Thursday, November 23, 2017

Semaraknya Makan Saprahan Akbar di Kota Pontianak

Sumber gambar: POM Kalbar

Makan saprahan merupakan salah satu tradisi masyarakat Melayu yang masih tetap terjaga kelestariannya. Kata saprahan sendiri berasal dari kata 'saprah' yang berarti hampar atau berhampar. Lebih jelasnya, makan saprahan adalah budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan diatas lantai secara bersama. Makan saprahan ini tentunya kaya akan makna kebersamaan dan nilai persaudaraan. Oleh karena itulah, tradisi makan saprahan harus selalu tetap dipertahankan.

Kali ini saya akan berbagi sedikit cerita tentang keikutsertaan dalam acara makan saprahan akbar di Kota Pontianak. Jika biasanya makan saprahan menggunakan makanan berat alias nasi beserta lauknya, untuk kali ini sedikit berbeda yaitu dengan menggunakan konsep makan tambol sepuasnya.

Mungkin bagi sebagian orang masih asing dengan istilah tambol. Tambol berasal dari bahasa Melayu yang berarti kue. Kue yang dimaksud pun adalah kue-kue tradisional, bukannya kue snack yang banyak bergantung diwarung. Menjadikan 'makan tambol sepuasnye' sebagai konsep dalam makan saprahan akbar tentunya tidak terlepas adanya upaya untuk memperkenalkan dan melestarikan kue tradisonal asli Pontianak. Kegiatan budaya seperti ini nih yang mesti diapresiasi tinggi.

Bercerita tentang keikutsertaan saya beserta kawan-kawan dalam makan saprahan akbar tentunya sedikit berbeda dengan yang lainnya. Jika kebanyakan pria yang datang menggunakan kostum telok belanga beserta tanjak, berbeda dengan kami yang hanya menggunakan baju komunitas. Warna-warni pakaian telok belanga dan berbagai macam bentuk tanjak membuat suasana budaya Melayu benar-benar terasa kental dan sangat hidup. Apalagi ditambah wanitanya yang juga memakai baju kurung dan kain songket.

Meskipun kami sedikit berbeda dengan yang lainnya, bukan berarti kami harus minder atau malu. Karena kehadiran kami yang ikut meramaikan kegiatan ini tentunya juga sangat diapresiasi oleh panitia dan lainnya. Semoga saja untuk acara yang berikutnya kami juga bisa menggunakan kostum telok belanga beserta tanjak. 

Sebelum memasuki lokasi makan saprahan, terlebih dahulu kami melakukan registrasi ke panitia. Selain untuk memastikan seberapa banyak peserta yang hadir, registrasi ini juga berkaitan dengan nomor undian doorprize. Mengetahui adanya pembagian dooprize membuat kami semakin semangat untuk mengikuti acara ini, meskipun malam sebelumnya hanya tidur dua jam.

Dalam makan saprahan akbar ini, jumlah peserta yang hadir melebihi target. Jika terget yang ditentukan sebelumnya sebanyak 1.500 peserta, namun yang hadir pada saat itu bisa mencapai 2.500 peserta. Semua ini tentunya tidak terlepas dari semangat dan kerja keras panitia

Setelah melakukan registrasi, kami pun berjalan menuju lokasi makan saprahan. Hamparan kain kuning yang menjadi alas untuk duduk terhampar sangat panjang. Disana juga terdapat panitia yang mempersilahkan kami untuk duduk. Amboi... serasa orang penting pula kami ini. 

Dalam memilih tempat duduk, tentunya ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Yang paling utama bagi saya adalah posisi duduk tidak boleh jauh dari panggung, agar bisa melihat dengan jelas setiap prosesi acara yang dilaksanakan.

Masyarakat yang terlihat antusias (Sumber gambar: POM Kalbar)

Masyarakat yang terlihat antusias  (sumber gambar: POM Kalbar)

Adanya acara makan saprahan ini tentunya diharapkan bisa membuat tali persaudaraan menjadi erat. Dari makan saprahan inilah kita bisa saling mengenal saudara kita yang berasal dari daerah lain. Seperti hal yang kami alami. Dari sini kami bisa mengenal saudara kami yang berasal dari Kubu Raya. Komunikasi pun terjalin hingga kami saling bertanya.

Saya hampir lupa menceritakan sosok penyelenggara kegiatan makan saprahan akbar kali ini. Adanya kegiatan budaya ini dipelopori oleh Persatuan Mahasiswa Melayu (PMM) dan Persatuan Orang Melayu (POM). Meskipun setiap tahunnya di Kota Pontianak selalu diadakan makan saprahan, namun kali ini merupakan puncak makan saprahan dengan peserta terbanyak. Bagaimana, mantapkan?
Kedatangan Walikota Pontianak (Sumber gambar: POM Kalbar)

Tidak lama berselang kami duduk, suara hadrah yang diiringi sholawat terdengar menggema. Menandakan datangnya seorang tamu kehormatan. Dalam makan saprahan akbar ini juga dihadiri oleh Wakil Walikota Pontianak, Bapak Edi Rusdi Kamtono.
Prosesi tepung tawar (sumber gambar: POM Kalbar)



Kata sambutan ketua Persatuan Mahasiswa Melayu (sumber gambar: POM Kalbar)

Acara makan saprahan akbar di buka oleh Bapak Edi Rusdi Kamtono dengan prosesi tepung tawar dan menaburkan beras kuning sekaligus. Tidak hanya Wakil Walikota Pontianak saja yang menyampaikan kata sambutan, Ketua Persatuan Orang Melayu (POM) dan ketua Persatuan Mahasiswa Melayu (PMM) juga berkesampatan dalam memberikan kata sambutan.

Menikmati berbagai sajian tambol

Puncak dari acara ini adalah makan tambol yang terlebih dahulu membaca do'a tolak bala bersama. Berbagai macam jenis kue tradisional Pontianak pun hadir didalam piring. Mulai dari kelepon, doko'-doko', lepat ubi, apam made', apam kusoi, geto' dan lain-lainya.

Atraksi silat Melayu (sumber gambar: POM Kalbar)

Kegiatan makan saprahan akbar juga dimeriahkan dengan penampilan kesenian Melayu lainnya seperti tundang (pantun berdendang), silat dan tarian Melayu. Dan tidak kalah menariknya adalah pembagian doorprize diakhir acara.

Harapan kedepannya, semoga acara budaya seperti ini bisa selalu diagendakan setiap tahunnya. Selain sebagai ajang silaturrahmi, makan saprahan akbar ini juga merupakan ajang melestarikan dan memperkenalkan budaya Melayu kepada khalayak ramai. Mulai dari kesenian, pakaian adat hingga ragam kulinernya.




Wednesday, November 22, 2017

Bolu Ikan Udang Spesial Buatan Emak

Tags

Siapa yang setuju jika makanan buatan emak adalah nomor satu di dunia? Tidak hanya enak, dari setiap masakan emak juga mengandung do'a dan harapan agar setiap makanan yang disajikan bisa memberi keberkahan bagi kehidupan keluarganya. Tidak terkecuali kepada anaknya, yang setiap hari membutuhkan asupan gizi untuk masa pertumbuhan.

Karena kasih tulus dari masakan emak pulalah, makanan yang sangat sederhana akan terasa lebih nikmat. Walaupun hanya sekedar berlaukkan ikan asin atau berkuekan lempeng ubi. Kasih sayang dan makanan buatan Emak lah yang akan membuat kita rindu untuk segera pulang ketika berada di tempat orang lain.

Emak adalah pahlawan. Itulah sebuah kalimat yang sering kita dengar. Seorang emak bisa merangkap semua pekerjaan, mulai dari mencari nafkah hingga mengurus rumah tangga. Dan seorang Emak juga mampu merawat sepuluh orang anaknya, sedangkan sepuluh orang anak belum tentu bisa merawat seorang Emaknya.

Semua yang diinginkan oleh anaknya akan dia penuhi. Selama hal tersebut masih bisa dilakukan dan diusahan. Salah satunya adalah ketika anda menginginkan makanan tertentu. Dengan tanggap emak akan segera mencari atau membuatkannya untuk anda.

Seperti halnya yang terjadi kepada saya. Saat itu tanpa sengaja saya melihat loyang kue bolu yang bergantung didapur. Loyang yang berbentuk ikan dan udang ini sudah dipenuhi oleh debu yang menunjukkan kalau loyang ini sudah lama tidak digunakan

Melihat loyang tersebut, saya langsung nostalgia ke masa kecil saya. Dimana saat itu, emak kadang membuatkan bolu ikan udang tersebut untuk saya. Bolu ikan udang ini sejatinya bukanlah berbahan dari udang atau ikan, melainkan sama seperti bolu kering yang lainnya. Hanya saja bentuknya yang berbeda pada kue bolu umumnya.

Bentuknya yang sangat unik tentunya sangat disukai oleh anak-anak ketika zaman saya saat itu. Dulu, bolu yang berbentuk ikan udang ini juga sering dijajakkan di warung-warung dengan harga Rp. 500. Namun sekarang, bolu tersebut sudah sangat susah ditemukan alias langka.

