' dilaksanakan pada hari rabu terakhir dibulan safar, dimana sebagian besar orang percaya bahwa saat itu ada banyak bala atau bencana yang diturunkan. Oleh karena itulah dilakukan do'a bersama, memanjatkan do'a kepada Allah agar dijauhkan dari marabahaya.

Selain hal tersebut, adanya robo'-robo' juga merupakan napak tilas atas kedatangan Opu Daeng Menambon kedaerah Mempawah. Kedatangan beliau disambut dengan sukacita oleh masyarakat setempat. Orang-orang berkumpul dipinggiran sungai dan beberapa perahu nelayan juga terlihat mengiringi kedatangannya. Melihat hal tersebut, Opu Daeng Menambon sangat tersanjung dan membagikan bekalannya kepada masyarakat. Masyarakatpun menerima makanan tersebut dan menikmatinya bersama-sama dipinggiran sungai. Atas dasar itulah, disaat robo'-robo' banyak masyarakat yang makan bersama-sama dialam terbuka. Seperti dijalan, tepian sungai dan halaman rumah.

Datangnya hari robo'-robo' ini tentunya sangat dinantikan oleh masyarakat Mempawah dan sekitarnya. Pada saat inilah orang-orang berkumpul bersama tanpa memandang latar belakang. Baik itu kaya ataupun miskin, pejabat ataupun rakyat biasa, semuanya pada berkumpul dan duduk bersama. Semua orang yang datang membawa makanan dari rumahnya, turut ikut serta berbagi pada sesama. Ketupat lemak, patlau, bontong, pulut kuning, ayam panggang, ayam opor, sambal teri, sambal mi, sambal kepah menjadi pemandangan yang lumrah ketika hari robo'-robo' tiba.

Tapi itu dikampung halaman kami. Sekarang kami berada di Kota Pontianak. Berbeda jauhlah kemeriahannya.

Seperti tahun sebelumnya, tahun ini kami juga memperingati peristiwa penting tersebut. Meskipun tidak meriah seperti yang ada di Mempawah, namun bukan berarti membuat kami untuk berkecil hati. Yang terpenting bagi kami adalah momen tersebut tetap terlaksana seperti yang lalu.

Tidak banyak agenda yang dilakukan dalam acara robo'-robo' kami di Kota Pontianak. Awal kegiatan dibuka dengan kata sambutan dari ketua Asrama Mahasiswa Kabupaten Mempawah. Selanjutnya melakukan do'a bersama yang dipimpin oleh seorang teman. Barulah setelah itu kami melakukan makan-makan bersama.

Makanan yang dihidangkan pun sederhana. Hanya berupa ketupat, sambal mie, bumbu kacang dan kuah kaldu tanpa sayuran. Tetapi bukan prosesi makan-makannya yang menjadi poin utama adanya acara ini. Yang terpenting bagi kami adalah kumpul bersama dengan memanjatkan do'a kepada Allah agar diberikan kebaikan.

Disela-sela makan bersama selalu saja ada hal konyol yang mengundang tawa. Tak heran, jika kadang-kadang terdengar suara tawa pecah dan mengundang perhatian teman lain yang terlarut dalam bersantap. Hal seperti inilah yang semakin membuat makan kami semakin nikmat.

Meskipun tidak berada dikampung halaman, namun kami bisa merasakan nuansa robo'-robo' tersebut.

Ada Saja Hal Lucu Ketika Bersama

Keberagaman Dalam Kebersamaan

Thursday, November 1, 2018

Liburan Seru di Pulau Lemukutan

Liburan Seru di Pulau Lemukutan. Mengisi akhir pekan dengan bersantai dirumah memang menyerukan. Namun akan lebih menyerukan lagi jika waktu tersebut diisi dengan jalan-jalan atau mengunjungi tempat wisata. Apalagi perginya bersama orang-orang yang kita sayangi atau teman terdekat.

Kali ini saya ingin bercerita tentang liburan disebuah pulau yang ada di Kalimantan Barat. Pulau ini sangat eksotis dan banyak para penikmat wisata bahari yang datang kesini. Orang-orang memanggilnya Pulau Lemukutan.