Saya pun mengutarakan kepada emak, kalau saya ingin dibuatkan bolu ikan udang menggunakan loyang yang ada didinding tersebut. Tanpa banyak tanya emak langsung mengiyakan akan segera membuatnya.

Ketika sore hari, bolu ikan udang tersebut sudah tersaji diatas meja dapur. Saya sempat terharu, merenungkan bagaimana ketanggapan emak dalam memeneuhi keinginan anaknya. Sedangkan saya sendiri saja, biasanya disuruh emak banyak alasan ini dan itunya.

Saya pun mengambil bolu berbentuk udang galah yang merupakan favorit saya. Sebuah udang yang sering saya pancing ketika parit dan sungai masih belum tercemar. Hobi saya ketika kecil yang senang memancing udang galah mungkin merupakan salah satu faktor kenapa saya lebih menyukai bolu yang berbentu udang galah, meskipun pada dasarnya rasa bolu tersebut tetap sama.

Bolu yang dibuat emak memang sangat nikmat. Apalagi jika disantap dengan secangkir kopi pahit racikan sendiri. Pokoknya tidak ada tandingannya. Kenikmatan bolu ikan udang tersebut akan semakin terasa nikmat ketika dimakan bersama keluarga besar.

Bertandang Ke Punggur Kecil, Desa Penghasil Buah Langsat di Kalbar



Menghadiri sebuah undangan bagi  saya adalah hal yang harus dipenuhi. Terkecuali jika ada kegiatan penting lainnya atau kondisi tubuh yang tidak sehat sehingga menjadi faktor tidak bisa hadir.

Seperti halnya cerita perjalanan saya dalam menghadiri sebuah acara pernikahan di Desa Punggur Kecil, tepatnya di Parit Alang Umar. Meskipun daerah tersebut cukup jauh dari Kota Pontianak dan belum pernah sama sekali saya datangi, bukan berarti menjadi alasan yang tepat untuk tidak hadir. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui lokasi suatu tempat yang belum kita ketahui. Salah satunya adalah menggunakan aplikasi google map.

Sebelum berangkat,  saya terlebih dahulu mencari informasi mengenai lokasi Parit Alang Umar melalui aplikasi google map. Namun pencarian alamat tersebut tidak terdeteksi alias tidak ditemukan. Kemudian saya menggunakan kata kunci "Desa Punggur Kecil" yang merupakan nama desanya dari Parit Alang Umar. Hasil dari pencarian tersebut ternyata berhasil dan terlihat lokasi Desa Punggur Kecil.

Meskipun lokasi undangan secara spesifik belum diketahui, tapi setidaknya kami sudah aman karena telah mengetahui lokasi desanya. Selebihnya kami bisa bertanya dengan masyarakat disana. Selain itu, kami juga sudah tahu ada dua jalur yang bisa dilalui untuk sampai di sana yaitu melalui Jalan Kakap dan Jalan Sui Raya Dalam.

Dari kedua jalan tersebut, kami menjatuhkan pilihan untuk melalui jalan Sui Raya Dalam. Hal ini dikarenakan jalan tersebut memiliki jarak tempuh yang lebih cepat di bandingkan melalui Jalan Kakap.

Kondisi jalan ketika memasuki Jalan Sui Raya Dalam lumayan cukup mulus dan lancar, meskipun kadang sedikit macet dikarenakan bertepatan dengan jam pulang kerja. Namun ketika semakin masuk lebih jauh, kondisi jalan mulai mengecil dan banyaknya pembangunan jalan yang sedikit menghambat laju kendaraan kami. Tidak hanya itu, udara dengan debu juga memenuhi sepanjang area proyek pembangunan jalan.

Sesampainya di ujung persimpangan jalan Sui Raya Dalam, kami sempat mampir di sebuah warung. Disinilah kami memiliki kesampatan untuk bertanya lokasi Parit Alang Umar. Namun  tidak ada satu orang pun yang mengetahui tempat tersebut. Dalam benak saya bertanya-tanya, apakah lokasinya yang masih jauh atau orang yang kami tanyai bukan merupakan penduduk setempat.

Tidak hanya lebar jalan yang semakin berkurang ketika kami sampai disini, tetapi juga kekuatan sinyal seluler yang berkurang bahkan hilang. Berpatokan dengan google map yang telah dibuka sebelumnya, kami tetap melanjutkan perjalanan kami. Hingga tiba disebuah persimpangan tiga dengan penduduk yang ramai. Disini kami bertanya dengan seorang kakek yang sepertinya baru pulang dari bertani. Dengan sangat senang kakek tersebut menjelaskan secara rinci hingga tangannya pun ikut memperagakan. Terimakasih Kek atas kesempatan waktunya untuk kami. :)

Mengikuti petunjuk yang dijelaskan oleh kakek, akhirnya kami sampai disebuah jembatan yang disampingnya ada sebuah plang bertuliskan "P. ALANG UMAR". Disamping jembatan tersebut juga tertancap janur kuning melengkung yang menandakan adanya pesta pernikahan ditempat ini. Tidak salah lagi, inilah tempat yang kami cari-cari.

Ketika memasuki  Jalan Parit Alang Umar, kesan pertama yang saya dapatkan adalah tempat ini mirip dengan kampung halaman saya yang berada di Segedong. Mulai dari adanya parit yang selalu berdampingan dengan jalan hingga jenis tanaman perkebunan yang dibudidayakan.

Suasana Parit Alang Umar benar-benar sangat hijau dan teduh. Disepanjang kiri kanan perjalanan banyak terdapat tanaman perkebunan yang lebat dan rapat. Pohon langsat yang rindang dan pohon durian yang menjulang tinggi menjadi ciri khas dari tempat ini. Tapi sayang, waktu kedatangan kami disini tidak bertepatan dengan musim buahnya.

Kekaguman kami atas kesuburan dan hijaunya Parit Alang Umar harus kami akui. Hingga tidak terasa jika kami sudah sampai di tempat resepsi pernikahan. Rasanya ingin terus menyusuri Parit Alang Umar hingga keujung. Kami pun memarkirkan motor dan langsung naik ke menuju ke acara resepsi pernikahan tersebut.

Sambil menikmati hidangan, mata kami juga melihat sekitar lokasi resepsi pernikahan yang banyak dikelilingi pohon langsat. Tidak jauh dari tempat ini juga terdapat pohon durian yang menjulang tinggi dengan akar yang besar dan kokoh. Bukan hanya teman saya yang bertanya, saya juga sempat berpikir apakah buah durian ketika jatuh tidak meneganai atap rumah? lepas dari hal tersebut, memiliki pohon durian dekat rumah akan memudahkan si pemilik untuk memungutnya ketika buah durian jatuh.

Keberadaan kami di Parit Alang Umar tidak terlalu lama. Karena hari yang sudah sore, kami langsung memutuskan untuk segera pulang dan bersalaman dengan pasangan pengantin. Disaat bersalaman, terucap kata ucapan terimakasih dari mempelai pengantin atas kedatangan kami yang rela hadir walaupun jauh. Bagi kami menghadiri sebuah undangan merupakan keharusan apalagi banyak hal baru yang bisa kami peroleh dengan berkunjung disini.

Jika disaat pergi kami melalui Jalan Sui raya Dalam, maka pulangnya kami melalui Jalan Sui Kakap. Hal ini dikarenakan salah satu teman saya akan mampir sejenak kerumah kakaknya yang berada di Pal Sembilan.

Tidak jauh dari Parit Alang Umar, kami menemui sebuah tugu langsat yang merupakan ikon dari daerah Punggur Kecil. Hal yang harus diketahui, buah langsat merupakan salah satu primadona perkebunan dari Desa Punggur Kecil. Jangan heran, jika tempat yang saya kunjungi tadi terdapat banyak perkebunan buah langsat.

Salah satu pemasok buah langsat terbesar di Kota Pontianak berasal dari Desa Punggur Kecil. Oleh karena itulah, rata-rata penjual langsat di pinggiran jalan memanggil langsatnya dengan sebutan 'langsat punggur'. Buah langsat asal Desa Punggur Kecil lebih dikenal dengan rasanya yang manis dan tidak kecut. Karena itulah, langsat asal Punggur lebih diminati dibandingkan dengan langsat asal daerah lain. Langsat Punggur pun tidak hanya dipasarkan di Kalbar Saja, tetapi juga kedaerah luar seperti Jakarta dan Malaysia

Setelah mengambil beberapa gambar di tugu langsat, kami pun melanjutkan kembali perjalanan kami ke Pal Sembilan. Baru setelah itu kami pulang kerumah.

Friday, November 17, 2017

10 Makanan Kabupaten Mempawah yang Enak dan Legendaris

Berbicara tentang kuliner khas Mempawah tentunya tidak akan berbeda jauh dengan kuliner khas Kota Pontianak. Maklum saja, hal ini dikarenakan kedua daerah tersebut masih berada di dalam satu pulau. Apalagi Kabupaten Mempawah juga berbatasan langsung dengan Kota Pontianak.