Banyak orang yang mengira jika Pulau Lemukutan ini masuk kedalam adminsitrasi Kota Singkawang. Adanya anggapan seperti itu wajar saja, karena lokasi pulau ini memang tidak jauh dari Kota Singkawang. Padahal sebenarnya Pulau Lemukutan masuk kedalam wilayah Kabupaten Bengkayang. Tepatnya di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan.

Pulau Lemukutan

Bagaimana Cara Pergi ke Pulau Lemukutan?
Ada beberapa rute yang bisa dilalui untuk sampai ke Pulau Lemukutan. Yang pertama adalah melalui dermaga Teluk Suak. Jarak dari Kota Pontianak ke dermaga ini yaitu 128 Km atau waktu tempuh yang mencapai 2 jam lebih. Anda tidak perlu khawatir jika berpergian menggunakan kendaraan pribadi. Karena disini telah tersedia jasa penitipin kendaraan, baik itu untuk mobil ataupun sepeda motor. Selanjutnya anda akan berlayar menggunakan motor air atau atau masyarakat setempat menyebutnya perahu klotok.

Rute yang kedua adalah melalui  Kota Singkawang. Tepatnya melalui kawasan wisata Pantai Samudra Indah. Jika anda sedang berliburan disini, maka saya sarankan untuk sekalian saja menyeberang ke Pulau Lemukutan. Lumayan jugakan bisa mengunjungi beberapa tempat wisata dalam sekali berpergian.

Selain rute, cara berpergian ke Pulau Lemukutan juga ada beberapa cara. Yang pertama adalah dengan menggunakan paket tour. Artinya disini anda menggunakan jasa penyelenggara liburan dengan mendapatkan berbagai fasilitas. Seperti transportasi penyeberangan, penginapan dan lain-lainnya yang telah disiapkan oleh mereka. Jika anda tertarik untuk menggunakan ini, tinggal diketikkan saja kata kuncinya di Mbah Google. Disana banyak bertebaran jasa liburan dengan tawaran fasilitas dan harga yang beragam.

Cara yang kedua adalah tanpa menggunakan paket tour. Artinya anda harus mandiri untuk mengurus segala urusan selama liburan. Seperti mencari transportasi penyeberangan sendiri, mencari penginapan sendiri, mengurus makanan sendiri dan yang lain-lainnya. Namun santai saja, mengurus itu semua tidak terlalu sulit. Tinggal berkomunikasi saja dengan masyarakat setempat atau googling tentang tempat wisata yang sedang anda datangi. Selama masih ada usaha, saya yakin semuanya akan baik-baik saja.

Berpetualang ke Pulau Lemukutan dimulai
Beberapa waktu yang lalu saat liburan di Pulau Lemukutan, saya dan keempat teman lainnya mencoba untuk menggunakan paket tour. Kata teman alasannya biar disana lebih mudah. Harganya saat itu untuk satu orang Rp. 420.000 dengan waktu 3 hari 2 malam. Adapaun fasilitas yang diperoleh dengan harga segitu adalah transportasi penyeberangan (PP), penginapan, Makan 3 kali sehari, peralatan snorkling, dan kamera underwater (GoPro).

Saat itu, waktu sudah menunjukkan 08.05 WIB. Kami semua sudah berada di dermaga Teluk Suak, salah satu tempat penyeberangan menuju Pulau Lemukutan. Sambil menunggu tour guidenya datang, terlebih dahulu kami mencari tempat penitipan kendaraan. Seperti yang dikatakan sebelumnya, disini tersedia jasa penitipan kendaraan bagi para pengunjung yang akan menyeberang ke pulau. Jadi tidak perlu khawatir mengenai keamanan kendaraan.

Perahu klotok yang kami tumpangi pun berangkat. Dermaga dibelakang perlahan-lahan mulai hilang. Air yang semulanya keruh dan berwarna agak coklatpun, perlahan-lahan menjadi bersih dan berwarna kebiruan. Semakin menuju ketengah, air yang terlihat semakin bening dan kadang memantulkan cahaya dari sinar matahari.