Tidak hanya dalam hal kuliner saja yang memiliki kesamaan, dalam segi dialek bahasa yang digunakan pun sama. Yang membedakannya hanyalah letak geografis dan nama daerah tersebut saja.

Berikut ini merupakan makanan khas Kabupaten Mempawah harus anda cobai.

1. Pengkang

Sumber gambar: Pontianak.tribunnews.com
Pengkang adalah makanan yang berbahan dasar dari pulut atau beras ketan. Didalam pulut tersebut akan diisi dengan udang ebi. Untuk membungkusnya digunakan daun pisang yang sebelumnya telah dibuat membentuk kerucut.

Setelah pembungkusan tersebut selesai, barulah pengkang tersebut  dijepit menggunakan bambu dan dibakar diatas bara perapian. Dari hasil pembakaran tersebutlah, membuat pengkang terasa harum.

Untuk melengkapi sajian pengkang tersebut tidak lupa pula dilengkapi dengan sambal. Biasanya, pengkang ini disajikan dengan sambal kepah yang membuat rasa pengkang semakin nikmat.

Jika anda ingin mencobanya, saya rekomendasikan untuk datang di rumah makan Pondok Pengkang yang berada di Jalan Peniti Luar. Sebagai info, rumah makan Pondok Pengakang pada tahun 2016 pernah memecahkan rekor sebagai pengkang terbesar dengan ukuran yang mencapai 7 meter dan menghabiskan beras ketan sebanyak 400 Kg.

2. Patlau

Masih dengan bahan dasar yang sama, patlau juga menngunakan beras ketan sebagai bahan dalam pembuatannya dan daun pisang untuk membungkusnya. Berbeda dengan pengkang, bentuk dari patlau ini adalah segitiga panjang dan proses pengolahannya pun dengan cara direbus.
Patlau semakin nikmat jika dimakan bersama sambal udang, opor ayam dan rendang. Makanan patlau biasanya hanya hadir ketika hari raya atau pun diacara pesta pernikahan.

3. Ikan Asam Pedas
Sumber gambar: Selera.com

Merupakan daerah pesisir, Mempawah tentunya kaya akan hasil tangkapan lautnya. Tidak terkecuali ikan. Dari tangan handal juru masaklah, berbagai macam jenis ikan diolah menjadi makanan yang lezat di lidah.
Salah satu olahan ikan di Kabupaten Mempawah adalah menjadi masakan ikan asam pedas. Mendengar dari namanya saja sudah membuat perut terasa lapar, iya kan? Ikan yang digunakan bisanya adalah ikan kakap, ikan bawal dan ikan merah yang kemudian diolah bersama bumbu-bumbu tradisional.

Untuk menikmatinya, anda bisa saja langsung datang ke Rumah Makan Pak Wahab yang berada di desa Kuala. Ikan yang digunakan tentunya sangat segar karena lokasinya yang berada di Kuala Mempawah (lokasi nelayan Mempawah).

4. Pacri Nanas 

Sumber gambar: Pontianak.tribunnews.com

Pacri nanas adalah sebuah makanan yang memiliki bahan dasar dari buah nanas. Jika biasanya buah nanas sering dijadikan rujak, namun kali ini buah nanas dijadakan sebagai lauk untuk menemani nasi.


Buah nanas yang sudah dipotong-potong akan dimasak bersama santan, cabe dan berbagai macam jenis bumbu yang membuat aroma pacri nanas tersebut semakin menggoda. Segarnya buah nanas dan gurihnya racikan bumbu membuat makanan yang satu ini terasa istimewa.

Lauk pacri nanas biasanya selalu hadir disaat acara pernikahan ataupun agenda makan saprahan. Sekarang ini pun, mulai banyak rumah makan yang menyediakan pacri nanas sebagai salah satu menunya.

5. Lemang

Sumber gambar: Resep82.blogspot.com

Lemang merupakan makanan yang berbahan dasar dari beras ketan. Lemang memiliki keunikan tersendiri yaitu dimasak dengan menggunakan wadah dari bambu. Bambu yang digunakan pun bukanlah sembarang bambu. Melainkan bambu dengan ruas yang panjang dan tidak tebal. Sebelumnya bagian dalam bambu tersebut dibersihkan terlebih dahulu baru kemudian dimasukkan daun pisang dengan cara digulung.

Setelah wadah telah siap, barulah beras ketan bersama santan dan bumbu penyedap dimasukkan kedalam bambu tersebut. Hal terakhir yang dilakukan adalah memanggang lemang tersebut diatas perapian. Kadang, lemang tersebut juga dicampur dengan kacang merah.

Tanpa lauk pun, rasa lemang sudah nikmat dilidah. Hal ini dikarenakan adanya campuran santan yang membuat lemang terasa gurih. Namun akan semakin nikmat jika lemang tersebut dimakan bersama sambal udang atau pun sambal kepah.

Kehadiran lemang ini akan mudah kita jumpai ketika memasuki bulan Ramadhan dan hari raya.

6. Bontong

Sumber gambar: @aiyie_ningrum

Sama seperti lemang, bontong juga berbahan dasar dari beras ketan. Bentuknya pun hampir sama yaitu bulat memanjang.


Meskipun memiliki bentuk yang sama, namun ukuran bontong umumnya lebih kecil dari pada lemang. Cara memasaknya pun juga berbeda. Jika lemang yang tadinya dimasak dengan cara dipanggang diatas perapian, maka bontong dimasak dengan cara direbus.

Rasa bontong akan terasa lengkap jika dinikmati dengan masakan opor ayam, sambal udang ataupun sambal kepah. Makanan bontong ini biasanya hanya ada ketika hari raya idul fitri dan idul adha serta disaat Robo'-robo'.

7. Olahan Burung Punai
 
Sumber gambar: Iyakan.com

Burung punai banyak dijumpai di daerah Kabupaten Mempawah. Burung yang mirip dengan merpati ini memiliki paruh berwarna merah dan bulu yang berwarna hijau.

Salah satu tempat yang banyak menjual burung punai untuk diolah berada di Jalan Raya Peniti Luar. Tidak heran jika diruamah makan Pondok Pengkang menjadikan olahan burung punai sebagai salah satu menu ditempatnya.

Burung merpati biasanya diolah dengan cara digoreng ataupun dibakar. Tekstur dagingnya yang lembut dan sedikit manis serta gurih membuat anda akan ketagihan.

Bagaimana? Tertarik untuk mencobanya?

8. Sambal Kepah 

Sumber gambar: Tripadvisor.com

Kerena letak daerah Kabupaten Mempawah yang berada di pesisir, membuat keberadaan kepah ini sangat mudah untuk dijumpai. Apalagi jika anda melalui Jalan Raya Peniti Luar, disana banyak terdapat kios-kios yang menjajakkan kepah untuk diolah.

Kepah sendiri termasuk sejenis kerang. Oleh karena itu, kepah akan lebih cocok diolah menjadi sambal. Rasanya yang pedas, gurih dan manis membuat sambal kepah ini sangat cocok dinikmati dengan sepiring nasi panas.

Sambal kepah juga sering disajikan dengan makanan pengkang, patlau, bontong dan juga lemang. Di Kabupaten Mempawah, banyak rumah makan yang menyajikan sambal kepah sebagai salah satu menu andalannya.

9. Mi Sagu

Sumber gambar: Pontianak.tribunnews.com
Jika biasanya dalam pembuatan mi menggunakan tepung gandum, maka mi yang satu ini memiliki bahan dasar dari tepung sagu. Memiliki bentuk gepeng yang memanjang dan tekstur yang kenyal membuat mi sagu sangat berbeda dengan mi yang lainnya.

Jika didaerah lain umumnya mengolah mi sagu dalam bentu kering, maka mi sagu yang satu ini justru diolah dengan menambahkan kuah kaldu yang membuat rasanya semakin nikmat.

Dalam pengolahannya, mi sagu juga ditambahkan sayur seperti toge  dan berbagai bumbu yang lainnya.

10. Botok 

Sumber gambar: Pontianakpost.co.id

Makanan yang satu ini merupakan makanan tradisional yang banyak dijumpai di pesisir Kalbar, tidak terkecuali di Kabupaten Mempawah.

Hal yang unik dari makanan ini adalah karena menggunakan daun mengkudu yang terkenal akan khasiatnya bagi kesehatan. Selain daun mengkudu, bahan-bahan yang digunakan sebagai isi botok ini adalah ikan dan parutan kelapa yang telah disangrai serta dihaluskan.

Botok ini dimasak bersama santan dan bermacam-macam rempah. Dalam penyajiannya, botok juga disajikan bersama kuah rebusannya.

Selain memiliki makanan dengan cita rasa yang asin, Kabupaten Mempawah juga banyak memiliki makanan dengan cita rasa yang manis.