Perahu klotok yang digunakan untuk menyeberang tidak terlalu besar namun terlihat sangat kokoh. Diperahu klotok ini terdapat dek yang kuat dan bisa dinaiki oleh para penumpang ketika berlayar. Jika ingin merasakan sensasi yang berbeda, maka disarankan untuk mecobanya. Selain mengangkut para penumpang, perahu klotok ini juga mengangkut berbagai barang.

Ada banyak hal yang bisa dilakukan sambil menunggu sampai tujuan. Anda bisa menikmati makanan sambil melihat pesona laut yang bahari. Anda juga bisa berfoto ria diatas dek atau haluan perahu klotok. Atau mungkin sambil berbincang dengan nahkodanya yang ramah tamah.

Satu persatu pulau didepan kami terlihat. Ada yang berpenghuni namun ada juga yang tidak berpenghuni. Perahu kelotok kami juga sempat singgah disebuah pulau yang namanya Penata Besar (kalau tidak salah namanya itu) untuk mengantarkan sebuah barang. Saat itu tour guide juga sempat menunjukkan kami sebuah batu besar yang berada ditengah laut. Katanya batu yang terkena ombak itu lama kelamaan akan terkikis dan menjadi sebuah daratan alias pulau yang baru. Saya baru mengetahui hal tersebut.

Kurang lebih satu jam perjalanan, pulau yang akan datangi akhirnya terlihat jelas didepan mata. Ukurannya lebih besar dibandingkan dengan pulau-pulau yang ada disekitarnya. Hijaunya pulau dan birunya lautan benar-benar menjadikan  sebuah pemandangan yang sangat indah. Belum lagi perahu nelayan yang tertambat, menjadikan lukisan Tuhan yang satu ini terlihat sangat menakjubkan. Perairan disekitar Pulau Lemukutan juga terlihat jernih, sampai-sampai terumbu karang yang ada didasar laut bisa terlihat. Ikan-ikan juga terlihat berlarian yang seakan-akan senang melihat kedatangan kami, atau mungkin malah sebaliknya.

Perahu kelotok kami pun merapat. Tanpa menunggu lama, kami sudah bergerak dan naik keatas dermaga. Setidaknya ada beberapa dermaga dipulau ini. Namun dermaga tempat kami merapat berada di Dusun Karang Utara atau Teluk Cina.

Tour guide langsung mengajak kami untuk menuju ke penginapan. Didalam perjalanan kami melewati banyak rumah penduduk. Sebagian besar rumah disini sudah menggunakan semen. Atapnyapun kebanyakan sudah menggunakan seng. Dikiri kanan jalan juga terlihat banyak ikan yang sedang dikeringkan. Kebanyakan yang saya lihat adalah ikan teri. Yang katanya banyak matanya jika dibeli satu kilo. Hehehe.

Selain menjadi nelayan, masyarakat disini juga merupakan petani cengkeh. Pohon-pohon cengkeh inilah yang banyak ditanam dan menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakat setempat. Hasil cengkeh ini katanya dijual kepada para penampung yang ada di Teluk Suak.

Jarak dari dermaga ke penginapan tidak terlalu jauh. Kurang lebih 200 meter. Posisi penginapannya juga sangat strategis, menghadap kelaut lepas dengan view perahu nelayan dan gugusan pulau-pulau. Selain itu, penginapannya juga menyediakan dapur yang lengkap dengan alat memasaknya.

Setelah menyimpan barang bawaan, saya langsung menuju keteras dan duduk santai disebuah kursi. Sajian keindahan benar-benar mampu mengobati rasa letih selama perjalanan tadi. Nikmat mana lagikah yang akan saya dustakan.

"Ini untuk tempat kalian bersantai". Tour guide yang sedang memasang hammock berbicara kepada kami.

Tour guide kami orangnya ramah dan juga humoris. Dari sinilah perbincangan kami kepada dia semakin akrab. Banyak hal yang kami tanyakan kepadanya, mulai dari aktivitas yang akan dilakukan hingga bertanya tentang Pulau Lemukutan ini.