Thursday, November 16, 2017

Kerajaan Bangkule Rajakng

Sumber gambar: Beritadaerah.co.id

Sebelum terkenalnya Kerajaan Mempawah yang berlandaskan agama Islam, telah ada sebelumnya sebuah Kerajaan Dayak yang sangat terkenal di Pulau Kalimantan. Oleh karena itulah, keberadaan kerajaan-kerajaan yang berada di Kalimantan Barat umumnya tidak terlepas dari cerita penduduk aslinya, yaitu Suku Dayak.

Nama kerajaan yang sangat terkenal dan berjaya pada saat itu adalah Kerajaan Bangkule Rajakng. Kerajaan Bangkule Rajakng ini dipimpin oleh Patih Gumantar, yang terkenal sangat gagah dan pemberani. Dibawah pemerintahannya, pusat Kerajaan Bangkule Rajakng berada di Sidiniang. Oleh sebab itu, kerajaan ini disebut juga sebagai Kerajaan Sidiniang.

Patih Gumantar memiliki seorang istri yang bernama Dara Irang, dua orang putra yang bernama Patih Nyabakng dan Patih Janakng, serta seorang putri yang bernama Dara Itam.

Kepopuleran Kerajaan Bangkule Rajakng tersebar hingga keberbagai daerah di Pulau Kalimantan. Karena kejayaan dan kemakmuran tersebutlah membuat daerah-daerah lain iri dan menjadi sumber malapetaka bagi Kerajaan bangkule Rajakng.

Hingga tibalah serangan mendadak ke Kerajaan Bangkule Rajakng yang dilakukan oleh Kerajaan Suku Biaju (Bidayuh). Meskipun Patih Gumantar terkenal sangat hebat dan pemberani, namun dengan serangan yang sangat mendadak tersebut membuat ia kalah. Kepala Patih Gumantar putus akibat dikayau oleh Orang Bidayuh.

Peristiwa tersebut terkenal dengan sebutan perang kayau (memenggal kepala manusia). Orang yang berhasil mengayau kepala musuh dipercaya bisa menambah kesaktian dan akan disegani. Apalagi kepala yang dikayau adalah kepala orang yang berpangkat atau memiliki kedudukan.

Terbunuhnya Patih Gumantar didalam penyerangan tersebut, membuat Kerajaan Bangkule Rajakng mengalami kehancuran. Beberapa abad kemudian sekitar tahun 1610 M, tumbuh lagi sebuah kerajaan dengan pusat pemerintahan berada di Pekana yang sekarang dikenal dengan Karangan (Terletak di Mempawah Hulu). Pada saat tersebut kekuasaan dipimpin oleh Raja Kudong atau Panembahan Tidak Berpusat. Menurut sejarah, Panembahan Kudong inilah merupakan raja pertama dari Kerajaan Mempawah.

Setelah Raja Kudong wafat, kekuasaan selanjutnya digantikan oleh Panembahan Senggaok yang merupakan keturunan dari Patih Gumantar. Pusat pemerintahan kembali dipindahkan dari daerah Pekana ke daerah Senggaok yang berada dihulu Sungai Mempawah. 

Panembahan Senggaok memiliki seorang istri yang bernama Putri Cermin. Putri Cermin sendiri sejatinya bukanlah asli penduduk setempat, melain merupakan anak Raja Qahar dari Indragiri, Sumatera.

Ketika Putri Cermin sedang mengandung, telah diramalkan oleh seorang nujum bahwa jika anak yang dilahirkan adalah perempuan, maka kekuasaan akan berpindah tangan ke suku lain. Ketika tiba waktu melahirkan, maka lahirlah seorang bayi perempuan dan diberi nama Mas Indrawati

Ketika dewasa, Mas Indrawati menikah dengan Sultan Muhammad Zainuddin dari Kerajaan Matan. Seminggu setelah pernikahan, maka Sultan Muhammad Zainuddin kembali ke Kerajaan Matan dengan membawa Mas Indrawati yang telah dia nikahi. Dari sinilah mulai terjalinnya hubungan kekeluargaan antara Kerajaan Mempawah dan Kerajaan Matan.

Dari pernikahan Mas Indrawati dan Sultan Muhammad Zainuddin, lahirlah seorang putri yang bernama Putri Kesumba. Putri Kesumba bertemu jodoh dengan Opu Daeng Menambon yang merupakan seorang pengembara dari tanah Bugis. Sepeninggalnya Panembahan Senggaok, Kerajaan Mempawah dipimpin oleh Opu Daeng Menambon. Saat itulah sistem kerajaan yang semulanya bercorak hindu beralih ke sistem syariat Islam.


Catatan ini bersumber dari buku Sejarah Mempawah Tempo Doeloe, karya Elyas Suryani Soren.

Tradisi Robo-Robo di Kabupaten Mempawah


Sumber gambar: Mempawahtourism.com

Robo-robo atau sering disebut Robo'-robo' adalah sebuah tradisi yang selalu dinantikan oleh masyarakat Mempawah dan sekitarnya. Tradisi yang sangat kental akan adat dan budaya ini merupakan sebuah prosesi napak tilas atas kedatangan Opu Daeng Menambon di Kerajaan Mempawah.

Bagi sebagian daerah diwilayah Indonesia, bulan Safar dipercaya sebagai bulan yang kurang baik. Pada bulan ini Sang Pencipta menurunkan berbagai malapetaka, yang sebagian orang melakukan ritual khusus untuk menghindarinya.

Berbeda dengan masyarakat Mempawah yang meyakini bahwa Bulan Safar adalah bulan yang penuh keberkahan dan tentu saja selalu dinanti-nantikan. Pada bulan Safar ini telah terjadi peristiwa yang sangat besar dan penting sehingga selalu diperingati dengan acara Robo-Robo.

Tidak hanya di Kota Mempawah saja yang memperingatinya, di daerah lain seperti Segedong, Sungai Kakap dan yang lainnya juga memperingati hari tersebut.

Sejarah Budaya Robo-Robo
Adanya budaya Robo-Robo tidak terlepas dari kedatangan Opu Daeng Menambon bersama istrinya di Kerajaan Mempawah. Kedatangan Beliau dari Kerajaan Matan ke Kerajaan Mempawah adalah bermaksud untuk menerima kekuasaan dari Panembahan Ratu Putri Cermin.

Opu Daeng Menambon sendiri sejatinya bukanlah penduduk asli Kalimantan, melainkan beliau adalah Orang Bugis yang berasal dari Pulau Sulawesi. Bersama dengan keempat saudaranya dan ayahnya, Opu Daeng Menambon melakukan pengembaraan ke Semenanjung Melayu dan Pulau Kalimantan. Hingga suatu saat, Beliau dan keempat saudaranya menolong Sultan Zainuddin yang kekuasaanya direbut oleh adiknya sendiri. Atas keberhasilan mereka, Sultan Zainuddin menjodohkan putrinya yang bernama Putri Kesumba dengan Opu Daeng Menambon. Dari pernikahan tersebut pulalah, Opu Daeng Menambon mendapatkan gelar sebagai Pangeran Mas Surya Negara

Setelah beberapa lama, dilakukanlah perjalanan menuju ke daerah Mempawah. Dalam perjalanan ini dikerahkan sebanyak 40 perahu bidar untuk mengantar Opu Daeng Menambon beserta istrinya. Ketika memasuki kuala Sungai Mempawah, penduduk setempat yang berada ditepi sungai sangat senang hingga mengiringi rombongan Opu Daeng Menambon dengan menggunakan sampan. Melihat hal tersebut, Opu Daeng Menambon merasa sangat terharu lantas membagikan bekal perjalanan kepada penduduk setempat. Disaat itulah, Opu Daeng menambon turun dari atas perahunya dan duduk makan bersama penduduk setempat sekaligus memanjatkan do'a.

Kedatang beliaulah merupakan cikal bakal masuknya agama Islam di daerah Mempawah. Kerajaan yang sebelumnya berlandaskan agama Hindu beralih menjadi agama Islam. Dibawah pimpinan Opu Daeng Menambon pulahlah berbagai etnis yang terdiri dari Dayak, Melayu, Bugis, Cina dan Jawa hidup secara damai.

Pelaksanaan dan Kegiatan Robo-Robo

Robo-robo dilakasanakan pada hari rabu terakhir dibulan Safar penanggalan Hijriah. Pada saat itulah dipercaya merupakan hari kedatangan Opu Daeng Menambon di daerah Mempawah. Nama Robo-robo berasal dari kata "rabu" yang juga merupakan hari dilaksanakannya kegiatan tersebut.


Adapun prosesi dalam tradisi Robo-robo adalah sebagai berikut:

- Pencucian Benda Pusaka

Sumber gambar: Mempawahtourism.com

Tradisi robo-robo diawali dengan membersihkan berbagai barang pusaka milik kerajaan. Salah satunya adalah sepasang meriam yang sangat berharga bagi Istana Amantubillah, Si Gondah dan Raden Mas. Prosesi pembersihan tersebut hanya boleh dilakukan oleh pihak pemangku adat Istana Amantubillah.