Setelah berbincang cukup lama, tour guide menyarankan kami untuk istirahat sambil menunggu waktu sholat jum'at tiba. Namun rasanya sayang jika menghabiskan waktu hanya untuk bersantai saja. Kami pun tertarik untuk menghampiri anak-anak setempat yang sedang bermain dipantai. Tak hanya sekedar menghampiri anak-anak, kami juga sempat mencari kerang yang katanya akan dimasak nanti malam. Meskipun pada akhirnya tidak digunakan

Sedang Mencari Kerang

Sholat jum'at telah dilaksanakan, dan saatnya untuk makan siang sekaligus pergi snorkling. Tempat makan kami tidak berada di penginapan, melainkan berada dirumah masyarakat setempat. Jadi kami harus menuju kesan dulu baru bisa makan. Perlengkapan snorkling pun juga ada disana.

Untuk lauknya jangan ditanyakan lagi, pastinya tidak akan jauh dari yang namanya ikan. Setiap waktu makan, pasti selalu ada menu ikan. Yang sedikit sulit dicari disini adalah sayur. Oleh sebab itulah, menu sayur hanya ada disaat makan siang.

Pemandangan yang indah dan hembusan angin sepoi-sepoi benar-benar membuat makan siang kami terasa nikmat. Apalagi ikan yang disajikan adalah tangkapan nelayan setempat, yang pastinya masih segar. Jadi sangat rugi dah jika tidak mencicipinya.

Tidak lama setelah kami makan siang, tour guide datang menghampiri kami. Dia mengatakan bahwa kegiatan snorkling siang ini diundur, menunggu ombak agak tenang. Meskipun ada rasa sedikit kecewa, namun kami yakin ini adalah untuk kebaikan kami.

"Snorkling disaat ombak tinggi itu tidak bagus. Selain pergerakan kita menjadi sulit, namun juga air terlihat lebih keruh." Tour guide memaparkan alasan kenapa snorkling ini diundur.

Kami pun kembali lagi ke penginapan. Menunggu hingga aktivitas snorkling bisa dilakukan.

Waktu telah menunjukkan 15.00 WIB. Namun keadaan gelombang masih tidak memungkinkan untuk melakukan snorkling. Akhirnya tour guide memutuskan untuk jalan-jalan. Dengan menggunakan tiga buah motor, kami menyusuri Pulau Lemukutan hingga kebelakangnya.

Ada beberapa tempat yang sempat kami sambangi. Tempat yang pertama adalah sebuah dermaga yang baru saja dibangun. Ukuran dermaga ini lebih besar dibandingkan yang lainnya. Dua kapal terlihat bersandar, yang menandakan dermaga ini merupakan dermaga utama. Tidak hanya sekedar berfoto-foto saja, disini kami juga sempat menyaksikan beberapa penyu yang muncul kepermukaan. Ukurannya ternyata sangat besar, berbeda dengan yang saya bayangkan sebelumnya.

Dermaga Utama di Pulau Lemukutan

Selanjutnya kami mendatangi sebuah ayunan yang berada di tepian pantai. Katanya ini mirip dengan ayunan yang ada di Gili Trawangan, Lombok. Maskipun pada kenyataannya berbeda jauh, namun mengambil gambar disini juga sangat bagus. Apalagi jika air lautnya sedang tinggi, menutupi permukaan pantai.

Berayun dengan View Pulau

Jika tadinya kami mengeksplor dibagian terdepan pulau, kali ini kami diajak untuk melihat bagian belakang pulau. Berbeda dengan yang didepan, kondisi jalanan disini lebih sedikit ekstrim. Tepian jalan memiliki jurang yang tinggi. Jadi mesti ekstra hati-hati ketika mengendarai motor. Belum lagi kontur jalan yang kadang sedikit mendaki dan menurun serta berbelok. Apalagi jika berpas-pasan dengan orang yang berlawanan arah. Rasa takut, menantang sekaligus menyerukan, bercampur aduk didalam perjalanan kami.

Akhirnya kami tiba disebuah pantai dengan hamparan bebatuan. Untuk menujunya, kami harus menuruni tebing yang lumayan terjal. Seperti ini nih bentuk pantainya.



Saya lupa apa nama pantai ini. Yang pastinya pantai disini langsung menghadap kelaut lepas, yaitu laut Natuna. Rumah penduduk disekitar ini juga tidak terlalu ramai dan terlihat lebih jarang-jarang. Jadi rasanya kalau pantai ini merupakan pantai pribadi. Tidak hanya bersenang-senang dan mengambil gambar saja, disni kami juga diajarkan bagaimana cara menyusun batu yang beberapa bulan lalu sempat heboh diberita. Menyusun atau menyeimbangkan batu tersebut dikenal dengan teknik rock balancing. Beberapa kali kami mencoba namun tetap saja gagal.

Karena waktu yang sudah semakin sore, kami diajak oleh tour guide untuk beralih ketempat yang lainnya. Katanya tempat yang satu ini menyajikan panorama sunset yang indah. Namun sayang, ketika sampai dilokasi, tiba-tiba hujan gerimis mulai turun. Membuat langit sedikit gelap.

Meskipun begitu, tetap saja panorama sunsetnya terlihat indah. Dan perlahan-lahan, cakrawala yang berwarna jingga mas hilang mengikuti terbenamnya sang matahari. Petualangan hari ini cukup sampai disini, dan kami segera kembali kepenginapan.

Sunset di Pulau Lemukutan

Lalu bagaimana dengan aktivitas ketika malam hari? Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ketika malam menjelang. Adapun hal yang kami lakukan adalah bakar ikan dan jagung, main remi, dan memancing ikan sekaligus bersantai didermaga.

Selain itu kami juga sempat mampir kerumah warga setempat. Berbicara mengenai apa saja, termasuk kehidupan mereka sebegai nelayan. Dari sini juga saya tahu betapa berharganya lautan bagi kehidupan mereka. Oleh karena itulah, mereka masih tetap menggunakan cara yang aman dalam menangkap ikan.

Satu lagi kegiatan yang tidak boleh dilupakan ketika malam tiba. Yaitu tidur. Biar besoknya bisa beraktivitas dengan prima.


Rasanya masih belum puas untuk tidur. Namun pintu kamar kami sudah digedor oleh tour guide. Beliau hanya ingin memastikan 'apakah kami ingin menyaksikan matahari terbit. Pastinya kami maulah, siapa juga yang ingin melewatkan moment itu disini. Tanpa mecuci muka lagi, kami langsung menuju teras dan menyaksikan sunrise tersebut. Hah, nikmat Tuhan mana lagikah yang akan saya dustakan.

Sunrise di Pulau Lemukutan

Cuaca yang bersahabat dan langit yang sedikit berawan menjadikan matahari hampir terlihat sempurna. Mula-mula ia malu menampakkan diri, menyembunyikan sebagian dirinya dibalik cakrawala. Hingga akhirnya tampak utuh dan menyinari wajah kami yang baru saja terlelap.

Karena hari kemarin sempat gagal melakukan snorkling, maka untuk kali ini tentu saja tidak. Apalagi cuaca hari ini terlihat sangat mendukung untuk melakukan kegiatan tersebut. Menggunakan perahu yang lebih kecil dari sebelumnya, kami pun akhirnya berangkat menuju lokasi snorkling.

Ini adalah pertamakalinya bagi saya melakukan snorkling. Pemandangan dibawah laut Pulau Lemukutan terlihat sangat bagus. Tidak heran jika banyak para penikmat bawah laut yang datang kesini. Berbagai jenis biota laut bisa dijumpai. Seperti berbagai jenis terumbu karang, bulu babi, teripang dan berbagai macam jenis ikan. Dan yang tidak kalah menariknya adalah bisa bertemu dengan salah satu artis ikan, yaitu Nemo.

Panorama Bawah Laut Pulau Lemukutan

Akhirnya Bisa Lihat Nemo

Keseruan menikmati bawah laut tidak hanya berakhir disitu saja. Kami melanjutkannya kembali didepan penginapan. Disini kami diajak tour guide untuk menangkap ikan dengan cara memanah. Dibandingkan sebelumnya, air disini lebih dangkal dan memiliki terumbu karang yang lebih sedikit. Meskipun begitu, kita harus tetap berhati-hati agar tidak terluka dan merusak terumbu karang itu sendiri.