- Ziarah Ke Makam Opu Daeng Manambon
 
Sumber gambar: Pontianakpost.co.id


Hal yang tidak kalah penting dalam tradisi Robo-robo adalah berziarah ke makam Opu Daeng Menambon. Makam yang terletak di Sebukit Rama ini dulunya merupakan pusat pemerintahan di bawah kekuasaan Opu Daeng Menambon. Setelah Opu Daeng Menambon wafat, diangkatlah Gusti Jamiril sebagai raja dan saat itulah pusat kerajaan dipindahkan.

Tidak hanya dikenal sebagai pendiri kerajaan Islam di Mempawah, Opu Daeng Menambon juga dikenal sebagai tokoh kebergaman etnis dan agama. Dibawah pimpinan beliaulah, suku Dayak, Melayu, Bugis, Jawa dan Cina hidup berdampingan secara damai.

- Makan Saprahan

Sumber gambar: Equator.co.id

Puncak dari rangkaian kegiatan tradisi Robo-robo adalah pada hari rabu. Pada pagi hari, pihak istana dengan masyarakat akan melakukan makan saprahan di halaman istana. Saprahan adalah makan bersama-sama dengan duduk dilantai. Makan saprahan ini tidak hanya dilakukan disekitar istana saja, tetapi juga diseluruh tempat yang melaksanakannya.

Dengan adanya makan saprahan ini, menunjukkan tidak adanya jarak antara pihak kerajaan dengan masyarakat. Disini mereka duduk bersama-sama dan makanan yang dinikmati pun juga secara bersama-sama.

- Ritual Buang-Buang

Sumber gambar: www.pontianakpost.co.id

Puncak dari kegiatan tradisi Robo-robo adalah ritual buang-buang. Menggunakan kapal kerajaan dan transportasi air yang lainnya, Raja dan kerabat kerajaan yang lainnya akan pergi ke kuala Sungai Mempawah untuk melaksanakan ritual buang-buang tersebut.

Dalam  prosesi ini dimulai dengan mengumandangkan adzan dan pembacaan do'a tolak bala. Kemudian menghanyutkan sesajian di muara Sungai Mempawah. Sesajian tersebut terdiri dari beras kuning, bereteh dan setanggih. Beras kuning dan berteh melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan serta setanggi yang melambangkan keberkahan.

Ritual yang melambangkan kemakmuran, kesejahteraan dan keberkahan tersebut dilakukan sebagai wujud bentuk penghormatan dan pengakuan atas keberadaan sungai dan laut sebagai salah satu sumber penghidupan bagi masyarakat Mempawah.

Setelah selesai melakukan ritual tersebut dan kembali ke daratan, pihak raja akan membagikan makanan kepada masyarakat yang sedang menyambutnya. Makanan yang biasa dibagikan adalah ketupat yang merupakan simbolis dari budaya Indonesia.

Untuk memeriahkan tradisi Robo-robo tersebut, juga diadakan berbagai hiburan tradisional seperti jepin, tundang dan lomba perahu bidar. Tidak lupa juga hadir pasar rakyat yang membuat tradisi Robo-robo semakin meriah.

Tuesday, November 14, 2017

Kisah Lima Bersaudara Dari Tanah Bugis

Sumber gambar: www.gocelebes.com

Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi lautan luas sudah terkenal sejak lama. Tidak heran jika pelaut-pelaut Bugis dikatakan sebagai pelaut yang ulung dalam berlayar. Suku Bugis diakui sebagai ahli laut yang tidak gentar dengan badai dan taufan. Ketika kapal sudah berlabuh dan layarpun sudah dibentang lebar, pantang bagi orang Bugis untuk berputar pulang kedaratan. Menggunakan rasi bintang dilangit, orang Bugis juga bisa tahu dimana arah kapal akan berlayar.

Banyaknya suku Bugis yang berlayar diperairan nusantara, tidak terlepas dari kisah perjalanan lima bersaudara asal tanah Bugis. Lima bersaudara tersebut merupakan anak dari Opu Tendri Borong Daeng Rilekke yang masih memiliki hubungan dengan kerajaan Luwu di Sulawesi Selatan. Opu Daeng Perani adalah anak yang paling tua, kemudian Opu Daeng Menambon, Opu Daeng Marewah, Opu Daeng Cela' dan anak yang bungsu adalah Opu Daeng Kemasi.

Kelima bersaudara tersebut terkenal sebagai pelaut yang pemberani dan bijaksana. Dalam perantauannya, mereka banyak membantu kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami kesulitan atau peperangan. Baik itu merupakan perang saudara atau pun diserang oleh kerajaan lain. Atas kebaikan dan kemurahan hatinyalah, nama mereka terkenal hingga kemana-mana.

Pengembaraaan lima bersaudara dan ayahnya, Opu Tenri Borong Daeng Rilekke pertama kali singgah di Betawi (Jakarta). Persinggahan ini dengan maksud untuk menemui adik kandung ayahnya yang bernama Opu Daeng Biasa yang ketika itu merupakan pemimpin bagi orang-orang Bugis disana.

Pengembaraan kemudian dilanjutkan kembali menuju Negeri Segantang Lada di Pulau Siantan. Disini mereka menemui seorang penguasa Pulau Siantan yang bernama Karaeng Abdul fattah yang juga berasal dari tanah Bugis. Tidak hanya sampai disini, pengembaraan ke lima bersaudara tersebut kemudian dilanjutkan kedaerah-daerah Semenanjung Melayu yang lainnya hingga ke Kemboja.

Setelah mengembara di Kemboja, Opu Tenri Daeng Rilekke berserta kelima anaknya memutuskan untuk kembali ke Pulau Siantan. Disinilah Opu Tenri Daeng Rilekke wafat dan dimakamkan. Setelah ayah dari kelima bersaudara tersebut wafat, semua tanggung jawab dipegang oleh Opu Daeng Perani yang merupakan anak paling tertua diantara yang lainnya. Meskipun ayah mereka telah wafat bukan berarti membuat kelima bersaudara tersebut putus asa untuk melakukan pengembaraan dan menolong kerajaan-kerajaan.

Opu Daeng Perani 

Sumber gambar: www.timothytye.com

Opu Daeng Perani dan keempat saudaranya memiliki peranan yang penting dalam membantu Raja Sulaiman untuk menyelamatkan adiknya, Tengku Kamariah yang dirampas oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah. Selain sebagai pemimpin bagi empat saudara yang lainnya, Opu Daeng Perani juga berhasil mengumpulkan orang-orang Bugis yang berada di Selangor untuk membantu Raja Sulaiman. Atas berkat strategi dari lima bersaudara tersebut, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah berhasil dikalahkan dan melarikan diri.

Sebagai penghargaan atas kemenangan tersebut, Opu Daeng Perani ditunjuk untuk menjadi Yang Dipertuan Muda Oleh Raja Sulaiman. Namun Daeng Perani menolak dan mengusulkan agar yang menjadi Yang Dipertuankan Muda adalah diantara ketiga saudaranya, kecuali Opu Daeng Menambon karena sudah memiliki seorang istri dari Kerajaan Matan. Mendengarkan saran tersebut, Raja Sulaiman memutuskan bahwa Opu Daeng Marewah lah yang menjadi Yang Dipertuan Muda Johor-Riau. Sedangkan Opu Daeng Perani dinikahkan dengan adik Raja Sulaiman yang bernama Tengku Tengah.

Selain membantu Raja Sulaiman, Opu Daeng Perani dan empat saudaranya juga pernah membantu Sultan Muhammad Jiwa Zainal Adilin Mu'adzam Shah II untuk merebut takhta kekuasaan dari adiknya. Opu Daeng Perani memperoleh gelar sebagai Perajurit Agung Sastra Johan Pahlawan. Beliau wafat pada tahun 1723 didalam peperangan dan dimakamkan dikampung Ekor Lubok, Kedah.

Opu Daeng Menambon
 
Sumber gambar: Yunisura.wordpress.com

Sebelum menolong Raja Sulaiman, kelima bersaudara tersebut juga pernah menolong Kerajaan Matan yang sedang terjadi konflik antar saudara. Kekuasaan Kerajaan Matan yang sebelumnya dipegang oleh Sultan Zainuddin harus berpindah secara terpaksa ketangan adiknya sendiri, Pangeran Agung.

Mendapatkan serangan yang mendadak oleh adiknya sendiri tidak membuat Sultan Zainuddin ciut untuk menyerah. Beliau tetap bertahan di dalam masjid yang sudah di kepung oleh pasukan adiknya sendiri. Setelah beberapa lama, kabar akan  kesatria lima bersaudara dari tanah Bugis sampai ditelinga Raja Zainuddin. Tanpa membuang waktu, Sultan Zainuddin pun langsung mengirimi surat kepada lima berasaudara tersebut untuk meminta pertolongan.