Saya pun mencoba untuk menggunakan panah ikannya. Tapi ternyata menggunakannya tidak semudah yang dibayangkan. Perlu adanya ketenangan agar ikan tidak merasa terganggu dan keburuan lari. Beberapa kali mencoba tetap saja tidak beruntung. Hingga pada akhirnya, hanya tour guide yang berhasil mendapatkan seekor ikan. Itu pun ukurannya kecil. Tapi lumayanlah, nambah jumlah ikan yang akan dibakar nanti malam. Benar-benar liburan yang menyerukan.

Keesokan harinya disaat kami akan pulang, tour guide juga sempat mengajak kami untuk berpetualang lagi. Kali ini kami menuju sebuah pantai yang sangat eksotis. Tempat ini tidak terlalu jauh dari penginapan dan hanya menggunakan jalan kaki sudah sampai. Pantai ini memiliki hamparan karang mati yang banyak. Dan pastinya sangat bagus. Dari arah sini kita juga bisa melihat bagaimana bentuk Pulau Kabung dari arah kejauhan.

Bagaimana, sudah mirip raksasa belum?
Perahu Kelotok yang Membawa Kami Pulang

Thursday, October 25, 2018

30 Macam Kue Tradisional Kota Pontianak, Manakah Favoritmu?

Indonesia memang merupakan negara yang kaya akan berbagai hal. Entah itu keindahan alamnya, ragam budayanya hingga berbagai macam kulinernya. Oleh karena itulah jangan heran, jika Indonesia merupakan salah satu tujuan wisata yang ada didunia.

Berbicara tentang makanan Indonesia, tentunya setiap daerah di Indonesia memiliki makanan dengan ciri khas masing-masing. Semua tergantung dengan ragam budaya yang berkembang didaerah tersebut. Namun tidak sedikit pula antara daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kesamaan dalam hal kuliner. Dalam kesempatan kali ini, saya akan mengajak para sahabat untuk mengenal ragam jenis kue tradisional pesisir Kalimantan Barat khusunya di Kota Pontianak.

Berikut 30 macam kue tradisional Kota Pontianak yang akan menggiurkan para sahabat:

1. Jorong-jorong
Jorong-Jorong
(Sumber: Pengkangpontianak.blogspot.co.id)
Kue khas Kalimantan Barat yang satu ini memiliki bentuk yang sangat unik. Yaitu menyerupai sampan atau perahu. Wadah yang digunakan tersebut berasal dari daun pandan sehingga sangat aman untuk digunakan. Penggunaan daun pandan tersebut mengakibatkan aroma kue jorong-jorong terasa sangat wangi.

Bahan utama kue jorong-jorong adalah tepung beras yang dicampur dengan santan. Tekstur kue ini sangat lembut dan terasa manis. Pada bulan Ramadhan, kehadiran kue jorong-jorong sangat mudah untuk dijumpai.

2. Bingke
Bingke
(Sumber: Nakarasido.com)
Salah satu kue tradisional Pontianak yang sangat terkenal adalah kue bingke. Kue bingke memiliki cita rasa yang manis dan gurih serta tekstur yang lembut. Kue yang berbentuk bunga ini terbuat dari tepung terigu, telur,susu dan santan yang kemudian dimatangkan di dalam oven.

Kue bingke memiliki banyak variasi rasa. Seperti bingke original, bingke berendam, beingke durian, bingke keju, bingke umbi rambat, bingke coklat, bingke kentang dan bingke jagung. Terdapat pula bingke asin yang terbuat dari rempah-rempah pilihan dan potongan daging.

3. Rotikap
Rotikap
(Sumber: Instarix.com)
Kue yang satu ini juga memiliki cita rasa yang manis. Selain memiliki bentuk yang seperti daun, kue rotikap juga sering ditemui dalam bentuk bulat pipih.

4. Madu Kandis
Madu Kandis
Kue madu kandis paling mudah dijumpai ketika bulan Ramadhan tiba. Rasanya yang manis memang sangat cocok sebagai menu pembuka puasa. Kue ini terdiri dari dua lapisan. Lapisan paling bawah merupakan adonan dari tepung kacang hijau dan bagian atas merupakan adonan dari tepung terigu, telur dan gula.

5. Roti Panggang
Roti Panggang
Kue roti panggang berbahan dasar dari tepung beras. Kue yang satu ini memiliki tekstur yang renyah dibagian luar dan halus dibagian dalam. Sehingga, ketika digigit akan langsung pecah dimulut. Kue ini sangat jarang ditemukan beredar dipasaran, namun selalu hadir diacara Khatamul Qur'an dan hari besar lainnya.

6. Putu Mayang
Putu Mayang
(Sumber: Eresep.com)
Ayo, siapa yang tidak kenal kue yang satu ini. Memiliki bentuk yang seperti mie dan tekstur yang sedikit kenyal. Diatasnya ada tambahan parutan kelapa yang membuat rasanya manis dan gurih.

7. Trisalak
Trisalak
(Sumber: Wolipop.detik.com)
Kue trisalak hampir mirip dengan kue madu kandis. Cuma yang membedakannya adalah pada lapisan bagian bawah. Pada lapisan dasar kue trisalak menggunakan beras ketan yang sebelumnya telah dimasak terlebih dahulu.


8. Kacemate
Kacemate
Kue yang satu ini memiliki bahan dasar dari singkong dan buah pisang. Sebelumnya singkong terlebih dahulu dihaluskan baru kemudian diisi dengan buah pisang. Tidak lupa adanya parutan kelapa yang membuat kue ini semakin nikmat. Tapi sayang, kue yang satu ini agak sedikit sulit untuk ditemukan.


9. Kelepon
Kelepon
Kue dengan bentuk yang bulat ini tentunya tidak asing lagi bagi kita. Bahkan dari Sabang hingga Merauke mengenalnya. Gula kelapa yang manis dan gurihnya parutan kelapa membuat makanan yang satu ini sangat nikmat.

10. Batang Burok
Batang Burok
Kue batang burok sebenarnya sama dengan kue dadar gulung. Didalamnya terdapat isi berupa parutan kelapa yang telah diolah bersama gula merah. Yang membedakannya hanya dari segi bentuk. Kue batang burok memiliki ukuran yang lebih panjang.


11. Blodar
Blodar
(Sumber: Cookpad.com)
Kue blodar memiliki bentuk yang hampir sama dengan kue bolu. Namun pada kue blodar tidak menggunakan telur sehingga teksturnya terasa lebih sedikit kasar.

12. Sempret
Sempret
(Sumber: Tokopedia.com)
Kue sempret biasanya selalu hadir dalam acara Khatamul Qur'an dan pernikahan. Rasanya yang manis dan tekstur yang terasa berpasir membuat kue yang satu ini sangat cocok ditemani secangkir kopi.

13. Korket
Korket
(Sumber: Kedaimaminblog.wordpress.com)
Jika dari Tadi penulis selalu membahas kue yang manis, maka kali ini adalah kue yang bercita rasa asin. Pada umumnya kue korket memiliki isi dari ubi atau singkong. Namun tidak sedikit pula banyak yang menginovasinya dengan isi kentang dan yang lainnya.

14. Pengkang
Pengkang
(Sumber: Pontianak.tribunnews.com)
Kue yang satu ini juga memiliki citarasa yang asin. Pengkang yang berbahan dasar beras ketan ini dibungkus menggunakan daun pisang dan dijepit menggunakan bambu, baru kemudian dibakar diatas perapian. Didalam pengkang ini sebelumnya juga diisi dengan udang ebi. Pengkang ini akan semakin nikmat jika dicocol dengan sambal kepah.

15. Tapai Menaon
Tapai Menaon
(Sumber: Inforesepmasakansederhana.com)
Tapai menaon terbuat dari beras ketan hitam dengan cara difermentasi. Tapai menaon memiliki sedikit kuah dan citarasa yang manis.

16. Gule Gentar
Gule Gentar
Kue gule gentar berbahan dasar dari kelapa dan gula. Kue ini memiliki citarasa yang sangat manis. Oleh karena itulah sangat cocok jika mencicipnya dengan segelas kopi yang pahit.

17. Doko'-Doko'
Doko'-Doko'
Kue yang berbungkus daun pisang ini berbahan dasar dari tepung beras ketan. Didalamnya terdapat isi dari parutan kelapa yang telah diolah bersama gula merah.