Kabar akan datangnya kelima bersaudara tersebut diketahui oleh Pangeran Agung. Hal tersebut membuat Pangeran Agung memerintahkan menantunya, Daeng Matekoh yang juga berasal dari tanah Bugis. Ketika tiba di Kerajaan Matan, Kelima bersaudara tersebut berhasil membawa Raja Zainuddin keluar dari kepungan pasukan Pangeran Agung dan kemudian berangkat ke kerajaan Banjar. Disini Raja Zainuddin menjumpai istri dan anak-anaknya sekaligus menyusun siasat untuk merebut kembali kekuasaan.

Setelah beberapa lama, Raja Zainuddin kembali ke Kerajaan Matan dan ditemani oleh Opu Daeng Menambon dan keempat saudaranya. Maksud dari kepulangan ini tidak lain hanyalah untuk mengambil alih kekuasaan yang telah direbut oleh Pangeran Agung. Mengetahui hal tersebut, Pangeran Agung mengerahkan pasukan Matan, Tuan Haji Hafiz dan Daeng Matekoh untuk menghalau kedatangan Raja Zainuddin.

Berkat kecakapan kelima bersaudara tersebut dalam berbicara dan bersiasat, akhirnya Daeng Matekoh dan pasukan mengalah. Disebutkan juga bahwa Daeng Matekoh masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Opu Daeng Menambon dan empat saudaranya. Setelah kejadian tersebut, Daeng Matekoh kemudian dilarikan ke Siak dengan menggunakan kapal kelima saudara tersebut.

Atas keberhasilannya merebut kerajaan kembali, Raja Zainuddin berniat untuk menikahkan putrinya dengan salah satu diantara kelima bersaudara tersebut. Disinilah, Opu Daeng Menambon memperoleh seorang istri yang bernama Puteri Kesumba dan memperoleh gelar Pangeran Mas Surya Negara. Perayaan pernikahan antara Opu Daeng Menambon dan Puteri Kesumba dilasanakan secara meriah di Kerajaan Matan.

Setelah beberapa lama pernikahan, Opu Daeng Menambon meminta izin kepada Raja Zainuddin dan istrinya untuk mengikuti rombongan saudaranya yang akan menolong Raja Sulaiman. Mendengar permohonan tersebut, Raja Zainuddin memberikan izin dan mengisyaratkan agar segera pulang ketika segala urusan selesai.

Ketika urusan di Semenanjung Melayu selesai, Opu Daeng Menambon memutuskan untuk pulang ke Kerajaan Matan. Sebelum itu, Opu Daeng Menambon juga menyempatkan diri untuk memenuhi undangan dari Sultan Umar Akamuddin I, Kerajaan Sambas. Dikerajaan Sambas inilah, adik bungsu Opu Daeng Menambon menemui jodohnya.

Setelah empat puluh hari berada di Kerajaan Sambas dan meninggalkan Kerajaan Matan kurang lebih 3 tahun, Opu Daeng Menambon melanjutkan perjalanan untuk segera pulang ke Kerajaan Matan. Kedatangan Opu Daeng Menambon di Kerajaan Matan sangat disambut suka cita oleh Raja Zainuddin dan penduduk Matan.

Mengingat usia Sultan Zainuddin yang sudah semakin tua, diputuskanlah untuk segera mencari siapa penerusnya selanjutnya. Dalam perundingan yang dilakukan, diputuskanlah bahwa yang menjadi raja selanjutnya adalah Pangeran Mangkurat yang merupakan putra dari Sultan Zainuddin. Sedangkan Opu Daeng Menambon di anjurkan untuk berlayar ke Senggaok (hulu Sungai Mempawah), tempat asal mula istri Sultan Zainuddin, Mas Indrawati.

Berangkatlah Opu Daeng Menambon beserta istrinya, mertua, nenek dan pengikutnya menuju ke Mempawah dengan menggunakan 40 buah perahu. Disinilah Opu Daeng Menambon menjadi seorang raja dan memimpin Kerajaan Mempawah yang dipusatkan di Sebukit Rama. Dibawah kepemimpinan beliau berbagai suku dan agama hidup berdampingan dengan harmonis dan damai. Dimasa kepemimpinan beliau juga lah datang seorang guru agama Islam terkenal bernama Syayid Habib Husein Al Qadry yang membuat agama Islam semakin berkembang di Mempawah.

Opu Daeng Menambon wafat pada tahun 1761 dan dimakamkan di Sebukit Rama. Untuk memperingati kedatangan beliau di Mempawah, setiap hari rabu terakhir di bulan Safar selalu diadakan tradisi Robo'-robo'

Opu Daeng Marewah

Sumber gambar: siunthel.blogspot.co.id

Seperti yang diketahui, Opu Daeng Marewah bersama empat saudaranya telah berhasil membantu kerajaan-kerajaan yang membutuhkan pertolongan. Salah satunya adalah menolong Raja Sulaiman yang saat itu adiknya di rebut oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah dari Kerajaan Siak. Atas kesuksesan tersebut, Opu Daeng Marewah diangkat sebagai Yang Dipertuan Muda I Johor-Riau atau setara dengan perdana menteri.

Setelah penobatan Sultan Sulaiman sebagai Sultan Johor-Riau, dilakukan jugalah pelantikan terhadap Opu Daeng Marewah sebagai Yang Dipertuankan Muda I. Dalam penobatan tersebut juga dilakukan sumpah setia antara Melayu dan Bugis.

Opu Daeng merewa memiliki gelar Kelana Jaya Putera dan memiliki seorang istri bernama Tun Cik Ayu. Masa jabatan Opu Daeng Marewah sebagai Yang Dipertuankan Muda I Johor-Riau dimulai 1721 M hingga 1728 Masehi. Pada tahun 1728 M Opu Daeng Merewah wafat ketika melakukan inspeksi ke Pulau Pitung dan dimakamkan di Kota Rebah, Kepulauan Riau.

Opu Daeng Celak

Sumber gambar: www.tempat.co.id

Seperti empat saudara yang lainnya, Opu Daeng Celak juga memiliki peran dalam membantu Sultan Sulaiman. Atas keberhasilan beliau dan empat saudaranya dalam menyelamatkan adik Sultan Sulaiman, Beliau dinikahkan dengan adik Sultan Sulaiman yang bernama Tengku Mandak.


Setelah Opu Daeng Marewah wafat, Opu Daeng Celak diangkat menjadi Yang Dipertuankan Muda II Johor-Riau.  Opu Daeng Celak merupakan panglima perang yang berani dan pandai dalam mengatur strategi sehingga disaat pemerintahan beliau daerah Johor-Riau semakin disegani.

Dibawah kepemimpinan beliau jugalah, Opu Daeng Celak memerintahkan penduduk Riau untuk menanam lada hitam dan gambir. Karena itulah pelabuhan Riau semakin maju dan ramai dikunjungi para pedagang.

Masa jabatan Opu Daeng Celak sebagai Yang Dipertuankan Muda II dimulai dari tahun 1728 M hingga 1745. Pada tahun 1745 beliau wafat dan dimakam di Kota Lama, Kepulauan Riau.

Opu Daeng Kemasi

Sumber gambar: merahsilu.blogspot.co.id

Setelah berhasil bersama saudara-saudaranya dalam membantu kerajaan-kerajaan di Semenanjung Melayu dan Barat Borneo (Kalimantan), datanglah sebuah surat ketika kelima bersaudara tersebut sedang berada di Riau. Surat tersebut berasal dari Sultan Umar Akamuddin I yang merupakan sultan Kerajaan Sambas. Maksud dari kedatangan surat tersebut adalah mengundang kelima bersaudara tersebut agar berkunjung ke Kerajaan Sambas sekaligus ingin menjodohkan adiknya diantara salah satu kelima bersaudara tersebut.

Opu Daeng Perani dan keempat saudaranya sangat menghargai undangan dan maksud dari Sultan Kerajaan Sambas tersebut. Maka diputuskanlah bahwa yang akan memenuhi undangan tersebut adalah Opu Daeng Kamasih. Karena menurut Opu Daeng Perani, diantara mereka bersaudara, Opu Daeng Kemasi lah yang belum menemui jodohnya.

Berlayarlah Opu Daeng Kemasi ditemani Opu Daeng Menambon menuju ke Kerajaan Sambas. Jika sebelumnya mereka selalu berlayar dengan lima bersaudara, kali ini mereka hanya berdua. Sebelum berpisah, kelima bersaudara tersebut juga berjanji untuk saling mengirimi surat dan segera menolong jika ada diantara mereka yang membutuhkan.

Sesampainya di Kerajaan Sambas, Sultan Umar Akamuddin I sangat gembira atas kedatangan mereka berdua. Disinilah Opu Daeng Kemasi memperoleh seorang istri bernama Raden Tengah dan tidak lain merupakan adik dari Sultan Umar Akamuddin I. Oleh karena itu, Opu Daeng Kemasi mendapatkan gelar sebagai Pangeran Mangkubumi di Kerajaan Sambas.

Setelah tujuh hari pernikahan Opu Daeng Kemasi, Opu Daeng Menambon memutuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Kerajaan Matan yang juga berada di pesisir Pulau Borneo (Kalimantan).