18. Apam Made'
Apam Made'
(Sumber: Youtube)
Kue apam made ini terbuat dari tepung terigu dan memiliki tekstur yang berongga. Rasanya yang manis dan gurih membuat kue ini terasa nikmat. Untuk menemukannya pun tidak susah. Karena banyak beredar dipasar tradisional Kota Pontianak.

19. Gamat
Gamat
Ini dia si hitam manis. Meskipun hitam tetapi banyak orang yang suka. Kue gamat ini terbuat dari beras ketan hitam dan kadang juga dicampur kelapa dalam adonannya. Diluarnya berbalut lelehan gula pasir yang membuat citarasa kue ini manis.

20. Kembang Goyang
Kembang Goyang
(Sumber: Youtube.com)
Kue ini memiliki bentuk seperti bunga, karena itulah dinamakan kembang goyang. Kue ini memiliki rasa yang manis dan sangat renyah ketika digigit. Jadi sangat cocok untuk dinikmati ketika bersantai.

21. Nagesari
Nagesari
(Sumber: Kreasizhafif.blogspot.co.id)
Kota Pontianak dan sekitarnya sangat mudah untuk menemukan buah pisang. Oleh karena itulah, beberapa kue dari Kota Khatulistiwa ini tidak terlepas dari buah pisang. Sebut saja nagesari. Kue yang berbahan dasar dari tepung beras dan pisang ini memiliki citarasa yang manis.

22. Geto'
Geto'
(Sumber: Resepharian.com)
Kue yang berbahan dasar ubi ini juga banyak dijumpai didaerah lain. Kue getok ini memiliki rasa yang manis dan gurih dari parutan kelapa.

23. Cengkarok
Cengkarok
Kue cengkarok memiliki rasa yang manis dengan tekstur yang berpasir.

24. Tumpor
Tumpor
Kue tempor berbahan dasar dari tepung beras. Diatasnya dilumuri saos kacang yang telah dicampur dengan berbagai rempah pilihan. Tidak ketinggalan juga udang ebi dan daun seledri yang membuat kue ini semakin nikmat.

25. Chai Kwe


Chai Kwe
(Sumber: Cookpad.com)
Chai kwe merupakan salah satu kuliner Tionghoa yang menjadi  makanan khas Kota Pontianak. Kulit dari makanan ini terbuat dari tepung beras dan maizena yang membuat teksturnya sedikit kenyal. Untuk isi dalamnya bervariasi. Ada yang bengkuang, ayam, daging, udang, dan yang lainnya. Chai kwe sendiri terdiri dari tiga jenis, yaitu yang dikukus, digoreng atau yang dibakar. Selain itu, diatasnya juga ditaburi bawang goreng.

26. Lempok Durian
Lempok Durian
Seperti namanya, kue yang satu ini berbahan dasar dari buah durian. Lempok durian ini memiliki tekstur yang mirip dodol pada umumnya. Rasanya yang manis dengan ciri khas buah durian membuat kue yang satu ini benar-benar terasa nikmat.

27. Wajik
Wajik

Kue wajik berbahan dasar dari beras ketan dan gula merah sebagai pemanisnya. Kue ini benar-benar memiliki rasa yang legit.

28. Apam Kusoi
Apam Kusoi
Siapa yang tidak kenal kue yang satu ini. Kue yang berbahan dari tepung beras ini terdiri dari dua jenis, yaitu yang menggunakan gula merah dan yang menggunakan gula pasir. Apam ini diproses dengan cara dikukus. Apam kusoi ini memiliki topping berupa parutan kelapa yang membuatnya terasa gurih.

29. Pisang Goreng Srikaye
Pisang Goreng Srikaye
(Sumber: Cumibunting.com)
Pisang goreng sangat mudah untuk kita jumpai di Indonesia. Namun pisang goreng di Kota Pontianak sedikit berbeda, ada campuran srikaya yang membuat rasanya semakin nikmat.

30. Gelang-Gelang
Gelang-Gelang
Kue ini memiliki bentuk yang sama seperti donat. Namun pada kue gelang-gelang hanya menggunakan gula pasir sebagai balutannya.

Sebenarnya masih banyak lagi kue tradisional Kota Pontianak yang belum disebutkan disini. Kira-kira dari 30 jenis tersebut, mana yang merupakan kue favorit anda?