Dengan kisah lima bersaudara diatas menunjukkan bahwa peran orang Bugis di Semenanjung Melayu tidak hanya dalam ekonomi saja, tetapi juga memiliki peranan yang penting dalam bidang politik. Selain itu, keberadaan orang Bugis di Semenanjung Melayu dan Kalimantan juga hidup membaur dengan penduduk setempat. Sehingga tidak heran jika pada zaman dahulu sudah sering terjadinya pernikahan antara Orang Bugis dan Orang Melayu  yang membuat hubungan kedua suku bangsa tersebut semakin dekat.

Monday, October 9, 2017

Makanan Patlau Selalu Hadir di Hari Raya


Patlau, itulah namanya. Makanan yang memiliki bentuk segitiga panjang ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat pesisir Pontianak, Mempawah dan Kubu Raya. Di Kabupaten Mempawah khususnya di Kecamatan Segedong, kehadiran makanan patlau sudah seperti hal yang wajib dan selalu ada di hari raya. Entah itu hari raya Idul Fitri maupun di hari raya Idul Adha. Tidak hanya hadir disaat hari raya, kadang makanan patlau juga hadir di pesta pernikahan ataupun acara hajatan.

Patlau adalah makanan yang terbuat dari bahan beras ketan dengan proses perebusan yang cukup lama. Uniknya, makanan yang dibungkus dari daun pisang ini memiliki bentuk segitiga panjang. Bentuk patlau tesebut sendiri diperoleh dari hasil cetakan yang terbuat dari bahan kayu.

Untuk membuat patlau tergolong cukup sulit. Karena membutuhkan waktu yang lama dan kepandaian tersendiri agar kualitas patlau yang diperoleh lebih baik. Untuk bahan-bahan pembuatannya pun tidak terlalu banyak yaitu berupa beras ketan, santan, dan daun pisang untuk mebungkusnya. Tidak lupa juga yang paling penting adalah cetakan untuk membentuk patlau tersebut.

Dalam pembuatan patlau, hal pertama yang dilakukan adalah memasak beras ketan bersama santan. Setelah beras ketan atau pulut tersebut masak, barulah dibentuk melalui cetakan. Dalam mencetak bukanlah hanya sekedar asal jadi, tapi harus ditekan dengan kuat biar tekstur yang dihasilkan lebih padat. Selanjutnya hasil cetakan tersebut dibungkus dengan daun pisang muda. Setelah masing-masing patlau sudah dibungkus, selanjutnya dibungkus lagi dengan mengumpulkan sekitar enam buah isi patlau. Ketika membungkus yang terakhir ini pun harus diikat dengan kuat agar ketika proses perebusan tidak masuk air.

Setelah proses pencetakan dan pembungkusan selesai, selanjutnya adalah proses perebusan. Waktu yang digunakan untuk merebus patlau ini kurang lebih selama 8 jam. Bagaimana, cukup lama kan? Perebusan yang cukup lama ini memberikan kualitas yang baik terhadap patlau yang dibuat. Untuk kualitas patlau yang baik bisa bertahan hingga satu bulan (Tanpa dimasukkan didalam kulkas, cukup digantungkan didinding saja).

Dihari raya, makanan patlau biasanya selalu disajikan dengan beraneka ragam lauk, seperti masakan rendang, ayam, ikan dan sambal udang. Rasa Patlau akan semakin nikmat apabila dimakan bersama keluarga besar. Tidak heran, jika patlau ini juga merupakan salah satu magnet untuk pulang kekampung halaman ketika hari raya tiba.




Sunday, October 8, 2017

Berwisata Kuliner di Terminal Mempawah



Terminal Mempawah selalu ramai dikunjungi ketika malam tiba. Dilokasi inilah tersedia beraneka jenis kuliner yang dijajakkan dalam satu area. Berdasarkan nama tempatnya, lokasi ini memang merupakan tempat bis dan oplet untuk berhenti atau menunggu penumpang di siang hari. Namun ketika malam hari tiba, lokasi ini ramai didatangi oleh para pengunjung untuk bersantap kuliner.

Kata teman saya yang merupakan orang asli Mempawah, dulu tempat ini banyak terdapat oplet yang berlalu lalang dan menunggu penumpang. Namun seiring dengan banyaknya masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi membuat transportasi tersebut semakin ditinggalkan. Jadi kasian sama sopir opletnya. Semoga bapak sopirnya bisa mendapatkan rejeki yang lebih.

Kembali lagi kecerita semula. Ketika malam tiba, lokasi Terminal Mempawah ini akan sangat terlihat ramai oleh para penjual dan para pengunjung. Yang berdatangan pun tidak hanya yang berada disekitar Mempawah saja, namun juga para pengunjung yang sedang melakukan perjalanan jauh. Entah itu dari arah Singkawang atau pun dari arah Kota Pontianak. Dari roda dua hingga roda empat mengisi halaman parkir terminal Mempawah. 

Banyaknya ragam kuliner yang bisa dipilih merupakan salah satu alasan para pengunjung untuk mampir disini. Sehingga tidak perlu khawatir jika selera kita dengan teman yang lainnya berbeda.Tinggal dipilih saja makanan mana yang paling menggoda selera.

Beberapa hari yang lalu di jagat media sosial sempat heboh oleh bakso kuburan mantan. Karena itulah saya jadi penasaran bagaimana rasa makanan tersebut. Maklom, kamek ni orangnye agak sepok sikit. Hehehe. Ketika kami datang, lokasi ini sudah terlihat ramai oleh para pengunjung yang sedang menunggu pesanan atau pun yang sedang sibuk menikmati makanan. Tanpa menunggu lama, kami pun mencari lokasi bakso kuburan mantan tesebut berada.

Tidak perlu waktu yang lama, akhirnya lapak yang dimaksud ditemukan. Saye pon dengan kawan yang satunye langsung ngagak mbak yang tengah sebok cedokkan  pesanan orang laen. Tak lamak mbaknye noleh sambel ngomong.

"Bakso kuboran mantannye abes dah dek." Mbak tersebut menjawab dengan santai sambil menyajikan bakso pesanan pengunjung lainnya.

Sedeh rasenye dengarkan omongannye. Padahal kamek-kamek ni datang awal, abes sholat magreb langsung caw kesinik. Memang begitulah die, kalau ade makanan baru dan aneh sikit pasti langsung cepat pesai. Belom rejeki namenye.

Tapi santai, disini juga tersedia berbagai jenis kuliner yang siap menggoyang lidah para pengunjung. Seperti sop tulang, mi tiaw, berbagai macam olahan ayam,  dan berbagai makanan yang lainnya. Apakan lagi jika perut sudah sangat lapar.

Karena sebelumnya niatnya ingin memakan bakso kuburan mantan, akhirnya kami memutuskan untuk memilih makanan sejenis makanan tersebut juga. Apalagi disini tersedia berbagai jenis bakso yang kedengarannya masih asing.Seperti bakso seblak dan bakso spongebob yang menjadi pesanan kami.

Ahirnya bakso yang dipesan tersaji diatas meja kami. Dari aromanya saja sudah membuat perut benar-benar terasa lapar. Saya baru tahu bahwa bakso seblak yang dimaksud adalah bakso yang didalamnya terdapat irisan cabe yang membuat rasa bakso tersebut terasa pedas. Pokoknye bedences lidah ngerasekannye. Sedangkan bakso spongebob adalah bakso yang bentuknye mirip tahu. Alias kotak-kotak yang mirip seperti spongebob di televisi.


Tidak hanya bersantap kuliner, di Terminal Mempawah juga tersedia taman yang bisa digunakan untuk bersantai-santai. Selain itu terdapat  juga musholla untuk beribadah dan amphiteater yang merupakan panggung hiburan. Jika beruntung, anda bisa menyaksikan berbagai pertunjukan seni budaya Mempawah.

Ada pelajaran menarik yang saya peroleh ketika berwisata kuliner di Terminal Mempawah. Bahwa pesaing tidak selamanya merupakan ancaman terhadap usaha yang kita jalani, malahan bisa menjadi partner dalam usaha menarik pelanggan. Salah satu contohnya adalah wisata kuliner Terminal Mempawah ini. Dengan banyaknya para penjual yang menjajakkan dagangannya disini telah menarik minat para pengunjung  untuk mampir. Bukankah salah satu daya tarik tempat wisata kuliner adalah karena tersedianya beragam pilihan.

Tuesday, September 26, 2017

Warna Warni Mempawah Mangrove Park



Jika di Bali ada La Plancha yang terkenal dengan pantai warna-warni dari payung dan kursinya, maka di Kalbar juga ada nih wisata pesisir dengan menyuguhkan keindahan warna-warni yang tidak kalah menariknya. Tempat tersebut bukan kafe, bukan juga tempat karaoke yang kadang didesain warna- warni, tetapi ini adalah alam bebas dengan keindahan yang mempesona. Apalagi kalau bukan wisata Mangrove Park Mempawah.

Dari namanya saja kita sudah tahu, kalau tempat wisata ini adalah merupakan wisata di area pohon bakau yang umumnya banyak terdapat didaerah pesisir Indonesia. Tapi itu dulu. Sekarang keadaan pohon bakau di pesisir Indonesia sudah banyak yang rusak akibat pengeksploitasian yang terlalu berlebihan tanpa ada penanaman kembali. Akibat dari kerusakan pohon bakau tersebut jugalah mengakibatkan abrasi wilayah pesisir semakin meningkat tajam.

Tapi, masih banyak yang peduli terhadap keberlangsungan pohon mangrove. Salah satunya wisata mangrove Park Mempawah ini nih yang dikelola oleh tangan-tangan orang yang hebat dan peduli. Dulunya daerah ini merupakan daerah abrasi dengan kecepatan yang cukup tingggi akibat kerusakan pohon mangrove tersebut. Salah satu buktinya adalah keberadaan Bukit penibung yang sekarang telah berpisah dengan daratan mempawah akibat abrasi pantai yang selalu terjadi. Karena sudah berada ditengah laut, sekarang bukit tersebut disebut pulau penibung.

Karena kehebatan dari tangan-tangan Pengelolah Wisata Mangrove ini lah, dulunya berupa pesisir yang terus mengalami abrasi, sekarang di sulap menjadi hijau dengan banyaknya ditumbuhi pohon mangrove. Suksesnya penanaman mangrove ini ternyata juga memberikan banyak hal yang positif yang lainnya. Salah satunya yaitu adanya tempat wisata ini dan tumbuhnya pedagang kecil disekitar tempat wisata. Begitulah, jika kita selalu menjaga alam untuk lestari, maka kebaikan juga akan selalu mengikuti kita. Betul gak?


Wisata mangrove ini tidak terlalu jauh untuk dikunjungi guys. Hanya sekitar 5 Km dari pusat kota Mempawah dan lokasinya tepat berada disamping Tugu Makam Pahlawan Mempawah. Dan jika anda berkunjung dari arah Kota Pontianak, jarak yang di tempuh yaitu sekitar 89 Km atau dengan waktu kurang lebih 2 jam 10 menit. Selain mengunjungi Mempawah mangrove park, anda juga bisa mengunjungi tempat wisata yang lainnya. Seperti Pantai Kijing, Sebukit Rama, wisata penibung atau bersantap kuliner di terminal mempawah. Disini juga tersedia jasa penyeberangan ke Pulau Penibung yaitu dengan membayar Rp. 30.000 per orang. Dan jika hanya ingin sekedar mengelilingi Pulau Penibung saja harganya akan lebih murah yaitu Rp. 20.000 per orang.


Untuk masuk ke tempat wisata ini, anda tidak perlu merogoh kocek yang terlalu dalam. Cukup hanya dengan Rp. 5.000 sudah bisa menikmati keindahan alam mangrove tanpa batas. Harga tersebut pun dikenakan untuk yang umum. Anda bisa memperoleh harga yang murah lagi jika anda menunjukkan identitas pelajar anda. Loket pembayaran di wisata ini juga unik, yaitu berupa bangunan non permanen alias hanya berdindingkan papan dan beratapkan atap daun. Jadi kesannya terlihat sangat asri dan pas dengan view pohon bakaunya yang hijau. 


Setelah membayar, kami pun langsung berpetualang dibawah rindangnya pohon bakau. Tenang saja guys, untuk menjelajahi wisata ini anda tidak harus berjalan diatas lumpur dan terselit diantara pohon mangrove. Karena disini sudah disediakan jembatan (atau geretak dalam bahasa Melayu Mempawah) yang akan menghubungkan dari spot yang satunya ke spot yang lain. Jembatan disini tidak hanya memiliki satu jalur saja, namun juga memiliki bebrapa cabangg. Tinggal dipilih saja maunya belok kekiri, belok kekanan atau manya yang lurus. Jangan khawatir, disini anda tidak akan tersesat karena disetiap persimpangan jembatan juga dilengkapi tulisan penujuk jalan. Kalaupun tersesat, paling kesasarnya dibelakan rumah warga. Hehehe.


Yang membuat unik jembatan ini adalah karena warnanya yang warna warni. Unikkan? Jembatan ini sengaja di cat biar bisa memberikan kesan yang menarik ketika pengunjung datang berwisata. Jika anda capek ketika berjalan-jalan menyusuri bakau, Anda tidak perlu khawatir! Karena disepanjang jembatan juga tersedia tempat santai untuk mengistirahatkan tubuh anda sejenak. Tempat santai yang berbentuk kursi ini pun beraneka ragam. Mulai dari yang muatnya hanya untuk berdua (Biasanya kalau yang berdua ini diidentik dengan sepasang kekasih) atau pun dengan muatan yang lebih banyak (biasanya digunakan keluarga besar yang lagi bersantai). Hehehe, seperti kendaraan saja yang pakai muatan.

Semakin menyusuri bagian dalam, semakin banyak juga tempat menarik yang kami jumpai. Salah satunya adalah sebuah pendopo atau gubuk yang cukup luas. Tapi ini bukan gubuk bambu miliknya Megi Z! Ini adalah pendopo yang bergungsi untuk memberikan informasi-informasi mengenai mangrove yang bisa dibaca oleh pengunjung. Jadi sangat jelas, selain Mempawah Mangrove Park sebagai tempat rekreasi, namun juga sebagai sarana edukasi mengenai mangrove.


Tidak hanya sampai disitu, kami masih tetap menyusuri jembatan ini hingga keujungnya. Di ujung sini kami menemui sebuah tempat bermain anak-anak yang berupa seluncuran. Ingat ya, khusus untuk anak-anak! Bukan orang dewasa. Sehingga tempat ini juga cocok bagi orang tua yang ingin memanjakan anak-anak (Sesekali anaknya dibawa untuk liburan, biar tidak bosan dengan rutinitas belajar disekolah). Tempat bermain anak-anak ini lokasinya berada didaratan. Sehingga tidak perlu khawatir jika anak anda akan kecemplung diatas lumpur.


Di mangrove Park Mempawah ini juga banyak menyediakan pendopo-pendopo yang bisa digunakan para pengunjung untuk bersantai dengan keluarga atau teman-teman. Entah itu pendopo yang berada didalam hutan bakau ataupun dipesisirnya. Bagi saya, di pendopo ini sangat cocok untuk makan lesehan berasama. Tinggal membawa tikar saja dan makanan-makanan. Tapi ingat, harus selalu menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan. Agar tempat wisata ini bisa tetap lestari dan terjaga keindahannya.




Setelah puas bersantai dibawah rindangnya pohon bakau, selanjutnya kami meyusuri jembatan yang berada di luar pohon bakau. Disini keindahannya juga tidak kalah menarik seperti yang ada di dalam sana. Malahan disini terlihat lebih banyak pengunjung. Angin sepoi-sepoi di sore hari juga akan membuat para pengunjung betah untuk bersantai lebih lama. Terdapat banyak spot foto yang menarik untuk dihampiri. Salah satu yang sangat menarik bagi kami adalah pemanfaatan dari limbah kulit kayu yang didekorasi dengan sedemikian menariknya. Jangan heran, jika untuk berfoto disini saja mesti mengantri dengan para penginjung yang lainnya


Disini kami juga menemui sekelompok ibu-ibu yang lagi serunya mengabadikan momentnya. Ini membuktikan, kalau tempat ini tidak hanya dikunjungi oleh anak-anak muda saj, namun juga para ibu-ibu. Walaupun sudah tua, tidak mesti menjadi penghalang untuk berkumpul bersama teman-teman dan seru-seruan. Karena keseruan itu diciptakan oleh diri kita sendiri.


Setelah cukup puas mengambil beberapa foto, selanjutnya kami melanjutkan perjalanan kembali untuk mencari spot lainnya. Kali ini kami menemui sebuah spot yang sangat unik dan tidak kalah menarik dengan spot yang lainnya. Yaitu sebuah jembatan yang berukuran tinggi dengan tulisan '#Save Mangrove'. Lagi-lagi uniknya dari spot disini adalah selain jembatannya yang di cat warna-warni, namun batu pemecah ombak juga di cat warna-warni. Sehingga memberikan kesan yang menarik bagi setiap pengunjung yang datang. Karena dari itulah judul artikal ini saya tulis 'Warna Warni Mempawah Mangrove Park'.


Jembatan tinggi ini juga menghubungkan ke sebuah tempat santai dengan view berupa Pulau Penibung, yang dulunya bersatu dengan daratan Mempawah. Disini kami habiskan waktu untuk bersantai dan menikmati matahari yang akan terbenam. Hal yang harus diketahui, Mempawah Mangrove Park ini merupakan salah satu tempat yang terbaik untuk menikmati sunset. Selain karena lokasinya yang langsung menghadap ke arah barat, namun juga karena adanya view Pulau Penibung. Tapi sayang, ketika kami berkunjung disini sunsetnya tertutup oleh awan.

Semoga dengan kesuksesan dari Mempawah Mangrove Park ini bisa diikuti juga oleh daerah-daerah yang lainnya.